CLICK HERE

Saturday, January 21, 2017

MAKALAH Pengertian dan Tujuan Pendidikan Seks

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1. Latar Belakang

Hidup di zaman globalisasi yang terus berkembang seperti sekarang, pendidikan seks merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan manusia, terutama pada anak-anak sejak dini. Akan tetapi disisi lain masyarakat terutama orangtua sangat sulit untuk membicarakan apa lagi menerapkan pendidikan seks usia dini pada anak-anaknya. Orangtua cenderung berpikir bahwa seks adalah sesuatu yang sangat tabu dan tidak pantas jika dibicarakan pada anak-anak.  padahal dengan menerapakan pendidikan ini, orangtua telah memberikan sumbangsi besar bagi perkembangan dan pengetahuan sang anak di masa yang akan datang.

Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan sulitnya orangtua menerapkan pendidikan seks pada sang buah hati diantaranya karena pengetahuan yang kurang cukup, paradigma budaya yang salah dan ketidak-tahuan orangtua bagaimana cara untuk menyampaikannya.

Pusat studi Hukum Universitas Islam Indonesia menemukan data bahwa 15 persen dari 202 responden remaja berusia 15 sampai 25 tahun sudah melakukan hubungan seks. Mereka terpengaruh gambar dan tayangan pornografi lewat internet, VCD, TV, dan bacaan-bacaan cabul.Korban pornografi pun meningkat luar biasa. Pusat sumberdaya Hukum untuk keadilan gender melansir, pada tahun 2003 kasus korban pornografi dan pornoaksi berjumlah 63. Tahun berikutnya mencapai 144 kasus, dan hingga pada saat ini mencapai lebih dari 1000 kasus.

Media massa sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental anak, terutama mengenai hal yang dianggap tabu sehingga menimbulkan rasa penasaran. Pemberitaan mengenai pornografi yang sering muncul di media massa baik cetak maupun elektronik mengundang perhatian publik. di sini Peran orang tua sangat diperlukan dalam memberikan masukan dan pendidikan sehingga anak mampu mem filter segala informasi yang ada.

 

 

1.2. Rumusan Masalah

Makalah ini menuruskan mengenai pengertian pendidikan seks dan tujuan adanya pendidikan seks tersebut.

 

1.3. Tujuan

Pembuatan makalah bertujuan untuk memberikan informasi serta penjelasan kepada pembaca mengenai hal-hal berikut :

a.       Apa pengertian pendidikan seks?

b.      Tujuan pendidikan seks

.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

1.1. Pengertian Pendidikan Seks

Pendidikan seks (sex education) adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan pemberian informasi tentang masalah seksual. Informasi yang diberikan di antaranya pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika, komitmen, agama agar tidak terjadi "penyalahgunaan" organ reproduksi ter­sebut. Itu sebabnya, pendidikan seks dapat dikatakan sebagai cikal bakal pendidikan kehidupan berkeluarga yang memiliki makna sangat penting. Para ahli psikologi menganjurkan agar anak-anak sejak dini hendaknya mulai dikenalkan dengan pendidikan seks yang sesuai dengan tahap perkembangan kedewasaan mereka.

Pendidikan seks didefinisikan sebagai pendidikan mengenai anatomi organ tubuh yang dapat dilanjutkan pada reproduksi seksualnya dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta kesiapan mental dan material seseorang. Sementara Dr. Warih A Puspitosari, M.Sc, Sp.K.J.  menjelaskan bahwa “Pendidikan seks usia dini bukan berarti mengajarkan bagaimana cara melakukan seks. Namun pendidikan seks pada usia dini menjelaskan tentang organ-organ yang dimiliki manusia dan apa fungsinya”.

Pendapat lain mengatakan bahwa Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu pengetahuan yang kita ajarkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Ini mencakup mulai dari pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau wanita). Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan pada laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai kepada timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk nantinya masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya.  

Pendidikan seks dapat di bedakan menjadi seks instruction dan education in sexuality Yaitu:

1)      Sex Intruction ialah penerangan mengenai anatomi seperti pertumbuhan rambut pada ketiak, dan mengenai biologi dari repoduksi, yaitu proses berkembang biak melalui hubungan untuk mempertahankan jenisnya termasuk didalamnya pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi dalam mencegah terjadinya kehamilan.

2)      Education in sexuality meliputi bidang–bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya yang di butuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri sebagai individual sexual serta mengadakan interpersonal yang baik.

 

1.2. Tujuan Pendidikan Seks

Tujuan pendidikan seks :

Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi, fisiologi seks manusia, dan bahaya penyakit kelamin.

Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi, dan tujuan seks sehingga ia dapat menyalurkan secara baik, benar, dan legal.

Tujuan pendidikan seks secara umum, yakni  sesuai dengan kesepakatan internasional ”Conference Of Sex Education And Family Panning” pada tahun 1962, adalah untuk menghasilkan manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia serta tanggung jawab terhadap dirinya dan terhadap orang lain.

Tujuan pendidikan seks menurut The Sex Information and Education Council The United States (SIECUS) (dalam Subiyanto, 1996:79) sebagai berikut :

§  Memberi pengetahuan yang memadai kepada siswa mengenai diri siswa sehubungan dengan kematangan fisik, mental dan emosional sehubungan dengan seks

§  Mengurangi ketakutan dan kegelisahan sehubungan dengan terjadinya perkembangan serta penyesuaian seksual pada anak

§  Mengembangkan sikap objektif dan penuh pengertian tentang seks

§  Menanamkan pengertian tentang pentingnya nilai moral sebagai dasar mengambil keputusan

§  Memberikan cukup pengetahuan tentang penyimpangan dan penyalahgunaan seks agar terhindar dari hal-hal yang membahayakan fisik dan mental

§  Mendorong anak untuk bersama-sama membina masyarakat bebas dari kebodohan

 

Menurut Kirby, Alter dan Scales (dalam Bruess, 1981:207), tujuan pendidikan seks antara lain :

§  Memberikan informasi yang akurat tentang seksualitas

§  Mengurangi rasa takut dan kecemasan mengenai perkembangan seksual

§  Mendorong lebih bertanggung jawab dan berhasil dalam membuat keputusan

§  Mengembangkan ketrampilan untuk mengelola masalah-masalah seksual

§  Menciptakan hubungan interpersonal yang memuaskan

§  Mengurangi problem-problem seksual seperti penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak dikehendaki.

 

Sedangkan menurut Sciller (dalam Bruess, 1987:209) menyebutkan tujuan pendidikan seks adalah :

§  Memberikan informasi yang faktual seluruh aspek seksualitas dan perencanaan keluarga

§  Meningkatkan pemahaman diri mengenai seksualitas sehingga menjadi percaya diri

§  Meningkatkan pemahaman mengenai seks yang berlawanan jenis sehingga dapat meningkatkan hubungan yang positif

§  Mengembangkan seksualitas sebagai bagian dari kesehatan hidupnya

 

Tujuan pendidikan seks dapat dirinci sebagai berikut :

“Membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara pria dan wanita dalam keluarga, pekerjaan, dan seluruh kehidupan yang selalu berubah dan berbeda dalam tiap masyarakat dan kebudayaan, membentuk pengertian tentang peranan seks dalam kehidupan manusia dan keluarga, mengembangkan pengertian diri sendiri sehubungan dengan fungsi dan kebutuhan seks, dan membantu seseorang dalam mengembangkan kepribadian sehingga mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab, yaitu :

a)      Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.

b)      Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab)

c)      Membentuk sikap dan memberikan pengertian  terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi

d)     Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.

e)      Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.

f)       Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.

g)      Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.

h)      Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orangtua, anggota masyarakat.

 

Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orangtua dan anak.

Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya.

1)      Usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.

2)      Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.

3)      Isi uraian yang disampaikan harus objektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi.

4)      Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun  belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.

5)      Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.

6)      Usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.

 

Pendidikan seks di sekolah-sekolah sedang diberikan untuk memberi informasi siswa tentang masalah yang berkaitan dengan seks. Hal ini dianggap penting bagi masyarakat bahwa siswa memahami informasi yang tepat tentang seks, praktek seksual, pelecehan seksual anak dan penyakit menular seksual. Namun, seperti semua ideologi, pendidikan seks di sekolah juga memiliki pro dan kontra.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1. Kesimpulan

Pendidikan seks merupakan upaya pengajaran, penyadaran, dan pemberian informasi tentang masalah seksual yang sangat penting dan baik jika diterapkan pada anak-anak sejak dini. dengan memberikan pemahaman tentang pendidikan seks anak-anak akan lebih peka pada berbagai kondisi mengenai seks terutama pada dirinya sendiri dan individu lain disekitarnya. Selain itu pendidikan seks dapat membuka wawasan positif anak-anak dan menghindarkan diri mereka dari berbagai ancaman kejahatan seksualitas.

Oleh sebab itu sangat dibutuhkan perhatian orang tua dan masyarakat dalam menghadapi problema remaja agar tidak menjurus pada kenakalan remaja. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan remaja yaitu dengan memberi kemudahan bagi remaja dalam pendidikan seperti memudahkan administrasi keuangan sekolah bagi anak yang tidak mampu sehingga keuangan sekolah akan sedikit terbantu dan remaja tidak terjerumus pada kejahatan.

 

3.2. Saran

Fokusnya utama Pendidikan Seks adalah pendidikan dan pengetahuan daripada seks. Pendidikan Seks mampu menyelamatkan kaum remaja dari keadaan yang tidak sehat atau berbahaya untuk kesehatannya. Seharusnya Pendidikan Seks tidak dianggap tabu dan tidak ditutu- tutupi lagi.

Sebagai suatu cabang, masyarakat yang mampu sebagian besar penduduk kaum muda, ruang sekolah seharusnya mengambil peran utama untuk memberi Pendidikan Seks ini.

Sebaiknya pemerintah bertindak mengembangkan program Pendidikan Seks dengan bahan-bahan resmi untuk disediakan setiap sekolah. Lebih banyak dana seharusnya diberikan dibidang Pendidikan, untuk menyakinkan setiap siswa mengalami kesempatan untuk mengakses informasi yang dibutuhkan. Program Pendidikan Seks seharusnya mencapai keseimbangan antara pengetahuan lengkap dan norma-norma kebudayaan dan agama Indonesia.

Kepada seluruh pembaca diharapkan pembaca dapat mengerti tentang apa itu pendidikan seks, bagaimana cara menerapkan pendidikan seks pada anak usia dini dan terus memperluas wawasan dan kazanah ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://kc12engineer.blogspot.co.id/2013/12/makalah-pendidikan-seks.html

http://kakaoby.blogspot.co.id/

http://stella-maris.sch.id/detail-article-568-1-manfaat-pendidikan-seks-sejak-dini.html

http://minaah-ilovekorean.blogspot.co.id/2011/11/makalah-pendidikan-seks.html

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

Pertama-tama penulis panjatkan Puji syukur kepada tuhan yang maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga makalah yang berjudul “Pengertian Pendidikan Seks dan Tujuan Pendidikan Seks” dapat diselesaikan dengan baik. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini  ialah sebagai salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Jasmani.

Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukung, membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.  Penulis sangat mengharapkan saran dan  kritikan yang membangun  demi perbaikan makalah ini, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

 

 

Penulis

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR  ..........................................................................................        i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................        ii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................        1

1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................................        1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................        2

1.3. Tujuan ..................................................................................................        2

BAB II PEMBAHASAN  .....................................................................................        3

2.1. Pengertian Pendidikan Seks ................................................................        3

2.2. Tujuan  Pendidikan Seks......................................................................        4

BAB III PENUTUP ...............................................................................................        8

3.1. Kesimpulan ..........................................................................................        8    

3.2. Saran  ...................................................................................................        8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................        10

 

 

 

No comments:

Post a Comment