MAKALAH PENDAKIAN GUNUNG
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Aktivitas mendaki gunung akhir-akhir ini nampaknya bukan lagi
merupakan suatu kegiatan yang langka, artinya tidak lagi hanya dilakukan oleh
orang tertentu (yang menamakan diri sebagai kelompok Pencinta Alam, Penjelajah
Alam dan semacamnya). Melainkan telah dilakukan oleh orang-orang dari kalangan
umum.
Namun demikian bukanlah berarti kita bisa menganggap bahwa segala
sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas mendaki gunung, menjadi bidang
ketrampilan yang mudah dan tidak memiliki dasar pengetahuan teoritis. Didalam
pendakian suatu gunung banyak hal-hal yang harus kita ketahui (sebagai seorang
pencinta alam) yang berupa : aturan-aturan pendakian, perlengkapan pendakian,
persiapan, cara-cara yang baik, untuk mendaki gunung dan lain-lain. Segalanya
inilah yang tercakup dalam bidang Mountaineering.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengatahui tentang
aktivitas Pendakian Gunung sehingga tidak ada anggapan bahwa olahraga di alam
bebas ini adalah hal yang sepele.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MENDAKI GUNUNG (MOUNTAINEERING)
Mendaki
gunung dalam pengertian Mountaineering terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu
:
1. Berjalan (Hill Walking)
Secara khusus kegiatan ini disebut mendaki gunung. Hill Walking
adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan di Indonesia. Kebanyakan gunung di
Indonesia memang hanya memungkinkan berkembangnya tahap ini. Disini aspek yang
lebih menonjol adalah daya tarik dari alam yang dijelajahi (nature interested)
2.
Memanjat
(Rock Climbing)
Walaupun kegiatan ini terpaksa harus memisahkan diri dari
Mountaineering, namun ia tetap merupakan cabang darinya. Perkembangan yang
pesat telah melahirkan banyak metode-metode pemanjatan tebing yang ternyata
perlu untuk diperdalam secara khusus. Namun prinsipnya dengan tiga titik dan
berat dan kaki yang berhenti, tangan hanya memberi pertolongan.
3.
Mendaki
gunung es (Ice & Snow Climbing)
Kedua jenis kegiatan ini dapat dipisahkan satu
sama lain. Ice Climbing adalah cara-cara pendakian tebing/gunung es, sedangkan
Snow Climbing adalah teknik-teknik pendakian tebing gunung salju. Dalam ketiga
macam kegiatan di atas tentu didalamnya telah mencakup : Mountcamping, Mount
Resque, Navigasi medan dan peta, PPPK pegunungan, teknik-teknik Rock Climbing
dan lain-lain.
B. PERSIAPAN MENDAKI GUNUNG
1. Pengenalan Medan
Untuk
menguasai medan dan memperhitungkan bahaya obyek seorang pendaki harus
menguasai menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan kompas
serta altimeter. Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk
mengetahui medan yang akan dihadapi adalah dengan bertanya dengan orang-orang
yang pernah mendaki gunung tersebut. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikut
sertakan orang yang pernah mendaki gunung tersebut bersama kita.
2. Persiapan Fisik
Persiapan
fisik bagi pendaki gunung terutama mencakup tenaga aerobic dan kelenturan otot.
Kesegaran jasmani akan mempengaruhi transport oksigen melelui peredaran darah
ke otot-otot badan, dan ini penting karena semakin tinggi suatu daerah semakin
rendah kadar oksigennya.
3. Persiapan Tim
Menentukan
anggota tim dan membagi tugas serta mengelompokkannya dan merencanakan semua
yang berkaitan dengan pendakian.
4. Perbekalan dan Peralatan
Persiapan
perlengkapan merupakan awal pendakian gunung itu sendiri. Perlengkapan mendaki
gunung umumnya mahal, tetapi ini wajar karena ini merupakan pelindung
keselamatan pendaki itu sendiri. Gunung merupakan lingkungan yang asing bagi
organ tubuh kita yang terbiasa hidup di daerah yang lebih rendah. Karena itu
diperlukan perlengkapan yang memadai agar pendaki mampu menyesuaikan di
ketinggian yang baru itu. Seperti sepatu, ransel, pakaian, tenda, perlengkapan
tidur, perlengkapan masak, makanan, obat-obatan dan lain-lain.
C. BAHAYA DI GUNUNG
Dalam olahraga mendaki gunung ada dua faktor yang mempengaruhi
berhasil tidaknya suatu pendakian.
a) Faktor
Internal
Yaitu faktor yang datang dari si pendaki sendiri. Apabila faktor ini
tidak dipersiapkan dengan baik akan mendatangkan bahaya subyek yaitu karena
persiapan yang kurang baik, baik persiapan fisik, perlengkapan, pengetahuan,
ketrampilan dan mental.
b) Faktor
Eksternal
Yaitu faktor yang datang dari luar si pendaki.
Bahaya ini datang dari obyek pendakiannya (gunung), sehingga secara teknik
disebut bahaya obyek. Bahaya ini dapat berupa badai, hujan, udara dingin,
longsoran hutan lebat dan lain-lain. Kecelakaan yang terjadi di gunung-gunung
Indonesia umumnya disebabkan faktor intern. Rasa keingintahuan dan rasa suka
yang berlebihan dan dorongan hati untuk pegang peranan, penyakit, ingin
dihormati oleh semua orang serta keterbatasan-keterbatasan pada diri kita
sendiri.
D. LANGKAH-LANGKAH DAN PROSEDUR PENDAKIAN
Umumnya langkah-langkah yang biasa dilakukan oleh kelompok-kelompok
pencinta alam dalam suatu kegiatan pendakian gunung meliputi tiga langkah,
yaitu :
1. Persiapan
Yang dimaksud persiapan pendakian gunung adalah :
-
Menentukan pengurus panitia pendakian, yang
akan bekerja mengurus : Perijinan pendakian, perhitungan anggaran biaya,
penentuan jadwal pendakian, persiapan perlengkapan/transportasi dan segala
macam urusan lainnya yang berkaitan dengan pendakian.
-
Persiapan fisik dan mental anggota pendaki, ini
biasanya dilakukan dengan berolahraga secara rutin untuk mengoptimalkan kondisi
fisik serta memeksimalkan ketahanan nafas. Persiapan mental dapat dilakukan
dengan mencari/mempelajari kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga timbul
dalam pendakian beserta cara-cara pencegahan/pemecahannya.
2. Pelaksanaan
Bila ingin mendaki gunung yang belum pernah
didaki sebelumnya disarankan membawa guide/penunjuk jalan atau paling tidak
seseorang yang telah pernah mendaki gunung tersebut, atau bisa juga dilakukan
dengan pengetahuan membaca jalur pendakian.
Untuk memudahkan koordinasi, semua peserta
pendakian dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
*
Kelompok pelopor
*
Kelompok inti
*
Kelompok penyapu
Masing-masing kelompok, ditunjuk
penanggungjawabnya oleh komandan lapangan (penanggungjawab koordinasi).
Daftarkan kelompok anda pada buku pendakian yang tersedia di setiap base camp
pendakian, biasanya menghubungi anggota SAR atau juru kunci gunung tersebut.
Didalam perjalanan posisi kelompok diusahakan
tetap yaitu : Pelopor di depan (disertai guide), kelompok initi di tengah, dan
team penyapu di belakang. Jangan sesekali merasa segan untuk menegur peserta
yang melanggar peraturan ini.
Demikian juga saat penurunan, posisi semula
diusahakan tetap. Setelah tiba di puncak dan di base camp jangan lupa mengecek
jumlah peserta, siapa tahu ada yang tertinggal.
3. Evaluasi
Biasakanlah melakukan evaluasi dari setiap
kegiatan yang anda lakukan, karena dengan evaluasi kita akan tahu kekurangan
dan kelemahan yang kita lakukan. Ini menuju perbaikan dan kebaikan (vivat et
floreat).
E. FISIOLOGI TUBUH DI PEGUNUNGAN
Mendaki gunung adalah perjuangan, perjuangan manusia melawan
ketinggian dan segala konsekuensinya. Dengan berubahnya ketinggian tempat, maka
kondisi lingkungan pun jelas akan berubah. Anasir lingkungan yang perubahannya
tampak jelas bila dikaitkan dengan ketinggian adalah suhu dan kandungan oksigen
udara. Semakin bertambah ketinggian maka suhu akan semakin turun dan kandungan
oksigen udara juga semakin berkurang.
Fenomena alam seperti ini beserta konsekuensinya terhadap
keselamatan jiwa kita, itulah yang teramat penting kita ketahui dalam
mempelajari proses fisiologi tubuh di daerah ketinggian.Banyak kecelakaan
terjadi di pegunungan akibat kurang pengetahuan, hampa pengalaman dan kurang
lengkapnya sarana penyelamat.
1) Konsekuensi
Penurunan Suhu
Manusia termasuk organisme berdarah panas (poikiloterm), dengan
demikian manusia memiliki suatu mekanisme thermoreguler untuk mempertahankan
kondisi suhu tubuh terhadap perubahan suhu lingkungannya. Namun suhu yang
terlalu ekstrim dapat membahayakan. Jika tubuh berada dalam kondisi suhu yang
rendah, maka tubuh akan terangsang untuk meningkatkan metabolisme untuk
mempertahankan suhu tubuh internal (mis : dengan menggigil). Untuk mengimbangi
peningkatan metabolisme kita perlu banyak makan, karena makanan yang kita makan
itulah yang menjadi sumber energi dan tenaga yang dihasilkan lewat oksidasi.
2) Konsekuensi
Penurunan Jumlah Oksigen
Oksigen bagi tubuh organisme aerob adalah menjadi suatu konsumsi
vital untuk menjamin kelangsungan proses-proses biokimia dalam tubuh, konsumsi
dalam tubuh biasanya sangat erat hubungannya dengan jumlah sel darah merah dari
konsentrasi haemoglobin dalam darah. Semakin tinggi jumlah darah merah dan
konsentrasi Haemoglobin, maka kapasitas oksigen respirasi akan meningkat. Oleh
karena itu untuk mengatasi kekurangan oksigen di ketinggian, kita perlu
mengadakan latihan aerobic, karena disamping memperlancar peredaran darah,
latihan ini juga merangsang memacu sintesis sel-sel darah merah.
3) Kesegaran
Jasmani
Kesegaran jasmani adalah syarat utama dalam
pendakian. Komponen terpenting yang ditinjau dari sudut faal olahraga adalah
system kardiovaskulare danneuromusculare.
Seorang pendaki gunung pada ketinggian tertentu
akan mengalami hal-hal yang kurang enak, yang disebabkan oleh hipoksea
(kekurangan oksigen), ini disebut penyakit gunung (mountain sickness).
Kapasitas kerja fisik akan menurun secara menyolok pada ketinggian 2000 meter,
sementara kapasitas kerja aerobic akan menurun (dengan membawa beban 15 Kg) dan
juga derajat aklimasi tubuh akan lambat.
Mountain sickness ditandai
dengan timbulnya gejala-gejala :
-
Merasakan sakit kepala atau pusing-pusing
-
Sukar atau tidak dapat tidur
-
Kehilangan control emosi atau lekas marah
-
Bernafas agak berat/susah
-
Sering terjadi penyimpangan interpretasi atau keinginannya aneh-aneh, bersikap
semaunya dan bisa mengarah kepenyimpangan mental.
-
Biasanya terasa mual bahkan kadang-kadang
sampai muntah, bila ini terjadi maka orang ini harus segera ditolong dengan
memberi makanan/minuman untuk mencegah kekosongan perut.
-
Gejala-gejala ini biasanya akan lebih parah di
pagi hari, dan akan mencapai puncaknya pada hari kedua.
Apabila diantara peserta pendakian mengalami
gejala ini, maka perlu secara dini ditangani/diberi obat penenang atau dicegah
untuk naik lebih tinggi. Bilamana sudah terlanjur parah dengan emosi dan
kelakuan yang aneh-aneh serta tidak peduli lagi nasehat (keras kepala), maka
jalan terbaik adalah membuatnya pingsan.
Pada ketinggian lebih dari 3000 m.dpl, hipoksea
cerebral dapat menyebabkan kemampuan untuk mengambil keputusan dan penalarannya
menurun. Dapat pula timbul rasa percaya diri yang keliru, pengurangan ketajaman
penglihtan dan gangguan pada koordinasi gerak lengan dan kaki. Pada ketinggian
5000 m, hipoksea semakin nyata dan pada ketinggian 6000 m kesadarannya dapat
hilang sama sekali.
4) Program
Aerobik
Program/latihan ini merupakan dasar yang perlu
mendapatkan kapasitas fisik yang maksimum pada daerah ketinggian. Kapasitas
kerja fisik seseorang berkaitan dengan kelancaran transportasi oksigen dalam
tubuh selai respirasi.
Kebiasaan melakukan latihan aerobic secara
teratur, dapat menambah kelancaran peredaran darah dalam tubuh, memperbanyak
jumlah pembuluh darah yang mrmasuki jaringan, memperbanyak sintesis darah
merah, menambah kandungan jumlah haemoglobin darah dan juga menjaga
optimalisasi kerja jantung. Dengan terpenuhinya hal-hal tersebut di atas, maka
mekanisme pengiriman oksigen melalui pembuluh darah ke sel-sel yang membutuhkan
lebih terjamin.
Untuk persiapan/latihan aerobic ini biasanya
harus diintensifkan selama dua bulan sebelumnya. Latihan yang teratur ternyata
juga dapat meningkatkan kekuatan (endurance) dan kelenturan (fleksibility)
otot, peningkatan kepercayaan diri (mental), keteguhan hati serta kemauan yang
keras. Didalam latihan diusahakan denyut nadi mencapai 80% dari denyut nadi
maksimal, biasanya baru tercapai setelah lari selama 20 menit. Seorang yang
dapat dikatakan tinggi kesegaran aerobiknya apabila ia dapat menggunakan
minimal oksigen per menit per Kg berat badan. Yang tentunya disesuaikan dengan
usia latihan kekuatan juga digunakan untuk menjaga daya tahan yang maksimal,
dan gerakan yang luwes. Ini biasanya dengan latihan beban, Untuk baiknya
dilakukan aerobic 25-50 menit setiap harinya.
F. PENGETAHUAN DASAR BAGI MOUNTAINEER
1. Orientasi
Medan
a. Menentukan
arah perjalanan dan posisi pada peta
§ Dengan
dua titik di medan yang dapat diidentifikasikan pada gambar di peta.
§ Bila
diketahui satu titik identifikasi, ada beberapa cara yang dapat dicapai :
a) Kalau kita
berada di jalan setapak atau sungai yang tertera pada peta, maka perpotongan
garis yang ditarik dari titik identifikasi dengan jalan setapak atau sungai
adalah kedudukan kita.
b) Menggunakan
altimeter. Perpotongan antara garis yang ditarik dari titik identifikasi dengan
kontur pada titik ketinggian sesuai dengan angka pada altimeter adalah
kedudukan kita.
c) Dilakukan
secara kira-kira saja.
b. Menggunakan kompas
c. Peta
dalam perjalanan
2. Membaca
Keadaan Alam
-
Keadaan udara (cuaca, temperature, perubahan
awan)
-
Membaca sandi-sandi
3. Tingkatan
Pendakian gunung
Agar setiap orang mengetahui apakah lintasan
yang akan ditempuhnya sulit atau mudah, maka dalam olahraga mendaki gunung
dibuat penggolongan tingkat kesulitan setiap medan atau lintasan gunung.
Penggolongan ini tergantung pada karakter
tebing atau gunungnya, temperamen dan penampilan fisik si pendaki, cuaca, kuat
dan rapuhnya batuan di tebing, dan macam-macam variabel lainnya.
Kelas 1 : Berjalan.
Tidak memerlukan peralatan dan teknik khusus.
Kelas 2
: Merangkak (scrambling). Dianjurkan untuk memakai sepatu yang layak.
Penggunaan tangan mungkin diperlukan untuk membantu.
Kelas 3
: Memanjat (climbing). Tali diperlukan bagi pendaki yang belum berpengalaman.
Kelas 4
: Memanjat dengan tali dan belaying. Anchor untuk belaying mungkin diperlukan.
Kelas 5
: Memanjat bebas dengan penggunaan tali belaying dan runner. Kelas ini dibagi
lagi menjadi 13 tingkatan.
Kelas 6
: Pemanjatan artificial. Tali dan anchor digunakan untuk gerakan naik. Kelas
ini sering disebut kelas A. Selanjutnya dibagi dalam 5 tingkatan.
G. MANAJEMEN PERJALANAN & PERALATAN
1. Perencanan perjalanan
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari
informasi. Untuk mendapatkan data data kita dapat memperoleh dari literatur-
literatur yang berupa buku-buku atau artikel-artikel yang kita butuhkan atau
dari orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek yang akan kita
tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi dari penduduk setempat atau siapa
saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan kita daki.
Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi
Perjalanan. Buatlah perencanaan secara detail dan rinci, yang berisi tentang
daerah mana yang dituju, berapa lama kegiatan berlangsung, perlengkapan apa
saja yang dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya perjalanan,
bagaimana mencapai daerah tersebut, serta prosedur pengurusan ijin mendaki di
daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara teliti dan sedetail mungkin, mulai
dari rincian waktu sebelum kegiatan sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah
pembagian job dengan anggota pendaki yang lain (satu kelompok), tentukan kapan
waktu makan, kapan harus istirahat, dan sebagainya.
Intinya dalam perencanaan pendakian, hendaknya
memperhatikan :
-
Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam
menghadapi medan.
-
Mempelajari medan yang akan ditempuh.
-
Teliti rencana pendakian dan rute yang akan
ditempuh secermat mungkin.
-
Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
-
Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
2. Perlengkapan dasar perjalanan
-
Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki, celana,
ikat pinggang, baju, topi, jas hujan, dll.
-
Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda,
matras dll.
-
Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok,
makanan, korek dll.
-
Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat
pribadi, sikat, toilet paper / tissu, dll.
-
Ransel / carrier.
3. Perlengkapan pembantu
Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas,
Obat-obatan.
Peta, busur derajat, douglass protector,
pengaris, pensil dll. Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo
ada],Jam tangan.
4. Packing atau menyusun perlengkapan kedalam
ransel.
-
Kelompokkan barang barang sesuai dengan jenis
jenisnya.
-
Masukkan dalam kantong plastik.
-
Letakkan barang barang yang ringan dan jarang
penggunananya (mis : Perlengkapan tidur) pada yang paling dalam.
-
Barang barang yang sering digunakan dan vital
letakkan sedekat mungkin dengan tubuh dan mudah diambil.
-
Tempatkan barang barang yang lebih berat
setinggi dan sedekat mungkin dengan badan / punggung.
-
Buat Checklist barang barang tersebut.
5. Pedoman Perjalanan Alam Terbuka
Untuk merencanakan suatu perjalanan ke alam bebas harus ada
persiapan dan penyusunan secara matang. Ada rumusan yang umum digunakan yaitu
4W & 1 H, yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan How. Adapun
tujuan yang diingin kita kita dapat menyusun rencana gegiatan yang didalamnya
mencakup rincian:
a. Pemilihan
medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp, pembagian waktu dan sebagainya.
b. Pengurusan
perizinan
c. Pembagian
tugas panitia
d. Persiapan
kebutuhan acara
e. Kebutuhan
peralatan dan perlengkapan
f. dan lain
sebagainya.
6. Packing
Sebelum melakukan kegiatan alam bebas kita biasanya menentukan
dahulu peralatan dan perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua
inilah saatnya mempacking barang-barang tersebut ke dalam carier atau backpack.
Packing yang baik menjadikan perjalanan anda nyaman karena ringkas dan tidak
menyulitkan.
7. Perlengkapan Pribadi Alam Bebas
Outdoor activity atau kegiatan alam bebas
merupakan kegiatan yang penuh resiko dan memerlukan perhitungan yang cermat.
Jika salah-salah maka bukan mustahil musibah akan mengancam setiap saat.
Sebagai contoh, sebuah referensi pernah mencatat bahwa salah satu kegiatan alam
bebas yaitu rock climbing [panjat tebing] merupakan jenis olahraga yang resiko
kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap mobil formula-1.
Tentu saja resiko tersebut terjadi apabila
safety-procedure tidak menjadi perhatian yang serius, tetapi apabila
safety-procedure diperhatikan dan sering berlatih, maka resiko tersebut dapat
ditekan sampai titik paling aman.
Perjalanan alam bebas pasti akan bersentuhan
dengan cuaca, situasi medan dan waktu yang kadang tidak bersahabat, baik malam
atau siang hari, oleh karena itu perlu dipersiapkan perlengkapan yang memadai.
Salah satu “perisai diri” ketika melakukan aktivitas
alam bebas adalah perlengkapan diri pribadi. Seperti:Tutup kepala/top, Syal-slayer,Baju,
Celana, Jaket, Slepping bag, Sepatu, Carrier bag atau ransel, Alat masak, makan dan mandi, Obat-obatan dan
Survival Kits.
8. Perencanaan Perbekalan
9. Persiapan umum
Persiapan
umum untuk mendaki gunung antara lain kesiapan mental, fisik, etika,
pengetahuan dan ketrampilan.
·
Kesiapan mental.
·
Kesiapan fisik.
·
Kesiapan administrasi.
·
Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan.
10. Persiapan mendaki gunung
11. Mengenal Jenis Gunung dan Grade Pendakian
12. Makanan (logistik)
13. Peralatan lain (kantong utnuk sampah dan brang
yang basah)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Mendaki
gunung adalah kombinasi olahraga dan kegiatan rekreasi untuk mengatasi
tantangan dan bahaya pada lereng dan jurang untuk mendapatkan pemandangan yang
indah dari puncaknya walaupun harus melewati kesulitan ataupun memanjat tebing
menjelang puncaknya.
Perjalanan
ke alam terbuka pasti mengandung resiko. Tiap perjalanan memiliki tingkat
resiko dan bahaya yang bervariasi. Bahaya dan resiko tersebut dapat jauh
diminimalisir dengan berbagai persiapan.
Keberhasilan suatu
kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan dan perbekalan yang
tepat. Dalam merencanakan perlengkapan perjalanan terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan, diantaranya adalah:
a. Mengenal
jenis medan yang akan dihadapi (hutan, rawa, tebing, dll)
b. Menentukan
tujuan perjalanan (penjelajahan, latihan, penelitian, SAR, dll
c. Mengetahui
lamanya perjalanan (misalnya 3 hari, seminggu, sebulan, dsb
d. Mengetahui
keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa beban
e. Memperhatikan
hal-hal khusus (misalnya : obat-obatan tertentu).
B. SARAN
Dalam
melakukan pendakian gunung harus melakukan persiapan yang sangat matang. Karena
apa? Di lam bebas resiko dan bahaya tidak terduga. Untuk itu memerhatikan
hal-hal sebelum pendakian sangatlah diperlukan untuk mencapai tujuan pendakian
gunung sampai ke puncaknya dengan sukses (baik diperjalanan berangkat maupun
kembali.
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya Ucapkan Kepada Allah SWT., bahwasanya
saya telah dapat membuat Makalah tentang Aktivitas Pendakian Gunung.
Dalam Penyusunan makalah tidaklah mudah, Walaupun banyak sekali
hambatan dan kesulitan yang saya hadapi dalam menyusun makalah ini, dan mungkin
makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum bisa dikatakan sempurna
dikarenakan keterbatasan kemampuan saya.
Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak terutama dari Guru Mata Pelajaran Penjas
supaya saya dapat lebih baik lagi dalam menyusun sebuah makalah di kemudian
hari.
Semoga makalah ini berguna bagi siapa saja terutama bagi
teman-teman yang hobi atau ingin lebih tahu lebih banyak tentang mendaki gunung
ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ........................................ i
DAFTAR
ISI ............................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN ...................................... 1
A. LATAR
BELAKANG ................................... 1
B. TUJUAN
PENULISAN ................................. 1
BAB II
PEMBAHASAN ..................................... 2
A. PENGERTIAN
MENDAKI GUNUNG (MOUNTAUNEERING) ....... 2
B. PERSIAPAN
PENDAKIAN .............................. 3
C. BAHAYA
DI GUNUNG ................................. 4
D. LANGKAH-LANGKAH
DAN PROSEDUR PENDAKIAN ........... 5
E. FISIOLOGI
TUBUH DI PEGUNUNGAN .................... 7
F. PENGETAHUAN
DASAR BAGI MOUNTAINEER .............. 11
G. MANAJEMEN
PERJALANAN DAN PERALATAN ............... 12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN .......................... 17
A. KESIMPULAN
....................................... 17
B. SARAN ............................................ 18
Comments
Post a Comment