MAKALAH PENDIDIKAN SEKS BEBAS DAN BAHAYA SEKS BEBAS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan remaja selalu disertai dengan keinginan
untuk mengetahui lebih lanjut tentang seks. Hal ini disebabkan karena
pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks bagi remaja, merupakan bagian integral dari
pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh. Akan tetapi, banyak
remaja yang mensalah gunakan perkembangan tersebut ke jalan yang tidak
semestinya, sehingga banyak kasus free sexdalam pergaulan bebas
remaja yang terkadang timbul perkelahian, bunuh diri dan sebagainya terhadap
hal tersebut. Apa lagi hal ini di dukung dengan adanya kemajuan teknologi
informasi yang membuat orang bisa berkomunikasi dari mana saja dan informasi
dapat tersebar dengan sangat cepat. Selain itu teknologi informasi juga membawa
dampak negatif pada jenis informasi yang berisi pornografi yang mendorong
banyak pihak untuk melakukan kemaksiatan. Saat ini, melalui situs internet atau
VCD porno, orang dengan mudah dapat mengakses hal-hal yang dulu sangat sulit
didapat, termasuk pada para remaja yang belum memiliki nilai agama dan
moralitas yang kokoh sehingga mereka cenderung ingin mencoba apa yang
dilihatnya.
Pada masa sekarang akibat kurangnya anggota masyarakat
mendapat pendidikan seks, mengakibatkan mereka melakukan seks bebas (free sex)
yang akibatnya banyak penyakit yang tidak ada obatnya. Misalnya penyakit herpes
yang dulu dikenal sebagai penyakit kotor pada orang miskin saja. Akan tetapi
yang sekarang dikenal dengan pergaulan free sex. Herpes menyalar melalui
ciuman, berpegangan dan permainan alat kelamin bersama dan persetubuhan.
Terdapat gatal-gatal pada pinggang sampai saat ini belum ada obatnya.
Selanjutnya, dari hasil penelitian, tercatat bahwa sekitar 20 % pelaku aborsi
di Indonesia berasal dari kelompok remaja. Bahkan yang lebih tragis lagi,
jumlah pelaku aborsi ini semakin meningkat dari tahun ketahun. Dan bahkan
jumlah korban aborsi yang meninggal dunia pun juga kian memperlihatkan grafik
menanjak setiap tahunnya. Hal ini menandakan bahwa, gaya berpacaran dan prilaku
hidup seks bebas dikalangan remaja saat ini sudah masuk ketahap amat
memprihatinkan.
Pendidikan seks bagi remaja sering kali dianggap sebagai
sesuatu yang tabu, terutama di negara dengan budaya timur seperti Indonesia.
Pengetahuan mengenai masalah seks yang seharusnya bersumber dari orang tua,
tidak tersampaikan dengan baik. Akibatnya, banyak remaja yang notabene sedang
mengalami baik perubahan fisik maupun hormon berusaha mencari tahu sendiri
melalui berbagai sumber. Sayangnya, sebagian besar remaja memilih sumber
informasi yang salah dan kurang bisa dipertanggungjawabkan, seperti internet
dan media-media porno yang saat ini mudah diakses. Hal tersebut menyebabkan
informasi serta interpretasi yang didapat seringkali salah, tidak tepat
sasaran, bahkan berakibat buruk.
Ketidaktahuan remaja mengenai seks akan menggiring mereka
kepada perasaan ingin mencoba-coba hal baru. Oleh karena itu, pendidikan seks
sangat penting untuk diberikan, mengingat pada saat remaja terjadi proses
puberitas sehingga mereka mengalami dorongan seks yang dipengaruhi hormon yang
sedang meledak-ledak. Jika pendidikan seks tidak diberikan saat anak menginjak
masa remaja, maka akan berdampak negatif, tidak hanya kurang pahamnya mereka
mengenai dampak dari perilaku seks yang mereka lakukan, namun juga tidak
siapnya mereka menanggup akibat dari kegiatan seks tersebut. Remaja yang hamil
di luar nikah, tingkat aborsi yang tinggi, serta penyakit kelamin merupakan
akibat dari kurangnya pendidikan seks bagi remaja.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah pengertian pendidikan seks. Selain itu juga tentang pentingnya
pendidikan seks yang di kalangan remaja dan bagaimana bahaya seks bebas.
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah dimaksudkan untuk memberikan informasi
serta penjelasan kepada pembaca mengenai hal-hal berikut :
a. Apa pengertian pendidikan seks.
b. Pentingnya pendidikan seks di
kalangan remaja
c. Mengetahui .bahaya dari seks bebas
1.4 Manfaat
Makalah
ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang
membacanya, khususnya :
a. Penulis
Penulis
mendapatkan banyak pengetahuan selama proses pembuatan makalah ini dan
diharapkan penulis dapat membuat makalah yang lebih baik lagi di waktu yang
akan datang.
b. Orang tua,
Diharapkan
dapat menyadari perannya sebagai pengajar dan pendidik dirumah dan seberapa
besar pengaruh lingkungan keluarga terhadap pendidikan seks.
c. Siswa
Diharapkan
dapat mendapatkan banyak pengetahuan dari makalah ini sehingga busa memahami
maksud dari materi yang di sampaikan.
d. Guru
Diharapkan
dapat lebih sabar, ulet, serta disiplin dalam membimbing siswa-siswa,
karena guru sangat berperan dalam proses pembelajaran mengenai
materi ini sehingga tidak adanya kekeliruan dan penyampaian dan pembuatan
makalah ini.
1.5 Metode Penelitian
Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam pembuatan makalah ini, yaitu : Studi
pustaka, yaitu dengan mengambil data dari internet untuk mendapatkan informasi dan
data yang relevan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan Seks (Sex Education)
Pendidikan seks (sex education) adalah suatu informasi
mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar. Informasi itu
meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku
seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan
kemasyarakatan
Pendapat lain mengatakan bahwa Pendidikan Seks (sex
education) adalah suatu pengetahuan yang kita ajarkan mengenai segala sesuatu
yang berhubungan dengan jenis kelamin. Ini mencakup mulai dari pertumbuhan
jenis kelamin (Laki-laki atau wanita). Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat
reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan pada
laki-laki. Tentang menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai kepada
timbulnya birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. Termasuk nantinya
masalah perkawinan, kehamilan dan sebagainya.
Menurut Dr.Abdullah Nashih Ulwan, pendidikan seks adalah
upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual
yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan
dengan seks, naluri,dan perkawinan.
2.2 Tujuan pendidikan seks
Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang
anatomi, fisiologi seks manusia, dan bahaya penyakit kelamin.
Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh seseorang
agar mengerti tentang arti, fungsi, dan tujuan seks sehingga ia dapat
menyalurkan secara baik, benar, dan legal.
Pendidikan seks dapat di bedakan antara seks instruction dan
education in sexuality. Yaitu:
1) Sex Intruction ialah penerangan mengenai anatomi
seperti pertumbuhan rambut pada ketiak, dan mengenai biologi dari repoduksi,
yaitu proses berkembang biak melalui hubungan untuk mempertahankan jenisnya
termasuk didalamnya pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi dalam mencegah
terjadinya kehamilan.
2) Education in sexuality meliputi bidang – bidang
etika, moral, fisiologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya yang di butuhkan agar
seseorang dapat memahami dirinya sendiri sebagai individual sexual serta
mengadakan interpersonal yang baik.
Tujuan pendidikan seks secara umum, yakni sesuai
dengan kesepakatan internasional ”Conference Of Sex Education And Family
Panning” pada tahun 1962, adalah untuk menghasilkan manusia dewasa yang dapat
menjalankan kehidupan yang bahagia serta tanggung jawab terhadap dirinya dan
terhadap orang lain.
Tujuan pendidikan seks menurut The Sex Information and
Education Council The United States (SIECUS) (dalam Subiyanto, 1996:79) sebagai berikut:
§ Memberi pengetahuan yang memadai
kepada siswa mengenai diri siswa sehubungan dengan kematangan fisik, mental dan
emosional sehubungan dengan seks
§ Mengurangi ketakutan dan kegelisahan
sehubungan dengan terjadinya perkembangan serta penyesuaian seksual pada anak
§ Mengembangkan sikap objektif dan
penuh pengertian tentang seks
§ Menanamkan pengertian tentang
pentingnya nilai moral sebagai dasar mengambil keputusan
§ Memberikan cukup pengetahuan tentang
penyimpangan dan penyalahgunaan seks agar terhindar dari hal-hal yang
membahayakan fisik dan mental
§ Mendorong anak untuk bersama-sama
membina masyarakat bebas dari kebodohan
Kirby,
Alter dan Scales (dalam Bruess, 1981:207), tujuan pendidikan seks antara lain :
§ Memberikan informasi yang akurat
tentang seksualitas
§ Mengurangi rasa takut dan kecemasan
mengenai perkembangan seksual
§ Mendorong lebih bertanggung jawab
dan berhasil dalam membuat keputusan
§ Mengembangkan ketrampilan untuk
mengelola masalah-masalah seksual
§ Menciptakan hubungan interpersonal
yang memuaskan
§ Mengurangi problem-problem seksual
seperti penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak dikehendaki.
Sciller (dalam Bruess, 1987:209) menyebutkan tujuan
pendidikan seks adalah :
§
Memberikan informasi yang faktual seluruh aspek seksualitas
dan perencanaan keluarga
§
Meningkatkan pemahaman diri mengenai seksualitas sehingga
menjadi percaya diri
§
Meningkatkan pemahaman mengenai seks yang berlawanan jenis
sehingga dapat meningkatkan hubungan yang positif
§
Mengembangkan seksualitas sebagai bagian dari kesehatan
hidupnya
Tujuan pendidikan seks dapat dirinci sebagai berikut :
Membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara pria dan wanita dalam
keluarga, pekerjaan, dan seluruh kehidupan yang selalu berubah dan berbeda
dalam tiap masyarakat dan kebudayaan, membentuk pengertian tentang peranan seks
dalam kehidupan manusia dan keluarga, mengembangkan pengertian diri sendiri
sehubungan dengan fungsi dan kebutuhan seks, dan membantu seseorang dalam
mengembangkan kepribadian sehingga mampu mengambil keputusan yang bertanggung
jawab, yaitu :
a. Memberikan pengertian yang memadai mengenai
perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan
masalah seksual pada remaja.
b. Mengurangi ketakutan dan kecemasan
sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan
tanggungjawab)
c. Membentuk sikap dan memberikan
pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi
d. Memberikan pengertian bahwa hubungan
antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan
keluarga.
e. Memberikan pengertian mengenai
kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam
membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
f. Memberikan pengetahuan tentang
kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan
eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
g. Untuk mengurangi prostitusi,
ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang
berlebihan.
h. Memberikan pengertian dan kondisi
yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif
dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orangtua, anggota
masyarakat.
Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya
sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke
hati antara orangtua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu
dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak
ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak
laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya.
1) Usahakan jangan sampai muncul
keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan
kehabisan bahan pembicaraan.
2) Cara menyampaikannya harus wajar dan
sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
3) Isi uraian yang disampaikan harus
objektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar
anak tidak akan bertanya lagi.
4) Dangkal atau mendalamnya isi
uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan
anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu menerangkan secara
lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena
perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap
kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
5) Pendidikan seksual harus diberikan
secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya
tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi
maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
6) Usahakan melaksanakan pendidikan
seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui
seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk
mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar
benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.
Pendidikan seks di sekolah-sekolah sedang diberikan untuk
memberi informasi siswa tentang masalah yang berkaitan dengan seks. Hal ini
dianggap penting bagi masyarakat bahwa siswa memahami informasi yang tepat
tentang seks, praktek seksual, pelecehan seksual anak dan penyakit menular
seksual. Namun, seperti semua ideologi, pendidikan seks di sekolah juga
memiliki pro dan kontra.
2.3
Pentingnya Pendidikan
Seks (Sex Education) Bagi Remaja
Ada beberapa hal mengenai Pentingnya Pendidikan Seks bagi
Remaja, diantaranya yaitu:
1. Untuk mengetahui informasi seksual
bagi remaja
2. Memiliki kesadaran akan pentingnya
memahami masalah seksualitas
3. Memiliki kesadaran akan
fungsi-fungsi seksualnya
4. Memahami masalah-masalah seksualitas
remaja
5. Memahami faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya masalah-masalah seksualitas
Selain itu ada dua faktor mengapa pendidikan seks (sex
education) sangat penting bagi remaja. Faktor pertama adalah di mana
anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex education, sebab
orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adahal hal yang
tabu. Sehingga dari ketidak fahaman tersebut para remaja merasa tidak
bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya.
Faktor kedua, dari ketidak pahaman remaja
tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan sosial
masyarakat, hal ini ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang
menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain, VCD, majalah,
internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang
seperti itu. Dampak dari ketidakfahaman remaja tentang sex education ini,
banyak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah,
kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.
Mungkin kita baru menyadari betapa pentingnya pendidikan
seks karena banyak kasus pergaulan bebas muncul di kalangan remaja dewasa ini.
Kalau kita berbicara tentang pergaulan bebas, hal ini sebenarnya sudah muncul
dari dulu, hanya saja sekarang ini terlihat semakin parah. Pergaulan bebas
remaja ini bisa juga karena dipicu dengan semakin canggihnya kemajuan
teknologi, juga sekaligus dari faktor perekonomian global. Namun hanya
menyalahkan itu semua juga bukanlah hal yang tepat
2.4
Bahaya Seks Bebas
a) Menciptakan kenangan buruk. Apabila
seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah atau seks bebas maka secara
moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut. Keluarga besar pelaku
pun turut menanggung malu sehingga menjadi beban mental yang berat.
b) Mengakibatkan kehamilan. Hubungan
seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada masa
subur. kehamilan yang terjadi akibat seks bebas menjadi beban mental yang luar
biasa. Kehamilan yang dianggap “Kecelakaan” ini mengakibatkan kesusahan dan
malapetaka bagi pelaku bahkan keturunannya.
c) Menggugurkan Kandungan (aborsi) dan
pembunuhan bayi. Aborsi merupakan tindakan medis yang ilegal dan melanggar
hukum. Aborsi mengakibatkan kemandulan bahkan Kanker Rahim. Menggugurkan
kandungan dengan cara aborsi tidak aman, karena dapat mengakibatkan kematian.
d) Penyebaran Penyakit. Penyakit
kelamin akan menular melalui pasangan dan bahkan keturunannya. Penyebarannya
melalui seks bebas dengan bergonta-ganti pasangan. Hubungan seks satu kali saja
dapat menularkan penyakit bila dilakukan dengan orang yang tertular salah satu
penyakit kelamin. Salah satu virus yang bisa ditularkan melalui hubungan seks
adalah virus HIV.
e) Timbul rasa ketagihan.
f) Kehamilan terjadi jika terjadi
pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa pihak pria. Dan hal itu
biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja sering disebabkan
ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan
penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia
mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri,dan perkawinan. Dan
pendidikan seks bagi remaja merupakan hal yang penting, hal ini dimaksudkan
untuk menhindarkan remaja dari perbuatan-perbuatan zina yang diharamkan oleh
agama Islam.
Peran utama dalam pendidikan seks bagi remaja dipegang oleh
orang tua, karena orang tua bertanggung jawab atas perkembangan putra-putrinya
agar tidak terjerumus dalam lubang kenistaan. Adapun pendidikan seks dapat
dilakukan dengan beberapa cara yang secara globalnya yaitu memberikan
pengertian seks bagi anak serta memberikan pengertian batasan-batasan dalam
bergaul, dan meningkatkan keimanan anak kepada Allah swt.
3.2
Saran
Fokusnya utama Pendidikan Seks adalah pendidikan dan
pengetahuan daripada seks. Pendidikan Seks mampu menyelamatkan kaum remaja dari
keadaan yang tidak sehat atau berbahaya untuk kesehatannya. Seharusnya
Pendidikan Seks tidak dianggap tabu dan tidak ditutu- tutupi lagi.
Sebagai suatu cabang, masyarakat yang mampu sebagian besar
penduduk kaum muda, ruang sekolah seharusnya mengambil peran utama untuk
memberi Pendidikan Seks ini.
Sebaiknya pemerintah bertindak mengembangkan program
Pendidikan Seks dengan bahan-bahan resmi untuk disediakan setiap sekolah. Lebih
banyak dana seharusnya diberikan dibidang Pendidikan, untuk menyakinkan setiap
siswa mengalami kesempatan untuk mengakses informasi yang dibutuhkan. Program
Pendidikan Seks seharusnya mencapai keseimbangan antara pengetahuan lengkap dan
norma-norma kebudayaan dan agama Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
·
https://galihryan.wordpress.com/2009/11/20/makalah-bahaya-free-sex
·
http://www.tugasku4u.com/2013/06/bahaya-seks-bebas-pada-remaja.html
·
http://cehonk.blogspot.com/2011/05/makalah-tentang-pendidikan-seks-bebas.html
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah, karena atas rahmat dan inayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tujuan kami membuat makalah ini adalah agar bisa belajar bersama untuk
mengetahui latar belakang dari seks bebas. Dan memahami pendidikan tentang seks
bebas.
Dengan semangat kami dapat menyelesaikan
tugas ini. Tugas ini tidak mungkin terlaksana dengan baik, tanpa adanya tekad,
niat dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih belum sempurna oleh karena itu dalam kerendahan
hati, kami mohon semua pihak pembaca dan guru berkenan memberikan saran dan
kritik sebagai bahan penyempurna untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Banjarsari, April 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR
ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
1.4 Manfaat ...................................................................................... .... 3
1.5 Metode Penelitian ........................................................................ .... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. .... 4
2.1 Pengertian Pendidikan
Seks (Sex Education) ............................ .... 4
2.2 Tujuan pendidikan seks ............................................................... .... 4
2.3 Pentingnya Pendidikan
Seks (Sex Education) Bagi Remaja ....... .... 8
2.4 Bahaya Seks Bebas ...................................................................... .... 9
BAB III PENUTUP ....................................................................................... .... 11
3.1 Kesimpulan ................................................................................. .... 11
3.2 Saran
........................................................................................... ` 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12
Comments
Post a Comment