RESENSI NOVEL "LAYAR TERKEMBANG"
RESENSI NOVEL
LAYAR TERKEMBANG
1.
IDENTITAS
NOVEL
Judul |
: |
Layar
Terkembang |
Pengarang |
: |
Sutan
Takdir Alisjahbana (STA) |
Penerbit |
: |
Balai
Pustaka |
Tahun Terbit |
: |
1937 |
2. SINOPSIS
Tuti
adalah putri sulung Raden Wiriatmadja. Dia dikenal sebagai seorang gadis yang
pendiam teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti
yang selalu serius dan cenderung pendiam sangat berbeda dengan adiknya Maria.
Ia seorang gadis yang lincah dan periang.
Suatu
hari, keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang asyik melihat-lihat akuarium,
mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut dengan
perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi
Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggal di Martapura,
Sumatra Selatan.
Perkenalan
yang tiba-tiba itu menjadi semakin akrab dengan diantarnya Tuti dan Maria
pulang. Bagi yusuf, perteman itu ternyata berkesan cukup mendalam. Ia selalu
teringat kepada kedua gadis itu, dan terutama Maria. Kepada gadis lincah inilah
perhatian Yusuf lebih banyak tertumpah. Menurutnya wajah Maria yang cerah dan
berseri-seri serta bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan semangat
hidup yang dinamis.
Esok
harinya, ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka-sangka ia bertemu lagi
dengan Tuti dan Maria di depan Hotel Des Indes. Yusuf pun kemudian dengan
senang hati menemani keduanya berjalan-jalan. Cukup hangat mereka
bercakap-cakap mengenai berbagai hal.
Sejak
itu, pertemuan antara Yusuf dan Maria berlangsung lebih kerap. Sementara itu Tuti
dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu tampak sudah bukan lagi hubungan
persahabatan biasa.
Tuti
sendiri terus disibuki oleh berbagai kegiatannya. Dalam kongres Putri Sedar
yang berlangsung di Jakarta, ia sempat berpidato yang isinya membicarakan
emansipasi wanita. Suatu petunjuk yang memperlihatkan cita-cita Tuti untuk
memajukan kaumnya.
Pada
masa liburan, Yusuf pulang ke rumah orang tuanya di Martapura. Sesungguhnya ia
bermaksud menghabiskan masa liburannya bersama keindahan tanah leluhurnya, namun
ternyata ia tak dapat menghilangkan rasa rindunya kepada Maria. Dalam keadaan
demikian, datang pula kartu pos dari Maria yang justru membuatnya makin diserbu
rindu. Berikutnya, surat Maria datang lagi. Kali ini mengabarkan perihal
perjalannya bersama Rukamah, saudara sepupunya yang tinggal di Bandung. Setelah
membaca surat itu, Yusuf memutuskan untuk kembali ke Jakarta, kemudian menyusul
sang kekasih ke Bandung. Setelah mendapat restu ibunya, pemuda itu pun segera
meninggalkan Martapura.
Kedatangan
Yusuf tentu saja disambut hangat oleh Maria dan Tuti. Kedua sejoli itu pun
melepas rindu masing-masing dengan berjalan-jalan di sekitar air terjun di
Dago. Dalam kesempatan itulah, Yusuf menyatakan cintanya kepada Maria.
Sementara
hari-hari Maria penuh dengan kehangatan bersama Yusuf, Tuti sendiri lebih
banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Sesungguhpun demikian pikiran
Tuti tidak urung diganggu oleh keinginannya untuk merasakan kemesraan cinta.
Ingat pula ia pada teman sejawatnya, Supomo. Lelaki itu pernah mengirimkan
surat cintanya kepada Tuti.
Ketika
Maria mendadak terkena demam malaria, Tuti menjaganya dengan sabar. Saat itulah
tiba adik Supomo yang ternyata disuruh Supomo untuk meminta jawaban Tuti
perihal keinginannya untuk menjalin cinta dengannya. Sesungguhpun gadis itu
sebenarnya sedang merindukan cinta kasih seorang, Supomo dipandangnya sebagai
bukan lelaki idamannya. Maka segera ia menulis surat penolakannya.
Sementara
itu, keadaan Maria makin bertambah parah. Kemudian diputuskan untuk merawatnya
di rumah sakit. Ternyata menurut keterangan dokter, Maria mengidap penyakit
TBC. Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria dibawa ke rumah sakit TBC di
Pacet, Sindanglaya Jawa Barat. Perawatan terhadap Maria sudah berjalan sebulan
lebih lamanya. Namun keadaannya tidak juga mengalami perubahan. Lebih daripada
itu, Maria mulai merasakan kondisi kesehatan yang makin lemah. Tampaknya ia
sudah pasrah menerima kenyataan.
Pada
suatu kesempatan, disaat Tuti dan Yusuf berlibur di rumah Ratna dan Saleh di
Sindanglaya, disitulah mata Tuti mulai terbuka dalam memandang kehidupan di
pedesaan. Kehidupan suami istri yang melewati hari-harinya dengan bercocok
tanam itu, ternyata juga mampu membimbing masyarakat sekitarnya menjadi sadar
akan pentingnya pendidikan. Keadaan tersebut benar-benar telah menggugah alam
pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa kehidupan mulia, mengabdi kepada masyarakat
tidak hanya dapat dilakukan di kota atau dalam kegiatan-kegiatan organisasi,
sebagaimana yang selama ini ia lakukan, tetapi juga di desa atau di masyarakat
mana pun, pengabdian itu dapat dilakukan.
Sejalan
dengan keadaan hubungan Yusuf dan Tuti yang belakangan ini tampak makin akrab,
kondisi kesehatan Maria sendiri justru kian mengkhawatirkan. Dokter yang
merawatnya pun rupanya sudah tak dapat berbuat lebih banyak lagi. Kemudian
setelah Maria sempat berpesan kepada Tuti dan Yusuf agar keduanya tetap bersatu
dan menjalin hubungan rumah tangga, Maria menghembuskan napasnya yang terakhir.
“Alangkah bahagianya saya di akhirat nanti, kalau saya tahu, bahwa kakandaku
berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam
beberapa hari ini. Inilah permintaan saya, saya tidak rela selama-lamanya kalau
kakandaku masing-masing mencari peruntungan pada orang lain”. Demikianlah pesan
terakhir almarhum Maria. Lalu sesuai dengan pesan tersebut Yusuf dan Tuti
akhirnya tidak dapat berbuat lain, kecuali melangsungkan perkawinan karena
cinta keduanya memang sudah tumbuh bersemi.
3. ANALISIS
Unsur
Instrinsik :
Tema
: Perjuangan wanita Indonesia
Latar
/ Setting :
Tempat
:
•
Gedung akuarium di pasar ikan
•
Rumah Wiriaatmaja,
•
Mertapura di Kalimantan Selatan,
•
Rumah Sakit di Pacet,
•
Rumah Partadiharja,
•
Gedung Permufakatan
Alur
: Maju
·
Perkenalan : Saat di
gedung akurium Yusuf bertemu dengan Maria dan Tuti. Pertemuan itu memberi kesan
istimewa pada Yusuf. Hingga akhirnya, Yusuf selalu merasa ingin bertemu dengan
Maria. Dari pertemuan-pertemuan selanjutnya dengan Maria danTuti, Yusuf mulai
jatuh cinta kepada Maria. Ternyata perasaan Yusuf dibalas pula oleh Maria.
Mereka berdua hingga akhirnya merajut suatu ikatan khusus yang semakin lama
semakin mendalam. Pada akhirnya, Yusuf dan Maria bertunangan.
·
Konflik : Maria dan Tuti
bertengkar hebat. Pertengkaran itu disebabkan oleh kritikan pedas Tuti terhadap
Maria. Tuti mengkritik bahwa cinta Maria kepada Yusuf sangat berlebihan dan
dapat melemahkan diri Maria sendiri. Tetapi Maria yang hatinya saat itu sedang
marah, Ia membalas kritikan Tuti dengan mengatakan bahwa dalam masalah cinta
Tuti sangat perhitungan dan tak pernah mau rugi sedikit pun serta Tuti selalu
memikirkan kongres ketimbang memikirkan perasaanya. Dan disinilah Tuti sadar
bahwa sampai kapanpun Ia tak bisa melawan kodratnya sebagai perempuan yang
memiliki perasaan untuk mencinta.
·
Klimaks : Suatu ketika
Maria terkena penyakit malaria. Penyakit tersebut membuat Maria begitu lemah
ditambah lagi penyakit TBC. Hingga pada akhirnya, Maria meninggal dunia.
·
Anti Klimaks : Sebelum
Maria meninggal dunia, Ia menitipkan pesan terakhirnya kepada Tuti dan Yusuf,
yaitu jika kelak Ia meninggal nanti, Ia berharap bahwa Tuti dan Yusuf dapat
menikah.
·
Penyelesaian : Akhirnya
Tuti dan Yusuf menuruti permintaan terakhir Maria. Mereka berdua menikah.
Dengan begitu, Tuti tak perlu tersiksa lagi dengan perasaan kesepian yangs
elama ini ia coba untuk melawan.
Sudut
Pandang : Orang ketiga yang ditandai dengan menggunakan nama dalam menyebutkan
tokoh-tokohnya.
Tokoh
dan Perwatakan :
·
Maria : adalah adik
Tuti, yang sangat periang.
·
Tuti : seorang wanita
yang memiliki wawasan dan pemikiran modern. Ia mencoba menyamakan hak kaum
wanita dengan kaum pria.
·
Yusuf : seorang pemuda
terpelajar yang modern. Ia adalah mahasiswa kedokteran. Sifatnya baik hati dan
berbudi luhur.
·
Supono : Seorang pemuda
terpelajar yang baik hati dan berbudi luhur.
·
Wiriaatmaja : Ayah dari
Maria dan Tuti, seorang yang memegang teguh agama, baik hati dan penyayang.
·
Partadiharja : Adik Ipar
Wiriaatmaja, seseorang yang baik hati, teguh pendirian dan peduli antar sesama.
·
Saleh : Adik
Partadiharja, seorang lulusan sarjana yang sangat peduli akan alam sehingga ia
mengabdikan diri sebagai seorang petani.
·
Rukamah : Sepupu Tuti
dan Maria, seseorang yang baik hati dan suka bercanda.
·
Ratna : Istri saleh,
Seorang petani yang pandai dan baik hati.
·
Juru Rawat : Seorang
yang baik hati.
Gaya
Penulisan : Didalam novel ini banyak ditemukan majas personifikasi dan banyak
menggunakan bahasa Melayu sehingga terlihat agak rancu dan sulit dimengerti.
Amanat
/ Pesan : Perempuan harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat
memberikan pengaruh yang sangat besar didalam kehidupan berbangsa dan bernegara
dengan demikian perempuan dapat lebih dihargai kedudukannya di masyarakat.
Unsur
Ekstrinsik :
Biografi
pengarang :
Sutan
Takdir Alisjahbana dilahirkan di Natal, 11 Februari 1908. Beliau merupakan
tokoh terkemuka dalam sejarah kesusastraan dan pemikiran kebudayaan di
Indonesia. Dia banyak menulis puisi, novel, esai-esai sastra, bahasa serta
tulisan ilmiah mengenai filsafat, ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan.
Nilai
Agama :
kita
menjalankan perintah agama di mulai dari sekarang juga, tidak harus menunggu
hari tua.
Nilai
Sosial :
Novel
ini menceritakan bahwa sesama manusia, apalagi sesama kaum pelajar harus saling
membantu. Bantuan itu dapat berupa beasiswa bagi pelajar yang tidak mampu.
Bahasa
Pengarang :
Bahasa
pengarang adalah bahasa Melayu.Walaupun latar novel Layar Terkembang di
Jakarta,bahasa yang digunakan ialah bahasa Melayu.
Unsur
kebiasaan , adat , etika :
“...Tiba
di muka pekuburan berhenti taxi itu dan keluarlah mereka.Yang perempuan membawa
di tangan kanannya karangan bunga.....
Pada
batu nisan pualam putih yang berukir tepinya, terlukis dengan air emas yang
berkilat-kilat...Maria berpulang...Januari 193... usia 22 tahun.
4. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
Keunggulan
: Keunggulan dari novel ini adalah cerita yang disuguhkan kepada pembaca sangat
menarik , kisah cinta Yusuf, Tuti dan Maria sangat menarik untuk diikuti.
Kelemahan
: Bahasa yang digunakan dalam novel Layar Terkembang susah dimengerti karena
banyak menggunakan bahasa-bahasa lama.
Comments
Post a Comment