CLICK HERE

Thursday, January 17, 2019

CERPEN "HARAPAN DIBALIK TAKDIR"

 

Harapan Di Balik Takdir

 

Cerpen Karangan: Meyling

 

Takdir bukanlah suatu hukuman, bukan pula suatu nasib, melainkan rencana tuhan yang telah diatur. Terkadang kita sering kali menyalahkan takdir, namun apakah kita tidak pernah berfikir segala sesuatu yang telah tuhan tetapkan itulah rencana Tuhan yang paling indah. Mungkin saja hidup selalu memberikan kata “TIDAK” atas apa yang kita inginkan, tapi, Tuhan selalu memberi kata “YA” atas apa yang kita butuhkan. Semangat, tak akan pernah menyerah itulah kuncinya. Sesakit dan selemah apapun tubuh kita, tuhan pasti akan memberikan begitu banyak kekuatan untuk kita agar kita tetap bisa berdiri menggunakan kedua kaki untuk menopang kedua tangan untuk menggenggam harapan, kedua mata untuk kita tetap bisa melihat terang dan indahnya nikmat yang tuhan telah ciptakan.

Putus asayaitulah yang sering kita rasakan jika kita sudah tak menemui jalan yang akan kita lalui. Tapi itu adalah kesalahan terbesar jika kita masih tetap ada dalam lingkaran keputus asaan. Kita tidak akan menemui hal-hal yang kita inginkan, tak akan menjumpai harapan yang kita impikan. Kita berkata, bahwa kita punya begitu banyak harapan tapi apakah kita hanya membiarkan rasa sakit menggeluti tubuh tanpa ada perlawanan dari kita?

Tak banyak yang tahu bahwa aku saat ini sedang berjuang sendiri melawan rasa sakit, penyakit yang kini ada dalam tubuhku semakin membuat aku sering merasa kesakitan, berat badanku yang semakin hari semakin menurun, penyakit ini telah membuat aku begitu menderita, tetapi aku tak pernah menyalahkan hidup yang sekarang ini, karena aku tahu sakit ku adalah anugrah, sakitku adalah bentuk rasa sayang Tuhan padaku. Dengan adanya penyakit ini membuatku semakin mengerti akan kasih sayang Tuhan.

Empat Tahun sudah dimana Penyakit yang tumbuh di salah satu bagian tubuhku telah diangkat, meskipun begitu, aku tak pernah merasa tubuhku telah bebas dari penyakit itu, dan ternyata benar, penyakit itu telah kembali menyerang tubuhku, sedih memangtapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Kembali Tuhan memberikan kenikmatan ini padaku. Rasa lelah hidup dalam keadaan seperti ini sering aku rasakan, tapi, aku masih punya begitu banyak harapan dan impian yang ingin aku wujudkan. Takdir yang seperti ini tak akan jadi halangan bagiku untuk mewujudkan semuanya. Meskipun di ujung takdirku yang telah Tuhan tetapkan aku akan berusaha menggapai dan menjemput semua harapanku.

 

 

CERPEN "DETIK TERAKHIR"

“Detik Terakhir”

 

 

Cerpen Karangan: Annisa Syah Alam

 

Kini aku duduk di bangku kelas XII IPA, kujalani hari di sekolah bersama dengan ketiga sahabatku fitri, nada dan yusuf, dan aku sendiri rey. kita berempat bersahabat sejak kita masih kecil. Di suatu ketika kami berempat menulis surat perjanjian persahabatan di sesobek kertas dan dimasukan ke dalam botol kemudian dikubur di bawah pohon beringin yang nantinya surat itu akan kami buka pada saat kami menerima hasil ujian kelulusan.

Hari yang kami nantikan akhirnya sampai juga, setelah kami menerima hasil uljian kali ini dan hasilnya kami berempat lulus kami pun langsung berlari ke bawah pohon beringin yang dulu pernah kami datangi, kami berempat membuka isi tulisan dari surat yang kami buat yang berisi, “kami berjanji akan selalu bersama untuk selama lamanya”

Keesokan harinya aku berniat untuk membuat recana merayakan kelulusan kami dan malamnya kami pun pergi bersama-sama ke suatu tempat, dan disitulah saat-saat yang tak bisa aku lupakan karena aku berencana buat nembak nada dan akhirnya kita berpacaran, dan yusuf pun juga berpacaran sama fitri, malam itu sungguh malam yang paling istimewa. Serasa dunia milik kami.

Pada saat perjalanan pulang perasaan ku sungguh tidak enak, aku merasakan akan ada hal yang buruk menimpa kami. Aku disitu merasa bahwa malam itu mengatakan tentang takdir yang berkata lain, tapi aku tak mengerti maksud rembulan dan bintang-bintang yang menyampaikan itu. Dan dalam perjalanan aku terus digeluti perasaan yang tak jelas ini. hingga aku berani berkata pada sahabatku.

guys, perasaanku kenapa gak enak banget ya. Dari tadi aku merasakan hal aneh?” ucapku khawatir

udah lah rey, santai aja kok kita gak bakalan kenapa-napa” ucap yusuf dengan santai.

Akhirnya akibat keacuhan mereka aku jadi malas untuk memberitahukan tentang perasaanku. Akhirnya selama dalam mobil aku luapkan kejengkelanku dengan bercanda dan berbincang mesra dengan nada. Nada adalah wanita yang kucintai dan yang kusayangi. Walau aku baru malam ini bersatu aku sudah mengenalnya lebih lama karena sejak kecil aku memang menyukainya.

Di tengah perbincangan kami, hal yang aku khawatirkan benar-benar terjadi. Suasana gelap malam membuat penglihatan yusuf yang mengemudikan mobil tak melihat bahwa di depan ada sebuah jurang. Kelam malam pada saat itu memang benar-benar menghilangkan pandangan yang terlihat hanya segrombolan embun malam yang menghalang dan menipu. Dan maksud perasaaanku tadi itu adalah kode dari sang kuasa bahwa ada bahaya yang akan merenggut mereka. Dan akhirnya,

yusuf awwasss…!!! di depan ada jurang!!!” teriakku.

“Aaaaaa…!!!”jeritan kami.

Dan dengan cepat “Brukkk”, suara mobil kami masuk jurang. Dan dengan cepat pula aku yang merasakannya melihat ke arah sahabat-sahabatku mereka semua ketakutkan menjerit memecah alam tapi disisi lain nada dengan tiba-tiba menggenggam tanganku dan dengan cepat mencium dan memelukku, disela pelukannya ia berkata “maafkan aku, aku harus pergi. Jaga dirimu ya rey, carilah wanita yang lebih baik dariku. Aku menyayangimu” ujarnya. Seketika aku ingin membalas perkataan nada dengan tiba-tiba mobil kami di dasar jurang terhantam bebatun dan kami tidak sadarkan diri.

Entah apa yang terjadi saat aku tak sadarkan diri. Dan saat aku merasakan aku dapat sadar Perlahan-lahan kubuka mata sedikit demi sedikit aku melihat ibu berada di sampingku

yusuf?, kamu sudah sadar nak?” tanya ibu cemas

ibu, aku dimana? Nada, fitri dan yusuf di mana mereka bu?”

“Kamu di rumah sakit nak, kamu yang sabar ya nak nada, fitri dan yusuf tidak tertolong saat di lokasi kecelakaan” jawab ibu sambil menitihkan air mata

Aku hanya terdiam mendengar ucapan ibu, tiba-tiba air mataku menetes, tangisku tiada hentinya mendengar semua ucapan itu.

nada, kenapa kamu tinggalin aku, padahal aku masih sayang banget sama kamu aku cinta sama kamu tapi apa? tapi kamu ninggalin aku begitu cepat, kalian semua pergi ninggalin aku, ya allah, kenapa engkau ambil mereka semua dari ku ya allah aku sungguh menyayangi mereka…” ucapku dalam hati

2 hari sudah berlalu, aku berkunjung ke makam mereka di situ aku berharap kami bisa seperti dulu dimana kita selalu bersama pahit manisnya persahabatan kita lalui bersama, aku berjanji akan selalu mengingat kalian di dalam hati ini.

NASKAH DRAMA SUNDA "GARONG JENIUS"

Naskah Drama Sunda

             Arif Mulyadi                      : Bu RT

             Dede Ahmad                     : Sanip

             Deni Sutiawan                  : Hansip

             Dias Herdiansah               : Juhro

             Edwar Setiadi                   : Aje’n

             Ipan                                  : Ujang

             Jajang Saepurohman      : Pa RT

             Rudi Faisal Ahmad          : Pembaca Prolog dan Epilog

 

 

Garong Jenius

Di de’sa bojong ribut ye’n aya garong nu sok nga rarad sakur nu aya dihareupeuna. Hansip be’ak carita miskin pangakalan sangkan bisa ne’wak e’ta garong.

Dina hiji peuting, hansip keur ngaronda. Mane’hna ngomong sorangan “ duh kieu nya jadi hansip de’sa terpencil mah sugan ngaronda te’h disuguhan cikopi jeung roti titatadi kalah nguyup angin kulantaran hoyong molor”.

Keur kitu torojol Ujang, jelema jangkung badag nu titahan RT keur jadi kaamanan ronda peuting ayeuna sakalian ngabaturan hansip.

Ujang                    : Assalamualaikumm Sip !

Hansip                  : Waalaikum salam, wah jadi silaing kadieu ?

Ujang                    : Eh da amanah Sip. Kuring mah diutus langsung ku pa RT jeung mawa cikopi keur hansip

                                  ceunah keur ubar tunduh.

Hansip                  : Cing atuh kadieukeun mana cikopi na???

Ujang                    : ke’heula, diperjalanan te’h kuring inget ceuk pa RT, lamun tunduh nginum cikopi, tah

                                  kaleresan simkuring te’h nuju tunduh nya dileguk we ku simkuring te’h!!

Hansip                  : Euhh ,,, mane’h mah sarua we’ jeung bohong atuh kitu mah.

Sabot kitu datang si Juhro, tikukurusak terus nyodorkeun leungeun sasalaman.

Juhro                     : Sip, kumaha jadi ngurilingan kampung te’h?

Hansip                  : Jadi atuh, kan keur kasalametan warga urang ke’ne’h supaya aman,tentrem,nistamaja

                                 utama, sejahtera,Jsb.

Juhro                     : tapi abdi mah bingung lamung papangih jeung garong , kudu kumaha newakna?

Ujang                    : Keun serahkeun tugas e’ta mah ka Ujang, urang kerekeb ! ! !

Di lain tempat 2 garong keur maling di salasahiji imah geus sukses abus. Abong garongna sagala dirarad, ka katel – katel wae’ di badog jeung peralatan se’je’nna. Caritana keur di dapur.

Sanip                     : Buru lalaunan – lalaunan ! ! !

Aje’n                     : Buru bantuan ! lain lalaunan – lalaunan !

Sanip                     : Sip atuhh,, urang te’re’han asupkeun kana karungna

Aje’n                     : Bawa tuh kate’l jeung sosodok !

Sanip                     : Keur naon mane’h ? ngagarong mah sakur anu berharga wungkul ! ! !

Aje’n                     : Ari mane’h kan tadi te’h ngagarong hayam, lamun de’k di telih kan kudu di gore’ng heula.

Sanip                     : Heugg atuh !! ! Eh, ari hayamna mana?

Aje’n                     : Geus aman diasupkeun kana kandangna, pokona mah sip lah!

Sanip                     : ah ari kitumah anger we kudu ne’wak deui, belet siah !

Dijalan nu 3an keur tugas ronda

Ujang                    : cik urang senteran, aya teu nya di belah ditu?

Juhro                     : Sok urang marisah we’h ayeuna mah!Urang ka kulon,mane’h ka gigir, Sip maneh jeung

                                  urang !

Ujang                    : Eh… siahh urang sorangan atuh..?? mane’h mah sok teu bale’g ah. Kumaha lamun

                                  papangih jeung garong? Kudu kumaha kuring??

Juhro                     : pan tadi ceuk mane’h urang kerekeb geningan?

Ujang                    : Heuuhh maksud te’h urang kerekebna ku 3an !

Hansip                  : Geus  .. .geus . .  hayu urang babarengan we’h supaya alus jeung babari ne’wak garong na!

  Di lain tempat .

Sanip                     : Geus pamenangan mah hayu kabur !

Ajen                      : Alah  . . .???Meunang naon ari mane’h??parabot dapur wungkul???

Sanip                     : Cik ari mane’h kudu bersukur, meureun rejekina ngan sakieu . geus tong loba omong !

Ajen                      : ieu jagong moal dibawa??

Sanip                     : Jagong na urang mah hayang nu ngora , ieu mah naon kieu tina luarna ge’ geus kolot

Aje’n                     : Sok pese’k heula atuh ! ragap ku mane’h!

Sanip                     : Ari ieu buluan, berarti geus kolot atuh???

Aje’n                     : Ahhh sia mah disaruakeun jeung jelema wae’ sagala te’h!

Saba’da kitu, Aje’n jeung Sanip kaluar ti Imah,terus lumpat ting ngaberetek alabatan jelema nu di udag bagong, lumpat tikukurusuk !

Ujang                    : “Itu naon nu ngurusuk???”ucap lalaunan.

Juhrooo . . .Siippp  . . .kadieuu ,hayu urang tempo ! ! !. (ngagero babaturana nu papisah).

Juhro                     : Hayu atuh urang tempo

Hansip                  : Buru berik ku marane’h, kuring ngomando tidieu (bari tetege’h)

Si Ujang jeung Juhro tuluy merik, sihore’ng nu nyurigakeun te’h, bener garong. Tuluy ngagorowok ka si Hansip da geus kapanggih.

Ujang                    : Sipp . . . Buru kadieu, Garong geus beunang yeuh ! ! !

Hansip                  : ke’heula kuring kadinya.

Teu lila, Hansip geus di TKP, tuluy nanya ka Juhro jeung Ujang.

Hansip                  : geus alus lah gawe’ marane’h Jang, Ro. Mane’h deuih garong moal salamet gara – gara

  ngalanggar aturan di De’sa Bojong mah !

Aje’n                     : Naon buktosna pa ye’n kuring garong?pami nu di gigireun kuring mah duka teuing tah, da

                                  e’ta gening mawa karung?

Sanip                     : Sumuhun Pa, eleuhh siahh .. .sia nuduh ka kuring??hayu urang buktikeun di me’ja

                                  pangadilan.(Bari sora tarik)

Aje’n                     : Ijin heula Pa, kango perkara kieu mah perkara serius, kuring jeung si e’ta  bade

                                 nguruskeun ka me’ja he’jo.

Ujang                    : Ahh maenya siah aya pangadilan peuting,geus ngarampih atuh hakimna ge’!

Juhro                     : Bawa we’h ka RT, tong loba omong !

Sanggeus kitu, nu limaan e’ta ngingkig ka RT nu di maksud e’de’k ngabe’re’skeun e’ta masalah. Si Aje’n jeung Sanip geus rada geumpeur ye’n nu di datangan te’h imah nu tadi di garong ku marane’hna.

Hansip                  : Assalamualaikum Pak RT?(ting gorowok Hansip, Ujang jeung Juhro)

 Di jero imah, ibu RT ngahare’wos  jeung noe’lan ka caroge’na.

Ibu RT                   : Bapa, aya tamu wengi – wengi te’h,meni rebut.

Pak RT                   : keun atuh Bu, wengi ayeuna mah lire’n heula da masih tiasa mingon payun. Bapa na

                                  carape’ ayeuna mah

Ibu RT                   : Ehh ari Bapa, dangukeun gera aya nu keketrok, nya ngajorowok deuih . si Bapa mah sok

  kamana wae’

Pak RT                   : Wahh . .  . .enya geningan , , ,hayu atuh urang sampeurkeun, manawi te’h ibu ngajakan

                                  anu. Hehe . . .

Teu kungsi lila Pak RT make’ sarung jeng kopeah meleteng,ngingkig muka konci panto.

Pak RT                   : Aya naraon ieu te’h? ngagaranggu kanu sare’ wae’? (Bari semu tunduh)

Hansip                  : Lapoorrr Pa . .Simkuring parantos kenge’ng garong pa ,dua ieu te’h !bade’ dikumahakeun

                                  pa?

Pak RT                   : Sok kajero heula we’h jeung marane’h urang rundingkeun. .  . Kela sakeudeung . .

Bu. . bade aya tamu, gera di acuk heula (ngagorowok ka jero imah)

Anu limaan tadi, jeung Pa RT na ka jarero imah, bari ngarundingkeun .

Pa RT                     : Cing sok, Sip. Caritakeun kumaha mimitina ieu te’h?

Hansip                  : kieu pa, tadi simkuring sareng re’re’ncangan ronda nguriling kampung. Aya nu

                                  kekeresekan, ku simkuring dite’ang, tah ieu nu 2an nu dibawa ayeuna.

  Mangga we’h teu langkung Pa RT bade’ dikumahakeuna mah!

Si garong nu 2an galaleumpeur , Pa RT nanya ka si garong nu 2an.

Pa RT                     : Naha bener maraneh te’h garong te’a??

Aje’n                     : Punten Pa, abdi mah sane’s garong. Piraku garong ganteng kieu?? duka Pa anu di gigireun

                                  abdi mah da geningan nyandak karung (bari sora handap asor)

Ujang                    : Ehhh . . Pa punten ngiring cumarios, piraku pa garong ngaku?da pasti sieuneun ngaku mah

                                 Pa.

Sanip                     : Eleuhh eleeuhhh , , , wani – wani na e’ta nuduh ka kuring (bari molototan Aje’n), punten

                                  Pa, abdi mah da di piwarang ku Aje’n kieu ge’ pa.

Aje’n                     : Iraha kuring nitah ka mane’h, Sanip??

Sanip                     : Apanan . . .(Pa RT motong caritaan)

Pa RT                     : Ahh tong ribut didieu atuh! . . nu mana ieu te’h atuh garongna?

Aje’n                     : Pa sanes kirang sopan, kumaha Pa lamun ijin heula bade’ ka Pengadilan supados Bapa teu
                                 
ka ganggu,wengi –wengi deui. Mun tos puguh garong na, abdi 2an kadieu deui!(Bari mawa

                                 karung)

Pak RT                   : Tah kitu atuh , , ,jig indit heula we’h, ke’ geus puguh kadieu.

Aje’n jeung Sanip kaluar ti Imah Pa RT, diluar bari ngarobrol.

Aje’n                     : Sanip, nanaonan mane’h tadi molototan kuring di jero Imah? Keuheul?

Sanip                     : Ehhh urang mah kitu sote’h acting wungkul, pan ayeuna urang bisa kabur.

Aje’n                     : E’h heeuh nya, alus lah otak mane’h!

 

Dua garong e’ta kalabur, di Imah Pa RT pada ngadagoan garong kalah nepi ka Isuk –isuk teu datang deui, sihore’ng sadar ye’n garong te’h nipu sarare’a. ku sabab tunduh ke’ne’h, nepi ka bisa ka tipu ku Garong.

 

Amanat Drama           :

Jadi, keur ngadorong zaman anu leuwih hade’ kahareupna, kaadilan te’h kudu ditingkatkeun deui dina ngajalankeunana . Misalna, di sakola kudu taat kana aturan. Teu pati beda di lingkungan masyarakat.