MAKALAH PENETAPAH HARGA (Kewirausahaan)

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.  Latar Belakang

Dalam struktur pasar apapun sebuah perusahaan beroperasi, penetapan harga untuk maksimasi laba mangharuskan analisis yang seksama terhadap hubungan antara biaya marginal dan pendapatan marginal. Tetapi, riset tentang praktek – praktek penetapan harga aktual menunjukkan bahwa banyak perusahaan tampaknya menetapkan harga tanpa analisis eksplisit rehadap hubungan marginal. Studi memperlihatkan bahwa kebanyakan perusahaan menggunakan penetapan harga markup, menetapkan harga untuk menutup semua biaya langsung ditambah markup sebesar satu presentase tertentu untuk kontribusi laba (biaya umum dan laba) daripada menetapkan harga di mana MR = MC. Bagaimana sesuatu yang tampaknya bertentangan antara teori ekonomi dan praktek penetapan harga actual ini dijelaskan?

Jika kita memahami prosedur yang dipergunakan untuk keputusan penetapan harga actual, tidak terdapat konflik antara teori dan praktek. Pada kenyataannya, praktek – praktek penetapan harga secara markup merupakan alat praktis yang dengannya perusahaan – perusahaan menerapkan analisis marginal untuk menetapkan harga berbagai barang dan jasa. Praktek penetapan harga secara markup yang luwes dan mencerminkan perbedaan dalam biaya marginal dan elastisitas permintaan merupakan cara yang efisien untuk beroperasi sehingga MR = MC untuk setiap lini produk yang dijual.

Demikian pula, praktek penetapan harga untuk musim puncak dan di luar puncak, diskriminasi harga, dan penetapan harga untuk produk - produk kesemuanya merupakan cara yang efisien untuk beroperasi sehingga MR = MC untuk setiap pelanggan atau kelompok pelanggan dan kelompok produk.

 

1.2.  Rumusan Masalah

1.      Apa devinisi dari harga?

2.      Apa yang dimaksud penetapan harga?

3.      Apa tujuan dari penetapan harga?

4.      Bagaimana metode penetapan harga yang benar?

 

1.3.  Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini seperti rumusan masalah di atas secara keseluruhan yaitu untuk mengetahui tentang pengertian, tujuan serta metode penetapan harga dan lainnya.


2.                   

BAB II

PEMBAHASAN

 

 

2.1.  Harga

1)      Definisi Harga

Menurut Stanton, (1984) Harga adalah Price is valueexpressed in terms of dollars and cens, or any other monetary medium of exchange. yang kurang lebih memiliki arti harga adalah nilai yang dinyatakan dalam dolar dan sen atau medium moneter lainnya sebagai alat tukar.

Menurut Basu Swastha (1986: 147) Harga diartikan sebagai Jumlah uang (kemungkinan ditambah barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.

Menurut menurut Alex S Nitisemito (1991:55) Harga diartikan sebagai nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain.

Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa, Tjiptono (2001 : 151). Dan harga merupakan unsur satu–satunya dari unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan di banding unsur bauran pemasaran yang lainnya (produk, promosi dan distribusi).

 

2)      Tujuan Penetapan Harga

Dalam teori ekonomi klasik, setiap perusahaan selalu berorientasi pada seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produk atau jasa yang dimilikinya, sehingga tujuan penetapan harganya hanya berdasarkan pada tingkat keuntungan dan perolehan yang akan diterimanya. Namun di dalam perkembangannya, tujuan penetapan harga bukan hanya berdasarkan tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan non ekonomis lainnya.

Berikut adalah tujuan penetapan harga yang bersifat ekonomis dan non ekonomis;

1.      Memaksimalkan Laba

Penetapan harga ini biasanya memperhitungkan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh. Semakin besar marjin keuntungan yang ingin didapat, maka menjadi tinggi pula harga yang ditetapkan untuk konsumen. Dalam menetapkan harga sebaiknya turut memperhitungkan daya beli dan variabel lain yang dipengaruhi harga agar keuntungan yang diraih dapat maksimum.

 

2.      Meraih Pangsa Pasar

Untuk dapat menarik perhatian para konsumen yang menjadi target market atau target pasar maka suatu perusahaan sebaiknya menetapkan harga yang serendah mungkin. Dengan harga turun, maka akan memicu peningkatan permintaan yang juga datang dari market share pesaing atau kompetitor, sehingga ketika pangsa pasar tersebut diperoleh maka harga akan disesuaikan dengan tingkat laba yang diinginkan

3.      Return On Investment (ROI) / Pengembalian Modal Usaha

Setiap usaha menginginkan tingkat pengembalian modal yang tinggi. ROI yang tinggi dapat dicapai dengan jalan menaikkan profit margin serta meningkatkan angka penjualan.

4.      Mempertahankan Pangsa Pasar

Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya penetapan harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada

5.      Tujuan Stabilisasi Harga

Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader)

6.      Menjaga Kelangsungan Hidup Perusahaan

Perusahaan yang baik menetapkan harga dengan memperhitungkan segala kemungkinan agar tetap memiliki dana yang cukup untuk tetap menjalankan aktifitas usaha bisnis yang dijalani.

Tujuan-tujuan dalam penetapan harga ini mengindikasikan bahwa pentingnya perusahaan untuk memilih, menetapkan dan membuat perencanaan mengenai nilai produk atau jasa dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan atas produk atau jasa tersebut.

 

3)      Metode Penetapan Harga

Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai rancangan dan variasi, dalam penetapan harga menurut Marras (1999: 181-185), harga dapat ditentukan atau dihitung :

1)      Harga didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan

2)      Harga yang berdasarkan pada keseimbangan antara permintaan dan suplai.

3)      Penetapan harga pasar yang ditetapkan atas dasar kekuatan pasar.

4)      Harga yang berdasarkan keseimbangan antara suplai dan permintaan.

5)      Penetapan harga atas dasar kekuatan pasar.

 


 

2.2.  Penetapan Harga

1)      Penetapan Harga Markup

Survey praktek bisnis menunjukkan bahwa praktek penetapan harga markup merupakan metode penerapan harga yang paling luas dipergunakan oleh perusahaan - perusahaan bisnis. Dalam pendekatan yang paling umum dalam praktek penerapan harga markup, perusahaan - perusahaan mengestimasi biaya variabel rata - rata untuk memproduksi dan memasarkan sebuah produk, menambahkan biaya umum, dan lalu menambahkan markup, atau margin sebesar presentase tertentu untuk laba. Pengenaan biaya tidak langsung, atau biaya umum, biasanya ditentukan dengan mengalokasikan biaya - biaya ini di antara produk - produk perusahaan atas dasar biaya variabel rata - rata mereka.

 

Mark up pricing

merupakan penetapan harga, dimana harga tertentu ditetapkan dengan jelas menambahkan suatu prosentase tetap di atas biaya produksi. Mark up Pricing berbeda-beda dalam suatu swalayan karena:

·         Adanya persaingan dalam kelas produk yang ada

·         Volume penjualan produk tersebut

·         Resiko yang terjadi dalam menjual masing-masing produk

 

1)      Markup Atas Biaya

Yaitu selisih antara harga dan biaya yang ukur secara relatif  terhadap biaya, diukur dalam % (persen)

2)      Markup Atas Harga

Mark up atas harga, selisih harga dan biaya yang diukur secara relatif terhadap harga, diukur dalam persen.

                                         

2)      Diskriminasi Harga

Diskriminasi harga yaitu kebijaksanaan untuk memberlakukan harga jual yang berbeda-beda untuk satu jenis barang yang sama di segmen pasar. Jadi, diskriminasi harga terjadi jika produk yang sama dijual kepada konsumen yang berbeda dengan harga yang berbeda. Diskriminasi harga dapat dipahami lebih baik dengan memperkenalkan konsep surplus konsumen. Surplus konsumen adalah nilai barang dan jasa bagi para konsumen di atas dan di luar jumlah yang mereka bayarkan kepada pada penjual.

Diskriminasi harga banyak dipakai sekarang ini, terutama dengan barang-barang yang tidak mudah dipindahkan dari pasar dengan harga rendah ke pasar dengan harga tinggi. Ternyata, praktek ini seringkali dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi.  Monopolis menaikkan harga jual produk mereka dan menurunkan jumlah penjualan mereka untuk meningkatkan keuntungan.  Dengan melakukan hal tersebut, mereka mungkin bisa mendapatkan pasar untuk para pembeli yang berkeinginan kuat dan kehilangan pasar untuk pebeli yang enggan. 

Dengan memberikan harga yang berbeda untuk mereka yang mau membeli dengan harga tinggi dan mereka yang mau membeli dengan harga yang rendah, monopolis dapat meningkatkan keuntungan serta kepuasan pelanggannya.

 

Persyaratan untuk diskriminasi harga yang menguntungkan

            Dua kondisi diperlukan untuk diskriminasi harga yang menguntungkan. Pertama, harus terdapat elastisitas harga dari permintaan yang berada di antara berbagai bagian pelanggan untuk satu produk tertentu. Kecuali elastisitas harga berbeda di antara berbagai bagian pasar. Kedua, perusahaan tersebut harus mampu mensegmentasi pasar dengan mengidentifikasi bagian - bagian pasar dan mencegah perpindahan pelanggan dalam bagian - bagian pasar yang berbeda.

 

Jenis - jenis diskriminasi harga

1.      Diskriminasi harga derajat 1

Diskriminasi harga derajat 1 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-beda untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To Pay) masing-masing konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli masing-masing konsumen. Contoh: seorang dokter memberlakukan tarif konsultasi yang berbeda-beda pada setiap pasiennya. Diskriminasi harga derajat 1 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 1.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjMJ-6o0jbWOY1QvJch-IXeF7xHpBuqoC6e-qyLFZaVa_uvMrZjfBhZBogRsMRVpds-T9T-eIsfEHP_i2K5JZC-y0-6okeyi22iMn2jaDXhL61Ee_B9HLnMc2sZZVKE9PnTXexlSv0xfB7/s1600/diskriminasi+harga+derajat+1.jpg

 

Gambar 1. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 1

 

Pada gambar 1 menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat 1. Pada grafik tersebut terdapat hubungan antara P (harga) dan Q (output) yang dimisalkan harga terdapat P1, P2 dan P3 dan output terdapat Q1, Q2 dan Q3. Pada grafik terlihat apabila P tinggi maka Q rendah. Hal ini apabila dikaitkan pada kemampuan daya beli konsumen berarti apabila produsen menawarkan harga yang tinggi maka terdapat sedikit konsumen yang akan membeli produk tersebut. Dan begitu sebaliknya, apabila produsen menawarkan harga yang rendah maka terdapat banyak konsumen yang dapat membeli barang tersebut. Jadi, dalam hal ini perusahaan harus mengetahui kemampuan daya beli pada masing-masing konsumen.

Diskriminasi harga derajat 1 dapat merugikan konsumen karena terdapat surplus konsumen yang diterima oleh produsen, biaya yang harusnya diterima oleh konsumen namun menjadi milik konsumen. Diskriminasi harga derajat 1 juga disebut perfect price discrimination karena memperoleh surplus konsumen paling besar.

 

2.      Diskriminasi harga derajat 2

Diskriminasi harga derajat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda-beda pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini dilakukan karena perusahaan tidak memiliki informasi mengenai reservation pricekonsumen. Contoh: perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran, pembeli yang membeli mie instan 1 bungkus dan 1 kardus akan berbeda harganya.Diskriminasi harga derajat 2 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 2.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUrhRXXNuvzak1qVMemj_zxuTgyjUWOHvgkvAjmKxoUcrkK1x6TaJY8UffkjsJVgFrsKOREIHVIBYjR_7fJTPKOTPKVhbnVvWoWjCV5i4ast_rMgwKAU9Lq_T-ycEIp7CN9wHeaQgJRJyW/s1600/diskriminasi+harga+derajat+2.jpg

 

Gambar 2. Grafik Diskriminasi Harga derajat 2

 

Pada gambar 2 diatas menjelaskan tentang diskriminasi harga derajat 2. Pada grafik tersebut pelaku usaha menetapkan harga (P1, P2 dan P3) berdasarkan jumlah konsumsi.

Kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen karena jumlah output bertambah dan harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku usaha menggunakan sistem perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan pembelian eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada harga per pak, sehingga konsumen lebih baik membeli barang langsung per pak daripada membeli barang eceran.

 

3.      Diskriminasi harga derajat 3

Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbeda untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masing-masing kelompok konsumen. Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena perusahaan tidak mengetahui reservation price masing-masing konsumen, tapi mengetahui reservation price kelompok konsumen. Kelompok konsumen dapat dibedakan atas lokasi, geografis, maupun karakteristik konsumen seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain. Contoh : barang yang dijuala di pedesaan dan di perkotaan akan berbda harganya. Diskriminasi harga derajat 3 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 3.

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5mtTfTNrNsjcl5LopKs_TBuPlv8W7fVIn7yEK24MnOZYFe-P3Hbk7Zj5fzg3BG6ADkMRi1tUZVv3ln9N8Bkp7xO1ihxf-8Ii6jw95i5JCjV1uhaeLIyuiWAH93t3K0QzACarjcC-3vr8a/s1600/diskriminasi+harga+derajat+3.jpg

 

Gambar 3. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 3

Pada gambar 3 diatas menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat 3.Diskriminasi harga ditetapkan berdasarkan perbedaan elastisitas harga. Permintaan yang lebih inelastis dikenakan harga yang lebih tinggi.

 

3)      Penetapan Harga Produk Berganda

Model mikroekonomi dasar dari suatu perusahaan mengasumsikan bahwa perusahaan memproduksi satu produk yang homogen. Hampir semua perusahaan memproduksi setidaknya beberapa model, gaya, atau ukuran dari keluaran mereka, dan masing - masing variasi ini dipandang  sebagai produk yang terpisah untuk maksud penetapan harga. Walaupun penetapan harga produk berganda mengharuskan analisis yang sama seperti untuk satu produk, analisis ini diperumit dengan adanya keterkaitan permintaan dan produksi.

*      Keterkaitan Permintaan

Keterkaitan permintaan timbul karena persaingan atau sifat saling         melengkapi di antara berbagai produk perusahaan. Analisis Keterkaitan Permintaan Keterkaitan permintaan mempengaruhi keputusan harga melalui pengaruh mereka terhadap pendapatan marginal

*      Keterkaitan produksi

Sama seperti produk - produk perusahaan yang dapat berkaitan melalui fungsi permintaan, produk - produk itu juga dapat berkaitan dalam produksi. beberapa produk dapat diproduksi bersama - sama dalam rasio yang tetap atau dalam proporsi yang dapat divariasikan.

 


 

Produk Gabungan Yang Diproduksi Dalam proporsi Tetap

Kasus paling sederhana dari produksi bersama adalah produk - produk yang dihasilkan dalam proporsi tetap. Dalam situasi ini, adalah tidak masuk akal untuk mencoba memisahkan produk - produk tersebut dari sudut pandang produksi atau biaya. Yaitu produk - produk yang harus dihasilkan dalam proporsi tetap dan tidak memungkinkan penyesuaian terhadap terhadap rasio keluaran produk.

 

4)      Penetapan Harga dalam Pasar yang Mapan

Tingkat harga umum yang terjadi di pasar yang mapan adalah tingkat harga yang memenuhi tujuan harga tertinggi atau tujuan perusahaan - perusahaan tersebut secara umum. Penetapan harga dalam pasar yang mapan dapat dilakukan dengan cara :

a.       Price Positioning

Jumlah maksimum yang akan dibayar oleh pembeli untuk suatu produk dikenal sebagai harga reservasi pembeli tersebut. Penelitian pasar yang dilakukan dengan cermat akan bermanfaat bagi perusahaan dalam menunjukkan harga - harga reservasi untuk produk tertentu dan untuk setiap ciri yang tercakup atau tidak dalam produk tersebut.

b.      Strategi Harga Product Line

Pendekatan ini memilih markup berdasarkan estimasi elastisitas harga permintaan yang secara implisit mengasumsikan bahwa permintaan akan setiap item pada lini produk tidak tergantung permintaan setiap item lain dalam lini produk itu.

c.       Penentuan Harga Untuk Menduga Kualitas

Penentuan harga sebuah produk yang lebih tinggi akan meyakinkan konsumen bahwa item itu berkualitas lebih tinggi dan menyebabkan penjualan serta laba lebih besar dibanding apabila produk itu dijual dengan harga lebih rendah.

d.      Penentuan Harga Produk Dalam Satu Paket

Pembundelan produk adalah praktik penjualan satu atau lebih produk secara bersama - sama sebagai satu paket dengan harga tunggal. Penjualan secara paket akan meningkatkan laba yang ditempuh dengan cara menaikkan harga setiap produk apabila dijual terpisah dan menawarkan bundelan sebagai suatu paket dengan satu harga yang lebih rendah dari harga jual masing - masing komponen dalam bundelan tersebut.

Menurut Tjiptono (2001 : 174) ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu perusahaan harus selalu meninjau kembali strategi penetapan harga produk - produknya yang sudah ada di pasar, diantaranya adalah :

1)      Adanya perubahan dalam lingkungan pasar, misalnya pesaing besar menurunkan harga.

2)      Adanya pergeseran permintaan, misalnya terjadinya perubahan selera konsumen.

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1.Kesimpulan

     Makalah ini meneliti sejumlah topik penetapan harga. Penetapan harga adalah proses memilih apa yang bakal diterima sebuah syarat sebagai pertukaran untuk produknya. Sedangkan penetapan harga secara markup, sebuah tekhnik penetapan harga yang umum dalam praktek, diperlihatkan sangat erat berkaitan dengan analisis marginal. Penggunaan yang tepat dari tekhnik - tekhnik penetapan harga secara markup mengharuskan diberikannya perhatian yang erat baik pada pertimbangan biaya maupun permintaan. Sensitivitas harga terhadap biaya marginal, digandakan dengan hubungan berbalik yang umumnya diamati antara margin laba dan elastisitas dari permintaan, menyiratkan bahwa baik pertimbangan biaya maupun permintaan memang memainkan peran penting dalam praktek penetapan harga markup.

     Analisis laba inkremental juga diperlihatkan sebagai alat yang kuat untuk keputusan penetapan harga optimal. Selama periode - periode di luar puncak, ketika sebuah perusahaan memiliki kapasitas berlebih, biaya yang dialokasikan sepenuhnya jarang sesuai untuk maksud keputusan. Hanya biaya inkremental yang berkaitan dengan keluaran relevan dalam situasi seperti ini.

Untuk berhasil terlibat dalam diskriminasi harga, perusahaan harus :

1.      Menghadapi elastisitas harga dari permintaan yang berbeda di berbagai segmen pasar

2.      Mampu mengisolasi berbagai bagian pasar untuk mencegah perpindahan.

Diskriminasi harga sempurna (derajat pertama) akan memaksimumkan laba penjual dengan menghapus semua surplus konsumen, yang adalah manfaat yang tidak dibayarkan yang diturunkan dari kegiatan konsumsi.

 

3.2.Saran

Dalam menentukan penetapan harga, perusahaan  tidak hanya memperhatikan harga namun perlunya perhatian khusus mengenai faktor-faktor diluar harga yang mempengaruhi jumlah permintaan, situasi pasar secara global, prilaku konsumen, siklus kehidupan produk dll, sehingga strategi penetapan harga ini dapat terarah, efektif dan sesuai dengan tujuan perusahaan atas produk atau jasa yang di hasilkannya

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Fandy Tjiptono. 2001.  Manajemen Jasa. Yogyakarta :Andy Offset.

Karwowski, W and Marras, S.W. 1999. The Occupational Ergonomics Handbook.

New York : CRC Press LLC

Nitisemito, Alex S, 1991. Manajemen Personalia – Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta: Ghalia

Pappas, James L. dan Hirschey, Mark. 1995. Ekonomi Manajerial.Jakarta : PT.      Binarupa Aksara Indonesia.

Stanton, William J. 1984. Prinsip Pemasaran. Jakarta : Penerbit Erlangga

Swasta, Basu DH dan Irawan. M.B.A. 1986. Manajemen Pemasaran Modern.

Yogyakarta: Edisi ke dua. Penerbit Liberty

http://busroom1201.blogspot.co.id/

 

 

 

                         

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

Dengan memuji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang menganugerahkan keagungan cinta-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang Penetapan Harga dengan lancar, singkat dan insya Allah dapat bermanfaat.

Penulis  mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

 

 

 

Banjarsari,   Desember 2015

 

Penyusun

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR ..................................................................................    i

DAFTAR ISI..................................................................................................    ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................    1

1.1.Latar Belakang ....................................................................................    1 

1.2.Rumusan Masalah ................................................................................    1

1.3.Tujuan Penulisan ..................................................................................    1

 

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................    2

2.1.Harga ...................................................................................................    2

1)      Devinisi Harga ...............................................................................    2

2)      Tujuan Penetapan Harga ................................................................    2

3)      Metode Penetapan Harga ..............................................................    3

2.2.Penetapan Harga ..................................................................................    4

1)      Penetapan Harga Markup ..............................................................    4

2)      Diskriminasi Harga ........................................................................    4

3)      Penetapan Harga Produk Berganda ..............................................    7

4)      Penetapan Harga dalam Pasar yang Mapan ...................................    8

 

BAB III PENUTUP ......................................................................................    9

3.1.Kesimpulan ..........................................................................................    9

3.2.Saran ....................................................................................................    9

 

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................    10

 

 

Comments

Popular posts from this blog

RESENSI NOVEL BAHASA SUNDA "LEMBUR SINGKUR"

MAKALAH Usaha Kecil KERIPIK PISANG (Kewirausahaan)

MAKALAH PEMBUATAN PIRING LIDI