MAKALAH BUDIDAYA IKAN KOI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang
perairan yang mempunyai berbagai macam jenis ikan yang beranekaragam, beberapa
diantaranya mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. Salah satunya adalah ikan
koi (Cyprinus carpio) merupakan salah satu ikan hias potensial yang
dibudidayakan di Indonesia. Ikan koi memiliki ciri khas warna yang menarik
serta variasi jenis yang beranekaragam. Secara garis besar ikan koi
diklasifikasikan dalam 13 kategori yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Bekko, Utsurimono,
Asagi, Shusui, Tancho, Hikari, Koromo, Ogon, Kinginrin, dan Kawarimono. Ikan
koi termasuk jenis ikan hias air tawar bernilai ekonomis tinggi, baik di
pasaran nasional maupun internasional, sehingga banyak para penggemar ikan di
Indonesia yang tertarik untuk memelihara ikan ini.
Melihat prospek pasar yang cukup
tinggi dan menjanjikan maka usaha ikan koi tampaknya akan mendapatkan
keuntungan yang cukup tinggi. Namun untuk menghasilkan keuntungan yang cukup
tinggi ini dibutuhkan bibit ikan yang unggul. Oleh karena itu diperlukan adanya
pengetahuan, keterampilan, softskill dan wawasan yang tinggi tentang
pemeliharaan dan pembiakan ikan koi.
1.2.Rumusan Masalah
Dari
latar belakang di atas yang menjadi rumusan malah dalam makalah ini adalah
bagaimana tahapan cara budidaya ikan Koi dan seberapa besar nilai ekonomi yang
dibutuhkan.
1.3.Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan tentang
budidaya ikan koi mulai dari pembenihan hingga pemasaran dan analisis ekonomi
yang dibutuhkan.
2. Dapat memecahkan masalah dalam
budidaya ikan koi.
BAB II
PELAKSANAAN PEMBUDIDAYAAN
2.1.Morfologi Ikan Koi
Koi memiliki berbagai corak warna
yang lebih indahdan mempunyai badan yang berbentuk seperti torpedo dengan
perangkat gerak berupa sirip. Ada-pun sirip-sirip yang melengkapi bentuk
morfologi koi adalah sebuah sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang
sirip perut, sebuah sirip anus, dan sebuali sirip ekor. Sirip-sirip tersebut
sangat penting bagi inereka untuk berpindah tempat. Ibarat manu-sia, ikan pun
mempunyai kaki dan tangan. Sirip dada bisa
diibaratkan sebagai tangan, sedangkan sirip perut sebagai
kaki. Hanya bedanya dengan manusia, tangan dan kaki tidak baka)
tumbuh lagi ketika patah (Jika tidak disambung), sirip-sirip pada ikan koi
umumnya akan tumbuh Jika patah atau di-potong.
Untuk bisa berfungsi sebagai alat
bergerak, sirip ini terdiri atas jari-jari keras, jari-jari lunak, dan selaput
sirip. Yang dimaksud dengan jari-jari keras adalah jari-jari sirip yang kaku
dan patah jika di-bengkokkan. Sebaliknya jari-jari lunak akan lentur dan tidak
patah jika dibengkokkan, dan letaknya selalu di belakang jari-jari keras.
Selaput sirip merupakan "sayap" yang memungkinkan koi mempunyai
tenaga dorong yang lebih kuat apabila bere-nang. Selaput inilah yang sering
dibabat habis para-sit dan penyakit sehingga sirip koi tampak seperti
sisir/sikat. Sirip dada dan sirip ekor hanya mempunyai jari-jari lunak. Sirip
punggung mempunyai 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak, sirip perut hanya
terdiri dari jari-jari lunak, sebanyak 9 buah, sirip anus mempunyai 3 jari-jari
keras dan 5 jari-jari lunak.
Selain sirip sebagai sarana
penggerak, koi juga mempunyai indera penciuman. Indera pencium ini berupa
sepasang sungut (kumis) pada sebelah atas mulutnya, yang berguna untuk mencium
makanan pada dasar kolam yang berlumpur. Dengan indera penciumnya ini, mereka
mampu mendapatkan makanan dengan memisahkannya dari lumpur yang menutupi
makanan tersebut. Kumis. ini pula yang membedakannya dengan ikan maskoki, yang
cikal bakalnya sangat mirip dengan mereka.
Pada sisi badannya, dari pertengahan
kepala hingga batang ekor, terdapat gurat sisi (Linea lateralis) yang berguna
untuk merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada di
sebelah dalam sisik yang membayang hingga ke sebelah luar.
Badan koi tertutup selaput yang
terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama terletak di luar, dikenal sebagai
lapisan epidermis, sedang lapisan dalam di-sebut endodermis. Epidermis terdiri
dari sel-sel getah dan yang menghasilkan lendir (mucus) pada permukaan badan ikan.
Cairan ini melindungi per-mukaan badan atau menahan parasit yang menye-rang
koi. Berbeda dengan lapisan epidermis, lapisan endodermis terdiri atas
serat-serat yang penuh dengan sel. Pangkal sisik dan urat-urat darah terdapat
pada daerah ini. Di dalam lapisan ini juga terdapat sel warna yang sangat
diperlukan sekali oleh koi. Sel warna ini mempunyai corak yang sangat kompleks
yang dengan cara kontraksi memproduksi larutan dengan 4 macam sel warna yang
berbeda. Adapun keempat sel yang diproduksinya adaJah melano-phore
(hitam), xanthophore (kuning), erythrophore (merah), dan guanophore (putih).
Organ perasa dan sistem syaraf mempunyai hubungan yang erat dengan
penyusutan dan penyerapan sel-sel warna.
Sisik koi mempunyai pertumbuhan yang
unik. Pada sisik akan tergambar garis-garis yang bisa di-jadikan patokan untuk
mengira-ngira umur koi.
2.2.Teknik
Budidaya
Indonesia merupakan negara yang
perairan yang mempunyai berbagai macam jenis ikan yang beranekaragam, beberapa
diantaranya mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. Salah satunya adalah ikan
koi (Cyprinus carpio) merupakan salah satu ikan hias potensial yang
dibudidayakan di Indonesia. Ikan koi memiliki ciri khas warna yang menarik
serta variasi jenis yang beranekaragam. Secara garis besar ikan koi diklasifikasikan
dalam 13 kategori yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Bekko, Utsurimono, Asagi, Shusui,
Tancho, Hikari, Koromo, Ogon, Kinginrin, dan Kawarimono.
2.2.1.
Pemilihan Lokasi & Konstruksi
Wadah
Ikan koi secara alami hidup di air
deras sehingga membutuhkan air jernih dan berkadar oksigen tinggi. Pemeliharaan
ikan koi yang terbaik adalah di kolam sehingga mudah mendapatkan makanan alami
dan sinar matahari untuk merangsang pewarnaan tubuh. Kolam sebagian dinaungai
karena sinar matahari yang terlalu banyak menyebabkan suhu air kolam meningkat
dan air kolam menjadi keruh akibat blooming fitoplankton.
Koi berukuran kecil dapat
ditempatkan di akuarium, walaupun ini tidak dapat menjadi habitat permanen.
Bila dipelihara dalam kelompok, koi akan belajar untuk tidak mengganggu ikan
yang berukuran sama, tetapi memakan ikan yang lebih kecil. Koi suka menggali
dasar kolam sehingga menyebabkan akar tanaman rusak.
2.2.2.
Kualitas Air
Air merupakan media hidup dan
mempengaruhi kualitas tampilan ikan koi sehingga perlu mendapat perhatian.
Kualitas air untuk mendukung perkembangan koi secara optimum adalah sebagai
berikut:
v suhu air berkisar 24-26oC,
v pH 7,2-7,4 (agak basa),
v oksigen minimal 3-5 ppm,
v CO2 max 10 ppm,
v nitrit max 0,2.
Air yang digunakan harus
terdeklorinisasi atau sudah disaring dan diendapkan 24 jam. Air yang digunakan
untuk pemijahan dan penetasan telur sebaiknya memiliki kandungan oksigen dan
suhu yang stabil. Untuk menjamin tersedianya oksigen dapat digunakan aerator,
sedangkan suhu pada bak pemijahan diusahakan sama dengan suhu air kolam dengan
tingkat perbedaan (fluktuasi) kurang dari 5oC.
2.2.3.
Pakan
Koi adalah bottom feeder (pemakan di
dasar) dan omnivora (pemakan segala). Meski demikian ia biasa makan apa
saja yang bisa dimakan, seperti pucuk daun, atau berburu cacing di dasar
sungai. Maka inilah guna dari sungut yang ada pada mulut ikan. Pakan
buatan untuk pembesaran koi dapat diberikan dalam bentuk butiran (pellet).
Sumber protein utama adalah formulasi kombinasi antara bahan nabati (misalnya
tepung kedelai, tepung jagung, tepung gandum, tepung daun, dll) dan bahan
hewani (seperti; tepung ikan, tepung kepala udang, tepung cumi,kekerangan dll)
serta multivitamin dan mineral seperti Ca, Mg, Zn, Fe, Co sebagai pelengkap
pakan.
Kualitas pakan sangat menentukan
tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi sendiri, sehingga banyak upaya telah
dilakukan dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung zat pigmen seperti
karotin (warna jingga), rutin (kuning) dan astasantin (merah). Zat-zat tersebut
terkandung pada tubuh hewan dan tumbuhan tertentu seperti wortel mengandung zat
karotin; sedangkan ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau mengandung rutin;
spirulina, kepiting, udang mengandung astasantin. Para pembudidaya saat ini
tidak perlu lagi menyiapkan pakan sendiri karena sudah tersedia di pasaran
pakan koi yang sudah di formulasi sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan zat untuk
pembentukan warna ikan koi.
Pakan alami atau pakan
Hidup misalnya cacing darah, cacing
tanah, daphnia, cacing tubifex cocok diberikan pada benih koi (hingga bobot 50
g/ekor) karena lebih mudah dicerna oleh benih sesuai dengan kondisi sistem
pencernaan, selain itu koi juga dapat memakan phitoplankton dalam kolam.
Jumlah pakan diberikan berdasarkan
jumlah ikan (bobot biomassa) dalam kolam dengan kisaran kebutuhan 3-5 %
per-hari, dengan frekuensi pemberian 2-3 kali per-hari hal ini juga disesuaikan
dengan kondisi ikan dan media air pemeliharaannya.
Menurut pengalaman dan penelitian
bertahun – tahun, ditemukanlan bahan – bahan aktif yang dapat ditambahkan untuk
membuat warna koi lebih cemerlang. Koi yang dipelihara di kolam Lumpur ternyata
memiliki kualitas warna yang lebih cemerlang dibandingkan dengan yang
dipelihara di kolam tembok. Ternyata ikan loi tersebut banyak menyantap
ganggang yang memang tumbuh di Lumpur. Ganggang yang dimakan koi
mengandung banyak zat karoten. Maka kalau anda ingin menambah warna ikan lebih
cemerlang beri makan “krill”, paprika, dan daun marigold, semuanya dapat anda
campurkan dalam makanannya. Banyak makanan sumber karoten ini sudah dalam
bentuk extract sehingga mudah dicampurkan dengan pellet atau roti.
2.2.4.
Pembenihan
Kolam pemijahan tidak mungkin
menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus mempunyai pintu
pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri.Selain itu, seluruh kolam harus
diplester dan bisa dikeringkan dengan sempurna.
Luas kolam pemijahan bervariasi.
Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5
m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut,
terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.
Jika mungkin, sediakan juga kolam
penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi
panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m.
Satu kolam lagi jika ada, yaitu
kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk lmensuplai pakan benih
jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam
antara 6-10 m2, cukup memadai.
Bagi yang memiliki uang cukup,
dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak
fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin
kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.
Induk yang baik adalah yang memiliki
pola warna bervariasi yang cerah simetris dengan bentuk tubuh seperti terpedo
dengan berat badan minimal 1 kg. Kebanyakan pembudidaya memilih untuk membeli
koi berkualitas baik untuk calon induk dengan ukuran 5-8 cm yang harganya murah
untuk dibesarkan menjadi induk.
Secara alami, carp memijah pada
musim semi dan menjadi matang gonad dengan menaikkan suhu air. Induk jantan dan
betina ditempatkan dalam wadah terpisah (untuk menghindari bertelur yang tidak
diinginkan) dan tidak diberi pakan selama beberapa hari.
Koi dapat memijah secara alami dan
buatan yaitu dengan rangsangan hormon yang disuntikkan pada tubuh induk betina
untuk mempercepat proses pembuahan. Penyuntikan Pituitary Gland (PG, nama
dagang ovaprim) dengan dosis 0,2 mg/kg bobot ikan untuk satu kali penyuntikan.
Ovulasi akan terjadi 10 jam setelah
penyuntikan. Sistem pemijahan tanpa pengurutan/stripping ini disebut pemijahan
semi alami yang lebih aman karena tanpa melukai ikan. Bila ikan sulit melakukan
pemijahan alami sehingga perlu bantuan proses pembuahan buatan, maka dilakukan
pengurutan telur dan sperma (stripping) yang merupakan pilihan terakhir.
Induk betina dalam sekali pemijahan
dapat menghasilkan 75.000 telur/kg berat badan. Perbandingan jumlah induk dalam
proses pemijahan adalah 2 betina dan 1 jantan. Biasanya telur yang dikelurkan
oleh induk betina menempel pada substrat (injuk) yang segera dibuahi oleh
sperma jantan. Setelah telur dibuahi sebaiknya dipisahkan dari induk, dengan
memindahkan induk dari wadah pemijahan atau sebaliknya telur yang diangkat dan
dipindahkan kedalam wadah penetasan.
2.2.5.
Pendederan
Telur yang sudah dibuahi akan
menetas setelah 24-48 jam tergantung suhu. Selama penetasan, kepadatan telur
adalah 1 kg per 5 liter air. Larva yang baru menetas belum memerlukan pakan
selama 3-4 hari, karena masih mempunyai kantong kuning telur.
Menjelang kuning telur habis, perlu
diberikan pakan alami berupa naupli artemia atau pakan alami lainnya yang
seukuran. Kemudian secara bertahap dapat diberikan pakan buatan berupa butiran
kering(pellet). Dalam 5 hari sesudahnya 1 juta larva memerlukan 7 kg artemia,
atau sekitar 0,5-2 kg per hari. Pada tahap ini larva ditebar pada kepadatan
20-40 larva/liter. Untuk menghasilkan 1 juta fingerling memerlukan sekitar 25kg
telur artemia. Sintasan selama 9 hari adalah 50-80%. Ikan yang seberat 10 mg
dapat dijual seharga US$ 0,25 atau sekitar Rp. 2.500,-.
Larva yang berbobot 0,25 g diberikan
pakan buatan (butiran) kering dan dapat didederkan ke kolam hingga ukuran
fingerling (2 gram). Pendederan terbagi atas 2 tahap yaitu pendederan I selama
2 bulan pemeliharaan hingga larva mencapai ukuran fingerling (2-3 cm).
Pendederan II dilakukan dalam kolam yang diolah untuk menumbuhkan pakan alami
dan dilakukan seleksi dan penjarangan (mengurangi kepadatan). Penjarangan
bertujuan untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi ikan koi. Seleksi bertujuan
untuk mendapatkan ikan Koi berkualitas baik.
Waktu yang diperlukan dari telur
hingga mencapai ukuran fingerling (2 gram) adalah 6-8 minggu dengan nilai
sintasan (SR) 55%. Sedangkan untuk mencapai ukuran 5-8 cm diperlukan waktu 4
bulan. Kualitas ikan koi (pola dan warna) bergantung dari tetuanya. Dari hasil
seleksi ukuran fingerling, yang afkir mencapai 25-50%. Dari 1 juta telur dapat
dihasilkan 225.000-338.000 ekor fingerling berkualitas baik (22–33 %).
2.2.6.
Pewarnaan
Kualitas koi ditentukan oleh pola
warna, kesesuaian jenis koi dan kejelasan warna. Pola warna yang simetris
dengan batasan jelas antar warna menunjukkan kualitas yang baik.
Genotip menentukan jumlah dan jenis
sel pigmen serta kromatofora. Kromatofora menghasilkan warna juga dipengaruhi
otak ikan. Ikan pada wadah gelap cenderung berwarna gelap, begitu pula
sebaliknya. Warna dapat berubah bila ikan mengalami tekanan (stres). Biasanya
ikan yang tumbuh lambat mempunyai warna yang lebih baik daripada ikan yang
tumbuh cepat karena pigmen bisa diubah dan digunakan untuk pertumbuhan tubuh.
Seumur hidupnya, ikan koi dapat menyimpan dan menggunakan pigmen. Koi muda yang
berwarna pucat apabila diberikan pakan berpigmen selama 6 minggu sebelum
dipasarkan akan berwarna menarik. Intensitas warna tergantung dari jumlah
pigmen dalam kromatofora. Pigmen dapat muncul dengan adanya karotenoid dalam
pakan.
2.2.7.
Pra Panen
Koi tumbuh sekitar 2 cm per bulan
dan pada usia 60 tahun dapat mencapai panjang hingga 1 m. Bila ikan Koi telah
mencapai ukuran pasar yaitu 20 cm dapat dipanen dan dilakukan seleksi akhir,
dengan memisah-misahkan jenis, ukuran dan pola warna tubuhnya. Dari hasil
seleksi ini, Koi yang terpilih dibesarkan di dalam bak atau kolam semen sambil
menunggu harga pasar yang baik.
Dalam penampungan akhir ini, ikan
dapat diperbaiki bentuknya, jika terlalu gemuk dibuat langsing atau yang
terlalu kurus dibuat lebih gemuk. Pemeliharaan berikutnya diusahakan tidak
terlalu padat, akan lebih baik jika dalam bak dilengkapi aerator sehingga
kesegaran air terjamin dan dengan pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan
kualitas warna tubuh ikan Koi.
Eksportir harus memiliki syarat izin
dari Dinas Perdagangan yang dibuktikan dengan dokumen IKIS ( Izin Instalasi
Karantina Ikan Sementara ), Hasil Uji PCR (Polymerase Chain Reaction), untuk
deteksi penyakit ikan dan dokumen bea cukai di bandara.
Standar ikan yang akan diekspor
antara lain kondisi sehat dengan ciri diantaranya bentuk tubuh ideal dan
proporsional, Sirip sempurna seperti tidak ada bengkok, tidak cacat, rusak,
robek atau patah. Kondisi sisiknya utuh tidak ada yang lepas, mengkilap dan
berkilau bila terkena sinar. Ikan Koi diperiksa di laboratorium oleh Badan
Karantina untuk di cek apakah benar – benar sehat dan tidak berpenyakit. Bila
ikan dinyatakan sehat, Badan Karantina akan mengeluarkan Surat Keterangan
Layak Ekspor.
Badan Karantina kemudian mengemas
ikan hias dalam plastik, Styrofoam, dan Hard Carton. Dalam satu kantong plastik
ukuran 20 liter diisi air dan oksgen dengan perbandingan 2:3 untuk 20 ekor ikan
Koi ukuran 8 cm. Pengiriman ikan Koi ini dilakukan dengan menggunakan jalur
udara.
Kapasitas ekspor PT. Vivaria
Indonesia saat ini lebih dari 300 ekor untuk sekali pengiriman. Biaya pengiriman
untuk satu kali pengiriman tergantung Negara yang dituju, misalnya
ke Negara China sebesar Rp 3 juta. Biaya tersebut ditanggung eksportir.
Sedangkan system pembayaran oleh buyer menggunakan L/C (Letter of Credit –
sebuah cara pembayaran international yang memungkinkan ekspotir menerima
pembayaran tanpa menunggu berita dari luar negeri setelah barang dikirim kepada
pemesan) dengan tanggung jawab penjual (produsen) hanya sampai di atas kapal
yang tertambat di pelabuhan dalam negeri atau Free On board (FOB).
BAB III
ANALISIS EKONOMI
3.1. Analisa Usaha Budi Daya Ikan Koi
Pembenihan dan pembesaran fingerling periode 3
bulan.
1. InvestasI
a. Sarana
Kolam 3 unit (2 X 1 X 1) =
3.000.000
1 pasang induk (1 betina, 3 jantan)
= 5.000.000
1 unit pompa air
= 650.000
1 set perikanan
= 1.350.000
Total
= 10.000.000
b. Modal Kerja
pakan
=
500.000
Obat-obatan
= 300.000
Listrik 3 bulan
=
600.000
Tenaga kerja (1 X 3 X 200.000)
=
600.000
Total
=
2.000.000
c. Jumlah Investasi : 1a + 1b = 10.000.000 + 2.000.000 = 12.000.000
2. Biaya Tetap
a. Penyusutan
Kolam 3/120 X 3.000.000
= 750.000
Pompa air 3/60 X 650.000
= 32.500
Alat-alat perikanan 3/24 X
1.350.000 = 168.750
Total
= 276.250
b. Biaya Bank
2.5 x 3 x 12.000.000
= 900.000
c. Jumlah Biaya Tetap : (2b + 2a) = 276.250 + 900.000 =
1.176.250
d. Total Biaya Produksi : (1b + 2c) = 2.000.000 + 1.176.250 = 3.176.250
e. Hasil Penjualan
• Perkiraan hasil sekali bertelur sepasang
induk = 10.000 ekor
• Perkiraan hidup anak koi = 60/100 x
10.000 ekor = 6.000 ekor
• Kemungkinan hisup anak koi (burayak) sampai
umur 3 bulan dengan survey rate (SR) 70%: =
70/100 x 6.000 ekor = 4.200 ekor
• Kualitas A 10% = 420 ekor
Harga per ekor @Rp.5.000
Total : 5.000 x 420
= Rp. 2.100.000
• Kualitas B 30%
= 1260 ekor
Harga per ekor @ Rp. 2000
Total : 2.000 x 1260
= Rp. 2.520.000
• Kualitas C 60%
= 2520 ekor
Harga per ekor @ Rp. 500
Total : 500 x 2520
= Rp. 1.260.000
Total Hasil Penjualan = Rp. 5.880.000
f. Keuntungan
penerimaan (total hasil penjualan) – Total biaya
produksi (2f-2d)
5.880.000 – 3.176.250 =
2.703.750
g. Cash Flow
keuntungan + Biaya Penyusutan (2f+2a)
= 2.703.750 + 276.250 = 2.980.000
h. Pay back period
Jumlah Investasi /keuntungan x 3 bulan (1c/1x3)
= 12.000.000 / 2.703.750 x 3 =
13.31% atau 4 periode setahun
Keterangan:
- Susut kolam 10 tahun (120 bulan)
- Penyusutan pompa air 5 tahun (60 bulan)
- Penyusutan alat-alat perikanan 2 tahun (24 bulan)
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Koi terbaik adalah yang memiliki
intensitas, keseimbangan dan kejernihan warna terbaik. Membeli koi kecil
sebaiknya dipilih yang memiliki kepala terbesar, biasanya akan tumbuh menjadi
ikan dengan tubuh besar. Bentuk yang paling baik adalah seperti
“torpedo”. Nilai koi tergantung dari ukuran, bentuk serta keseimbangan
pola dan intensitas warna kulit.
Ikan koi termasuk jenis ikan yang
mudah dipelihara. Makanannya tidak selalu harus spesial karena termasuk
binatang pemakan tumbuh-tumbuhan dan hewan ( omnivira).Koi akan mendapat
makanan tambahan dan doping khusus untuk menguatkan warna tubuhnya dalam masa
karantina. Selain itu, sayur-sayuran seperti kangkung atau buah-buahan,
misalnya jeruk, bisa diberikan pada koi.
Umur ikan koi bisa bertahan sampai
puluhan tahun. Untuk memiliki ikan yang berasal dari perairan Eurasia and the
middle east. Ini para penggemar dan calon penggemar dapat menyesuaikan diri
antara keinginan dan kondisi saku. Tak selamanya harus mengeluarkan biaya yang
mahal karena harganya yang bervariasi, tergantung dari ukuran dan jenis.
Beberapa penjual mematok harga mulai dari Rp 50 ribu hingga mencapai Rp 8 Juta.
Hebatnya, harga koi juara kontes dapat menembus ratusan juta rupiah. Adapun
pemanfaatn nilai tambah yang lain tidak begitu seefektif nilai tambah dalam
potensi ikan hias.
4.2.Saran
Dengan melihat potensi yang cukup
baik dan perawatan yang tidak terlalu sulit, maka usaha seperti ini cukup baik
di Indonesia. Harga yang di capai pun saat tiba atau musimnya ikan koi ini
trend membuat harga melonjak tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
(http://budidayanews.blogspot.com/2011/02/cara-budidaya-ikan-koi.html)
www.google/permasalah pada budidaya
ikan koi.com
www.koiherves virus.com
Huseini.Martani. PENYAKIT PADA IKAN KOI. Jakarta. 2007
http://www.belajarkreatif.net/2013/09/analisis-bisnis-usaha-budi-daya-ikan-koi.html
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji hanya
baginya. Semoga sholawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita, Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, dan juga
kepada para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Puji
syukur Alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah, inayah-Nya. Sehingga penulisan makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Makalah
dengan judul ”Budidaya Ikan Koi”. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para siswa yang membacanya. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena masih banyak kekurangan
dan kesalahan. Maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk meyempurnakan makalah ini.
Dengan
makalah ini, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi penulis serta pembaca pada umumnya.
Banjarsari, Mei 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2.
Rumusan Masalah ............................................................................. 1
1.3. Tujuan................................................................................................. 1
BAB II PELAKSANAAN
PEMBUDIDAYAAN ...................................... 2
2.1. Morfologi
Ikan Koi............................................................................ 2
2.2.
Teknik Budidaya ............................................................................... 3
2.2.1.
Pemilihan Lokasi & Kontruksi Wadah .................................... 4
2.2.2.
Kualitas Air ............................................................................. 4
2.2.3.
Pakan ....................................................................................... 5
2.2.4.
Pembenihan ............................................................................. 6
2.2.5.
Pendederan .............................................................................. 7
2.2.6.
Pewarnaan ............................................................................... 8
2.2.7.
Pra Panen ................................................................................. 9
BAB III ANALISIS
EKONOMI.................................................................. 11
3.1. Analisa
Usaha Budidaya Ikan Koi..................................................... 11
BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 13
4.1. Kesimpulan ........................................................................................ 13
4.2. Saran .................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 14
Comments
Post a Comment