CLICK HERE

Friday, September 29, 2017

RESENSI BUKU "Kubu Di Atas Bukit"

 

1.     JUDUL RESENSI

Kubu Di Atas Bukit

 

2.     DATA/ IDENTITAS BUKU

Hak cipta yang dilindungi UUD Pada : Pengarang

Hak Penerbitan pada                  : Azka Press

Pencetak                                       : Ganeca Exact

Desain Cover                               : Marna Sumarna

Ilustrasi dalam                             : Taufik

Lay Out                                         : Budi Prihatin

Cetakan Pertama                         : Tahun 1987

Cetakan Kedua                            : Tahun 1991

Cetakan Ketiga                             : Tahun 1992

ISBN                                              : 979-414-183-6

Diterbitkan oleh                          : Azka Press

 

3.     KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

Kelebihan

1.      Sebuah bacaan menarik yang sangat inspiratif

2.      Kata-katanya mudah dipahami

3.      Pewatakan tokoh mudah dipahami dan digambarkan secara jelas

4.      Alur cerita mudah dipahami meski alur maju mundur, dan alur tersebutlah yang membuat kita menjadi semakin penasaran.

 

Kekurangan

1.      Halaman novel cukup tebal

2.      Ada beberapa sesi cerita yang cukup panjang dan sedikit membosankan karena intinya sama saja.

 

4.     TANGGAPAN TERHADAP ISI BUKU

Buku ini memiliki isi atau pesan yang sangat inspiratif, oleh karena itu buku ini sangat diperlukan bagi kalangan masyarakat, siswa-siswi dan semua pembaca umumnya.

 

5.     SINOPSIS NOVEL

Tojeng adalah seorang anak Makasar. Sejak kecil sudah ditinggal mati ayahnya. Dia ikut pamannya ke gunung, kubu tentara bajeng yang melawan penjajah Belanda. Suatu kali tojeng disuruh mengambil bendera merah putih yang di jahit emak dan neneknya. Itulah bendera yang dikibarkan pada peringatna kemerdekaan, 17 agustus 1946. Kibaran bendera itu mengharukan Tojeng.

Tojeng bersama dengan Bote. Pemuda ini ramah dan pandai. Dari Bote, tojeng banyak mendapatkan pengetahuan, misalnya tentang ilmu bumi dan sejarah.

Tojeng meneemukan serdadu Belanda yang terluka sehabis pertempuran. Ia kasihan melihatnya. Serdadu itu ditutupinya dengan daun-daun jati kering. Tojeng melaporkannya kepada tentara bajeng di kubu dengan harapan agar dapat dirawat dengan baik.

Bote dan beberapa temannya lalu bergerilya di dalam kota Makasar (dulu bernama ujung pandang). Dia tertangkap. Dari rumah tahanan dia berhasil melarikan diri. Lalu dia ditangkap lagi, untuk kemudian dijatuhi hukuman mati. Tojeng baru tahu belakangan bahwa Daeng Bote ashabatnya itu adalah Robert Wolter Monginsidi, salah satu pahlawan yang terkenal.

No comments:

Post a Comment