MAKALAH ANGKATAN PUISI Versi 1 (Bahasa Indonesia)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra Indonesia adalah sebuah
istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah
"Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama
dalam cakupan geografi dan sejarah politik di wilayah tersebut.
Sastra Indonesia sendiri dapat
merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga
secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu
(di mana bahasa Indonesia adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka
sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu
(selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti
Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.
Sastra Indonesia terbagi menjadi 2
bagian besar, yaitu lisan dan tulisan. Secara
urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan, yang disebut
dengan angkatan puisi, seperti yang akan kami bahas dalam amkalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat
ditaruk kesimpulan bahwa rumusan masalah dalam makalah ini yaitu mengenai “Apa
saja angkatan dalam puisi itu”?
C. Tujuan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini
yaitu selain sebagai tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMK Informatika
Al-Ihya, juga untuk mengetahui tentang angkatan-angkatan dalam puisi.
D. Sumber Data
Sumber data yang kami peroleh dari
penulisan makalah ini adalah data sekunder, atau lebih tepatnya dari referensi internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Angkatan dalam Puisi
1.
Pujangga Lama
Karya
sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya
satra di Indonesia di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat.
2.
Sastra “ melayu lama “
Karya
sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 – 1942, yang berkembang
dilingkungan masyarakat Sumatera seperti “Langkat, Tapanuli, Padang dan daerah
sumatera lainnya”, orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra
pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan
terjemahan novel barat.
3.
Angkatan Balai Pustaka
Karya
sastra di Indonesia sejak tahun 1920 – 1950, yang dipelopori oleh penerbit
Balai Pustaka. Prosa(roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai
menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah
sastra di Indonesia pada masa ini. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk
mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra
Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap
memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa
yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah
terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura.
Pengarang dan karya sastra Angkatan
Balai Pustaka
·
Merari Siregar
·
Azab dan Sengsara: kissah kehidoepan seorang gadis (1921)
·
Binasa kerna gadis Priangan! (1931)
·
Tjinta dan Hawa Nafsu
·
Marah Roesli
·
Siti Nurbaya
·
La Hami
·
Anak dan Kemenakan
·
Nur Sutan Iskandar
·
Apa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan
·
Hulubalang Raja (1961)
·
Karena Mentua (1978)
·
Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
·
Abdul Muis
·
Pertemuan Djodoh (1964)
·
Salah Asuhan
·
Surapati (1950)
·
Tulis Sutan Sati
4.
Pujangga Baru
Pujangga
Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai
Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap
karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra
Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi
“bapak” sastra modern Indonesia.
Pada
masa itu, terbit pula majalah “Poedjangga Baroe” yang dipimpin oleh Sutan
Takdir Alisjahbana,Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia
setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 – 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir
Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu 1.
Kelompok “Seni untuk Seni” yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir
Hamzah dan; 2. Kelompok “Seni untuk Pembangunan Masyarakat” yang dimotori oleh
Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Penulis dan karya sastra Pujangga
Baru
·
Sutan Takdir Alisjahbana
·
Layar Terkembang (1948)
·
Tebaran Mega (1963)
·
Armijn Pane
·
Belenggu (1954)
·
Jiwa Berjiwa
·
Gamelan Djiwa – kumpulan sajak (1960)
·
Djinak-djinak Merpati – sandiwara (1950)
·
Kisah Antara Manusia – kumpulan cerpen (1953)
·
Tengku Amir Hamzah
·
Nyanyi Sunyi (1954)
·
Buah Rindu (1950)
·
Setanggi Timur (1939)
·
Sanusi Pane
·
Pancaran Cinta (1926)
·
Puspa Mega (1971)
·
Madah Kelana (1931/1978)
·
Sandhyakala ning Majapahit (1971)
·
Kertadjaja (1971)
·
Muhammad Yamin
5.
Angkatan 45
Pengalaman
hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan
’45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan
Pujangga baru yang romantik – idealistik.
Penulis dan karya sastra Angkatan
’45
·
Chairil Anwar
·
Kerikil Tadjam (1949)
·
Deru Tjampur Debu (1949)
·
Asrul Sani, Rivai Apin Chairil Anwar
·
Tiga Menguak Takdir (1950)
·
Idrus
·
Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
·
Aki (1949)
·
Perempuan dan Kebangsaan
·
Pramoedya Ananta Toer
6.
Angkatan 50an
Angkatan
50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri
angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan
kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan
dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada
angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam
Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis.
Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan
sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan
sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965dengan
pecahnya G30S di Indonesia.
Penulis dan karya sastra Angkatan
50-60-an
Nh.
Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada
akhir dekade 80-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal,
Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu
ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya
pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik
dengan pemikiran timur.
·
Ajip Rosidi
·
Cari Muatan
·
Ditengah Keluarga (1956)
·
Pertemuan Kembali (1960
·
Sebuah Rumah Buat Hari Tua
·
Tahun-tahun Kematian (1955)
·
Ali Akbar Navis
7.
Angkatan 66-70an
Angkatan
ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde
sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang
sangat beragam dalam aliran sastra, munculnya karya sastra beraliran surrealistik,
arus kesadaran, arketip, absurd, dll pada masa angkatan ini di Indonesia.
Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya karya
sastra pada masa angkatan ini. Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk
juga dalam kelompok ini seperti Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil
Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha
Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Seorang
sastrawan pada angkatan 50-60-an yang mendapat tempat pada angkatan ini adalah
Iwan Simatupang. Pada masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen dan drama
kurang mendapat perhatian bahkan sering menimbulkan kesalah-pahaman; ia lahir
mendahului jamannya.
Beberapa
satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta,
Arifin C. Noer, Akhudiat, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad,
Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik
Ismail dan banyak lagi yang lainnya.
Karya Sastra Angkatan ’66
·
Sutardji Calzoum Bachri
·
O
·
Amuk
·
Kapak
·
Abdul Hadi WM
8.
Dasawarsa 80-an
Karya
sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan
banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa
tersebut yaitu Marga T. Majalah Horison tidak ada lagi, karya sastra Indonesia
pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili Angkatan dekade 80-an ini antara lain
adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira
Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie alm, Micky HIdayat,
Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani alm, dan
Tajuddin Noor Ganie.
Karya Sastra Angkatan Dasawarsa
80-an
Antara lain adalah:
·
Badai Pasti Berlalu – Cintaku di Kampus Biru – Sajak Sikat
Gigi – Arjuna Mencari Cinta –Manusia Kamar – Karmila
Mira
W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi
romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam
novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka
yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad 19 dimana tokoh utama selalu
dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era
80-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya. Namun yang tak boleh
dilupakan, pada era 80-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop (tetapi
tetap sah disebut sastra, jika sastra dianggap sebagai salah satu alat
komunikasi), yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman
dengan Serial Lupus-nya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh
generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih
“berat”. Budaya barat dan konflik-konfliknya sebagai tema utama cerita terus
mempengaruhi sastra Indonesia sampai tahun 2000.
9.
Sastrawan Angkatan Reformasi
Seiring
terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tanganSoeharto ke BJ Habibie lalu
KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) danMegawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang
Sastrawan Angkatan Reformasi. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya
karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik,
khususnya seputar Reformasi. Di rubrik sastra Harian Republika, misalnya,
selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak
reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi
juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.Sastrawan Angkatan Reformasi
merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an,
seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada
tahun 1998 banyak melatar belakangi kelahiran karya-karya sastra — puisi,
cerpen, dan novel — pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh
dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi
Herfanda dan Acep Zamzam Noer,*Hartono Benny Hidayat, juga ikut meramaikan
suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
10.
Sastrawan Angkatan 2000-an
Setelah
wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak
berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki ‘juru bicara’, Korrie Layun Rampan
pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya Sastrawan Angkatan 2000.
Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh
Gramedia, Jakarta, tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis,
dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka
yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi
Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an,
seperti Ayu Utami, dan Dorothea Rosa Herliany.
·
Abidah el Khalieqy
·
Afrizal Malna
·
Hartono Benny Hidayat
·
Ahmad Nurullah
·
Ahmad Syubanuddin Alwy
·
Ahmadun Yosi Herfanda adalah salah seorang penyair yang
dimasukkan oleh Korrie Layun Rampan ke dalam Angkatan 2000, tapi ia sebenarnya
telah banyak menulis sajak sejak awal 1980-an.
·
Ayu Utami dengan karyanya Saman, sebuah fragmen dari cerita
Laila Tak Mampir di New York. Karya ini menandai awal bangkitnya kembali sastra
Indonesia setelah hampir 20 tahun. Gaya penulisan Ayu Utami yang terbuka,
bahkan vulgar, itulah yang membuatnya menonjol dari pengarang-pengarang yang
lain. Novel lain yang ditulisnya adalah Larung, lanjutan dari cerita Saman.
·
Dorothea Rosa Herliany
·
Seno Gumira Ajidarma
BAB III
PENUTUP
A. Kritik
Ciri-ciri puisi yang ditulis penyair
itu tidak sama, setiap penyair menulis puisi sesuai dengan jamannya sehingga
setiap puisi yang diciptakan suatu pengarang pada suatu periode akan berbeda
dengan periode yang lain. Tema yang bibawakan penyair juga mengikuti keadaan
yang terjadi saat itu dan mempengaruhi bentuk-bentuk puisinya.
Angkatan 20-an (balai Pustaka)
dimana karya-karya sastranya yang dihasilkan bersifat kedaerahan atau
kebangsaan yang belum maju dan adanya keterikatan tradisi pada masa itu.
B. Saran
Singkatnya, karya sastra apapun itu
bentuknya, akan bertahan sepanjang masa, terbukti tak lekang oleh waktu
bilamana di dalamnya terkandung nilai estetika sastra yang mampu melawan zaman
agar tetap eksis.
DAFTAR PUSTAKA
https://kimraibin.wordpress.com/2009/01/16/angkatan-angkatan-dalam-puisi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia
LAMPIRAN – LAMPIRAN
BEBERRAPA SASTRAWAN INDONESIA DALAM
ANGKATAN PUISI
Sampul Buku "Deru Campur Debu" karya Chairil Anwar - sastrawan Indonesia Angkatan 45 |
Salah satu halaman Hikayat Abdullah |
Abdul
Muis sastrawan
Indonesia Angkatan Balai Pustaka |
Sutan
Takdir Alisjahbana pelopor Pujangga Baru |
Chairil Anwar pelopor
Angkatan 1945 |
Pramoedya Ananta Toer novelis
generasi 1950-1960 |
Taufik Ismailsastrawan Angkatan
1966 |
Hilman Hariwijaya penulis cerita
remaja pada dekade 1980 dan 1990 |
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas berkat, rahmat, dan hidayah yang
dilimpahkan-Nya, kami dapat menyusun dan menylesaikan makalah yang berjudul “Angkatan
Puisi”.
Makalah ini ditulis
untuk memenuhi salah satu mata pelajaran bahasa Indonesia di SMK Al-IHYA Banjarsari.
Dengan segala
keterbatasan, kami sepenuhnya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan, baik dalam pembahasan maupun tata bahasanya atau
cara penulisannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati kiranya koreksi dan
saran yang sifatnya membangun dari semua pihak khususnya para pembaca sangat
saya harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini maupun makalah berikutnya.
Akhir kata kami sebagai
penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sebagai penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Banjarsari, Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
...................................................................................... i
DAFTAR ISI
...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
.................................................................................. 1
A. Latar
Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan
Makalah ........................................................................... 1
D. Sumber
Data ...................................................................................... 1
[
BAB II PEMBAHASAN
................................................................................... 2
A. Angkatan
dalam Puisi ....................................................................... 2
1. Pujangga
Lama ........................................................................ 2
2. Sastra
“melayu lama” .................................................................... 2
3. Angkatan
Balai Pustaka ............................................................... 2
4. Pujangga
Baru .............................................................................. 3
5. Angkatan
45 ................................................................................. 4
6. Angkatan
50an.............................................................................. 5
7. Angkatan
66 – 70an...................................................................... 5
8. Dasawarsa
80-an............................................................................ 6
9. Sastrawan
Angkatan Reformasi ................................................... 7
10. Sastrawan
Angkatan 2000-an........................................................ 8
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 9
A. Kritik
................................................................................................ 9
B. Saran
.................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA
................................................................................... .... 10
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Comments
Post a Comment