CLICK HERE

Thursday, October 24, 2019

MAKALAH KEBERADAAN DAN FUNGSI MANUSIA PURBA SINGIRAN

Assalamualaikum Wr. Wb

Selamat siang sahabat makalah? Tentunya mudah-mudahan baik-baik saja ya.

Sering dapat tugas membuat makalah di sekolah/kampus? Tapi masih bingung dengan cara membuatnya? Atau malah masih belum paham tentang apa itu makalah? Keep Calm!! Di sini, kamu akan mendapatkan informasi dan solusi sekaligus dengan makalah yang sudah jadi dan Gratissssss tentunya, Selain makalah juga, ada berbagai artikel, laporan penelitian, cerpen, dsb. Selengkapnya yuukkkk kita simak..... Mudah-mudahan bisa menjadi tambahan referensi tugas sahabat makalah!

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.       Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan kunjungan museum merupakan kegiatan wajib sekolah. Kunjungan museum ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Kunjungan museum ini diikuti oleh kelas X karena pada agenda sekolah kunjungan museum dilaksanakan pada kelas X.

Dipilihnya objek museum purbakala Sangiran karena untuk mengetahui lebih jelas gambaran evolusi nenek moyang peradaban manusia. Disana kita semua dapat mengetahui secara gambling bagaimana nenek moyang kita ber-evolusi, disana kita disuguhkan berbagai bukti sejarah. Mulai dari tulang belulang atau fosil-fosil manusia, tumbuhan ,dan hewan purba. Di museum kita juga disuguhkan film mengenai penelitian dan penggalian fosil-fosil makhluk purbakala oleh berbagai peneliti di penjuru dunia. Dipilihnya objek wisata Tawangmangu karena di sana kita dapat melihat keindahan alam berupa air terjun yang indah dan kita dapat membuktikan kebenaran mitos tentang pembuktian jumlah anak tangga saat naik dan turun yang pada papan tertulis sebanyak 1250 anak tangga.

1.2.       Tujuan

Tujuan utama dibuatnya laporan penelitian ini yaitu sebagai tugas karya ilmiah dan selain itu juga laporan penelitian ini bertujuan :

1.      Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Museum Purbakala Sangiran.

2.      Untuk mengetahui macam – macam Manusia Purba Sangiran.

3.      Untuk mengetahui misteri Sangiran Yang Terungkap.

4.      Untuk mengetahui pemeliharaan dan pelestarian benda- benda yang terdapat di Museum Sangiran.

5.      Untuk mengatahui pengembangan Museum Purbakala Sangiran.

1.3.       Rumusan Masalah

1.      Bagaimana sejarah terbentuknya Museum Purbakala Sangiran?

2.      Apa saja macam – macam Manusia Purba Sangiran?

3.      Apa saja Misteri Sangiran Yang Terungkap?

4.      Bagaimana cara pemeliharaan dan pelestarian benda- benda yang terdapat di Museum Sangiran?

5.      Bagaimana pengembangan Museum Purbakala Sangiran?

1.4.       Cara Memperoleh Data

Penulis memperoleh data ini dari mengunjugi Museum Sangiran dan melihat situs-situs yang ada di Laboratorium Sangiran yang telah kami lihat dan analisis. Kami juga memperoleh data ini sebagian dari internet.

1.5.       Sistematika Pembahasan

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

1.2.     Tujuan

1.3.     Rumusan Masalah

1.4.     Cara Memperoleh Data

1.5.     Sistematika Pembahasan

BAB II DASAR – DASAR TEORITIS

2.1.     Sejarah Terbentuknya Museum Purbakala Sangiran

2.2.     Macam – macam Manusia Purba Sangiran

2.3.     Jenis-jenis Fosil yang terdapat di Sangiran

2.4.     Pemeliharaan dan Pelestarian Benda- benda yang Terdapat di

 Museum Sangiran

2.5.     Pengembangan Museum Purbakala Sangiran

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.     Kesimpulan

4.2.     Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 

BAB II

DASAR – DASAR TEORITIS

 

2.1.       Sejarah Terbentuknya Museum Purbakala Sangiran

Pada awalnya sangiran merupakan lautan dangkal.Pada saat itu keadaan bumi masih belum stabil seperti sekarang, di beberapa bagian bumi seringkali mendapatkan pergerakan di dalam perut bumi yang disebabkan adanya dorongan tekanan endogen.Sangiran juga mengalami hal serupa, karena adanya dorongan tenaga endogen (dari dalam bumi) terjadi pengankatan dan pelipatan pada permukaan laut sangiran. Akibat dn pelipatan permukaan maka terbentuklah daratan-daratan yang mengisolasi sebagaian lautan tersebut sehingga menjadi danau dan rawa-rawa.

Saat terjadinya masa glacial (pembekuan), permukaan air laut menyusut, itu disebabkan karena adanya pembekuan es di kutub utara maka muncullah daratan di permukaan bumi. Danau dan rawa sangiran yang terbentuk dari lautan dangkal juga menjadi daratan kering.

Proses pembentukan situs sangiran erat kaitannya dengan aktivitas gunung lawu tua. Kubah sangiran diperkirakan terbentuk akibat gaya kompresi dari runtuhan gunung Lawu tua, gaya endogen berupa pengakatan dan pelipatan tanah serta gaya gravitasi bumi. Gaya kompresi yang sama juga menyebabkan terbentuknya kubah-kubah lain seperti: Kubah Gemolong, Kubah Gamping, Kubah Bringinan, Kubah Gesingan, dan Kubah Munggur.

Tenaga endogen yang terjadi berulang-berulang mengakibatkan permukan tanah di sangiran naik akibatnya adanya dorongan di dalam dan membentuk bukit.Kemudian karena aktivitas gunung lawu membuat tanah perbukitan longsor dan membentuk kubah, tanah di sekitar sungai cemarapun ikut longsor.Akibat dari hal tersebut, terbentuklah lapisan tanah yang berbeda dari lapisan tanah permukaan.Lapisan tanah yang terbentuk adalah lapisan dari jaman purbakala dimana hasil dari terbentuknya tanah sangiran membuat para ahli purbakala dan masyarakat sekitar menemukan bukti-bukti kehidupan masa prasejarah.Higga kini lapisan tanah (stratigrafi) yang dapat ditemukan dan diteliti terdapat 4 lapis.

Situs sangiran merupakan daerah perbukitan yang terbentuk dari fragmen-fragmen batu gamping foraminifera dan batu pasir yang tercampur dengan Lumpur saat masa halosen. Juga yang endapan alivial yang terdiri dari campuran lempung, pasir, kerikil, dan krakal dengan ketebalan kurang lebih 2 meter yang dapat terlihat di sungai cemara. Sungai cemara yang mengalir didaerah sangiran merupakan sungai anteseden yang menyayat kubah sangiran.Hal ini menyebabkan struktur kubah dan stratifigrafi tanah daerah sangiran dapat dipelajari dengan baik.

Tersingkapnya tanah di tepi sungai cemara menunjukan aktivitas erosi dan sedimentasi yang intensif pada masa sekarang. Proses erosi tersebut mengakibatkan munculnya fosil-fosil binatang maupun manusia purba di permukaan tanah sehingga sering ditemukan fosil-fosil setelah turun hujan.

Akibat dari dorongan tenaga endogen pada awalnya, aktivitas erosi dan sedimentasi yang tinggi maka menyebabkan pengangkatan dan pelipatan tanah sangiran, sehingga lapisan tanah sangiran terbagi dari 4 lapisan (dari lapisan teratas) yaitu Formasi Notopuro, Formasi Kabuh, Formasi Pucangan dan Formasi Kalibeng.

2.2.       Macam – macam Manusia Purba Sangiran

Koleksi fosil-fosil manusia purba yang terdapat di Museum Sangiran antara lain:

1.      Ramapithecus

Ramapithecus adalah spesies primata paling purba dengan tinggi kurang dari 1 meter. Penemuan fosil gigi dan rahang menunjukkan bahwa spesies ini mempunyai bentuk hominid (famili dari genus manusia, simpanse, bonobo, dan gorilla).

2.      Australopithecus Boisei dan Australopithecus Robustus

Dua spesies Australopithecus ini merupakan makhluk purba yang kekar. Sedangkan versi rampingnya adalah Australopithecus Africanus. Ternyata perbedaan kekar-ramping ini akibat pola makan yang berbeda. Boisei dan Robustus adalah vegetarian pemakan tumbuh-tumbuhan purba yang memerlukan sistem pencernaan yang kuat, sehingga berpengaruh pula terhadap badan mereka.

3.      Australopithecus Africanus

Berbeda dengan dua Australopithecus sebelumnya, spesies Africanus ini merupakan pemakan tumbuhan, buah, dan daging. Manusia purba ini adalah manusia pertama yang melakukan perburuan binatang besar.

Tanggal Penemuan : Tahun 1937 Nama Penemu : R. Brom Lokasi Penemuan : Sterfonteine, Afrika Selatan Umur/ Stratigrafi : diperkirakan 2,5 juta tahun

4.      Meganthropus Paleojavanicus

Fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Von Koenigswald di Sangiran, lembah Bengawan Solo pada tahun 1936-941. Fosil ini berasal dari lapisan Pleistosen Bawah. Meganthropus memiliki badan yang tegap dan rahang yang besar dan kuat. Mereka hidup dengan cara mengumpulkan makanan (food gathering) makanan mereka utamanya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Sebagian ahli menganggap bahwa Meganthropus sebenarnya merupakan Pithecanthropus dengan badan yang besar.

Ciri-ciri:

1)      Memiliki tulang pipi yang tebal

2)      Memiliki otot kunyah yang kuat

3)      Memiliki tonjolan kening yang menyolok

4)      Memiliki tonjolan belakang yang tajam

5)      Tidak memiliki dagu

6)      Memiliki perawakan yang tegap

7)      Memakan jenis tumbuhan

5.      Pithecanthropus Robustus

Fosil jenis ini ditemukan oleh Weidenreich dan Von Koenigswald pada tahun 1939 di Trinil, Lembah Bengawan Solo. Fosil ini berasal dari lapisan Pleistosen Bawah. Von Koenigswald menganggap fosil ini sejenis dengan Pithecanthropus Mojokertensis.

Ciri- Ciri:

1)      Tinggi badan sekitar 165 180 cm

2)      Volume otak berkisar antara 750 1000 cc

3)      Bentuk tubuh & anggota badan tegap

4)      Alat pengunyah dan alat tengkuk kuat

5)      Geraham besar dengan rahang yang kuat

6)      Bentuk tonjolan kening tebal

7)      Bagian belakang kepala tampak menonjol

6.      Pithecanthropus Erectus

Fosil jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois di desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur, pada tahun 1890 berasal dari lapisan Plestosen Tengah. Mereka hidup sekitar satu juta sampai satu setengah juta tahun yang lalu.

Ciri-ciri :

1)      Tinggi badan sekitar 165 180 cm

2)      Volume otak berkisar antara 750 1000 cc

3)      Bentuk tubuh & anggota badan tegap

4)      Alat pengunyah dan alat tengkuk kuat

5)      Geraham besar dengan rahang yang kuat

6)      Bentuk tonjolan kening tebal

7)      Bagian belakang kepala tampak menonjol

7.      Homo Habilis

Homo Habilis adalah manusia purba pertama yang memiliki kebudayaan. Mereka mampu membuat peralatan sederhana dari batu di lembah Olduvai. Sehingga kebudayaan mereka pun disebut sebagai Oldowan.

8.      Homo Erectus

Homo Erectus, missing link evolusi manusia. Homo Erectus merupakan manusia penjelajah pertama di dunia. Spesies ini mampu menyebar di seluruh dunia dan mampu beradaptasi dengan baik di iklim Plestosen. Di Indonesia, Homo Erectus ini mengalami 3 kali evolusi; Homo Erectus Archaic (hidup 1,5 juta tahun lampau), Homo Erectus Tipikal (hidup 0,9-0,3 juta tahun lampau), dan Homo Erectus Progresif (hidup 0,2-0,1 juta tahun lampau). Tipe Archaic mempunyai kapasitas otak 870cc dan fosilnya ditemukan di Sangiran dan Perning (Mojokerto). Tipe Tipikal mempunyai kapasitas otak 1000 cc dan fosilnya ditemukan di Sangiran, Trinil (Ngawi), Kedungbrubus (Madiun), Patiayam (Kudus), dan Semedo (Tegal). Tipe progresif mempunyai kapasitas otak 1000 cc dan fosilnya ditemukan di luar Sangiran, yaitu di Ngandong (Blora), Sambungmacan (Sragen), dan Selopura (Ngawi). Megantropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Robustus, Pithecanthropus Soloensis, sekarang masuk ke dalam kategori Homo Erectus ini. Hanya Homo Erectus di Afrika yang mampu berevolusi menjadi Homo Sapiens, sedangkan Homo Erectus di Indonesia punah akibat tidak mampu menghadapi perubahan lingkungan. Hingga saat ini, telah ditemukan 100 individu fosil spesies ini di Sangiran. Jumlah ini mewakili lebih dari setengah populasi Homo Erectus di Dunia.

9.      Cro Magnon

Cro-Magnon adalah manusia purba yang merupakan seniman pertama dengan hasil karya berupa lukisan di goa, pahatan, dan patung ukir.

10.  Homo Sapiens

Spesies manusia ini ada sejak tahun 100.000 silam. Spesies ini adalah manusia modern zaman sekarang yang mempunyai perkembangan yang pesat, mempunyai kecerdasan tinggi, dan mampu menciptakan peradaban dan teknologi.

Lokasi Penemuan : Dari Dk. Ngrejeng, Ds. Somomoro dukuh, Kec. Plupuh, Kab.Sragen.

Umur/ Stratigrafi : Diperkirakan hidup sekitar 40.000 tahun yang lalu.

2.3.       Jenis-jenis Fosil yang Terdapat di Sangiran

Koleksi yang berada di museum sangiran saat ini semua berasal dari sekitar situs sangiran. Koleksi – koleksi tersebut berupa fosil manusia, fosil hewan, fosil tumbuhan, batu batuan, sedimentani, dan juga peralatan dapur yang dulu pernah dibuat dan digunakan oleh manusia purba yang pernah bermukim di sangiran.

a.        Fosil kayu yang terdiri dari

a. Fosil kayu yang terdiri dari

1)      Temuan dari Dukuh Jambu, Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

2)      Ditemukan pada tahun 1995 pada lapisan tanah lempung

3)      Warna abu-abu

4)      Formasi pucangan

b.Fosil batang pohon

1)      Temuan dari Desa krikilan , Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen

2)      Fosil ini ditemukan pada tahun 1977 pada lapisan tanah lempung

3)      Warna abu-abu dari endapan

4)      Formasi pucangan

b.        Tulang hasta (Ulna) Stegodon Trigonocephalus

a.    Ditemukan di kawasan cagar sangiran

b.    Pada tanggal 23 november 1975 di tanah lapisan lempung

c.    Warna abu –abu

d.   Formasi kabuh bawah

c.         Tulang paha

a.    Ditemukan dari Desa Ngebung, Kecamatan kalijambe, Kabupaten Sragen

b.    Pada tanggal 4 Februari 1989 pada lapisan tanah lempung

c.    Warna abu – abu dari endapan

d.   Formasi pucangan atas

d.        Tengkorak kerbau

a.    Ditemukan oleh Tardi

b.    Pada tanggal 20 November 1992 di Dukuh Tanjung, Desa Dayu Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar pada lapisan tanah

c.    Warna coklat kekuning-kunginan yang bercampur pasir

d.   Formasi kabuh

e.    Berdasarkan penanggalan geologi berumur 700.000-500 tahun

e.         Gigi Elephas Namadicus

a.    Ditemukan di situs cagar budaya sangiran

b.    Pada tanggal 12 Desember 1975, Pada lapisan tanah pasir bercampur kerikil berwarna cokelat

c.    Formasi kabuh

f.         Fragmen gajah purba

a.    Hidup di daerah cagar budaya sangiran

b.    Jenisnya adalah:

1)      Mastodon

2)      Stegodon

3)      Elephas

g.        Tulang rusuk (Casta) Stegodon Trigonocephalus

a.       Ditemukan oleh Supardi

b.      Tanggal 3 Desember 1991 di Dukuh Bukuran, Desa Bukuran Kecamatan kalijambe Kabupaten Sragen pada lapisan lempung

c.       Warna abu – abu dari endapan pucangan atas

h.        Ruas tulang belakang (Vertebrae)

a.       Ditemukan di situs cagar budaya sangiran

b.      Pada tanggal 15 Desember 1975

c.       Di lapisan tanah pasir

d.      Berwarna abu – abu

e.       Formasi kabuh bawah

i.          Tulang jari (Phalanx)

a.       Ditemukan di situs sangiran

b.      Pada tanggal 28 oktober 1975

c.       Pada lapisan tanah pasir kasar

d.      Warna cokelat kekuning-kuningan

e.       Formasi kabuh

j.          Rahang atas Elephas Namadicus

a.       Rahang ini dilengkapi sebagian gading

b.      Ditemukan oleh Atmo

c.       Di Dukuh Ngrejo, Desa Samomorubuh Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen

d.      Pada tanggal 24 April 1980

e.       Pada lapisan Grenz bank

f.       Antara formasi pucangan dan kabuh

k.        Tulang kaki depan bagian atas (Humerus)

a.       Bagian fosil ditemukan oleh Warsito

b.      Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen

c.       Pada tanggal 28 Desember 1998

d.      Pada lapisan tanah lempung

e.       Warna abu – abu

f.       Dari formasi pucangan atas kala pleistosen bawah

l.          Tulang kering

a.       Ditemukan oleh Warsito

b.      Di Dukuh Bubak Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen

c.       Pada tanggal 4 januari 1993

d.      Lapisan tanah lempung

e.       Warna abu – abu

f.       Dari formasi pucangan atas

m.      Fosil Molusca

a.       Klas Pelecypoda

b.      Klas Gastropoda

n.        Binatang air

a.       Tengkorak buaya (Crocodilus Sp.)

1)      Ditemukan pada tanggal 17 Desember 1994

2)      Oleh Sunardi

3)      Di Dukuh Blimbing, Desa Ngebung, Kecamatan kalijambe kabupaten Sragen

4)      Formasi pucangan

b.      Kura – kura (Chlonia Sp.)

1)      Ditemukan pada tanggal 1 Februari 1990

2)      Oleh hari Purnomo

3)      Dukuh Pablengan, Desa krikilan , Kecamatan Kalijambe, kabupaten Sragen

4)      Formasi pucangan

c.       Ruas tulang belakang ikan

1)      Ditemukan pada tanggal 20 November 1975

2)      Oleh Suwarno

3)      Di Desa Bukuran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen

4)      Formasi pucangan

2.4.       Pemeliharaan dan Pelestarian Benda- benda yang Terdapat di Museum Sangiran

Sebanyak 50 (lima puluh) individu fosil manusia Homo erectus telah ditemukan. Jumlah ini mewakili 65 % dari fosil Homo erectus yang ditemukan di seluruh Indonesia atau sekitar 50 % dari populasi Homo erectus di dunia .Keseluruhan fosil yang telah ditemukan sampai saat ini adalah sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan di dalam gudang penyimpanan. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs pra sejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia. Berdasarkan hal tersebut, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun di Merida, Meksiko.

Selain mendirikan museum situs prasejarah sangiran untuk menjaga kawasan sangiran, pemerintah juga mengeluarkan Undang-undang tentang perlindungan cagar budaya sangiran, yaitu:

1.      Mengeluarkan SK. Mendikbud No. 70 / 111 / 1977 dan menetapkan sangiran sebagai cagar budaya. Semua fosil-fosil di wilayah sangiran dilindungi dan setiap temuan harus diserahkan kepada pemerintah.

2.      UU No. 5 Tahun 1992 tentang benda cagar budaya yang lebih keras yaitu, menetapkan sangiran sebagai cagar budaya ( UNESCO )

Meskipun pemerintah telah membuat peraturan perundang-undangan tentang perlindungan cagar budaya, tetapi pada kenyataannya masih mengalami beberapa masalah yaitu;

1.      Daerah yang seluas 32 km² hanya diawasi oleh tenaga yang sangat terbatas.Daerah itu hanya dijaga oleh 27 personil, termasuk 8 orang bertugas sebagai satpam.

2.      Adanya tradisi memberi hadiah terhadap penemu fosil yang telah berlangsung sejak jaman pendudukan Belanda.

3.      Para pembeli asing menawarkan harga yang lebih tinggi dibandingkan dari pemerintah, sehingga banyak penduduk setempat yang menjual fosil temuannya kepada pembeli asing.

2.5.       Pengembangan Museum Purbakala Sangiran

Sejak dibangun pada 2005 silam, museum sangiran yang terletak di Kecamatan Kalijambe, akhirnya diresmikan penggunaannya  oleh Wakil Menteri pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan yang juga sebagai pembuat Desain Engginering Plan Sangiran, Prof Dr. Windu Nuryati, PHD. Dua puluh tahun silam tempat tersebut masih berupa joglo sederhana yang dijadikan tempat pengumpulan fosil-fosil purba oleh kepala desa Krikilan, Toto Marsono. Kini, ditanah yang berusia 1,8 juta tahun itu telah berdiri megah sebuah bangunan museum bertaraf internasional. Berbagai rangkaian acara digelar mengiringi peresmian museum, mulai dari seminar internasional yang mendatangkan 100 pakar arkelologi di dunia hingga pelaksanaan penggailian di Sangiran bersama ilmuwan dari Uni Eropa. Selain itu, pada acara tesebut diserahkan rekonstruksi rangka kuda air berusia 1,2 juta tahun yang ditemukan di Bukuran oleh tim gabungan Indonesia – Perancis. Museum Sangiran berdiri di dalam Cluster Krikilan yang merupakan Cluster pertama yang telah selesai dibangun. Masih ada tiga Cluster lainnya yang akan mulai dibangun tahun depan, yaitu Cluster Ngebung, Cluster Bukuran, keduanya terletak di wilayah Kab. Sragen, dan Cluster Ndayu yang terletak di wilayah Kab. Karanganyar.

Tiap Cluster tersebut akan menjadi pusat-pusat penelitian zaman purba sesuai masing-masing bagiannya. Misalnya Cluster Ndayu akan dijadikan pusat penelitian arkeologi mutakhir dan Cluster Ngebung akan menjadi pusat sejarah temuan fosil. Pembangunan Cluster akan melibatkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Sragen serta Kabupaten Karanganyar. Selain itu ada beberapa upaya pemerintah yang dicanangkan untuk mengembangkan situs Manusia Purba Sangiran antara lain :

§  Melengkapi kompleks Museum Manusia Purba Sangiran dengan bangunan audio visual di sisi timur museum. Dan Bupati Sragen mengubah interior ruang kantor dan ruang pertemuan menjadi ruang pameran tambahan.

§  Pemerintah merencanakan membuat museum yang lebih representative menggantikan museum yang ada secara bertahap. Didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang terdiri dari ruang basemen untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan lantai II untuk perkantoran. Program selanjutnya adalah membuat ruang audio visual, ruang transit untuk penerimaan pengunjung, ruang pameran bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan, taman purbakala, dan lain-lain.

§  Menghadirkan investor – investor guna memaksimalkan pengadaan pembangunan yang lebih lanjut dengan didukung fasilitas – fasilitas yang memadai.

§  Melakukan beberapa pengenalan – pengenalan mengenai Situs Purbakala Sangiran kepada publik nasional.

Museum Sangiran yang mempunyai 14.000 an koleksi fosil ini menawarkan tiga titik wisata purba yang menakjubkan. Di museum I, pengunjung dapat menyaksikan pameran fosil-fosil asli dan peralatan manusia purbakala. Kemudian dimuseum II dihadirkan 12 langkah kemanusiaan, mulai dari terciptanya alam, terbentuknya kepulauan Indonesia dan Jawa, kedatangan manusia pertama, proses evolusi sekitar 1,5 juta tahun lalu dan perkembangannya hingga menjadi manusia modern. Sedang museum III dipertunjukkan tentang zaman keemasan Homo Erectus Sangiran yang bterjadi sekitar 500.000 tahun .

Pengumpulan fosil – fosil Sangiran tidak terlepas dari peran serta Masyarakat Krikilan. Peresmian pada tanggal 15 Desember 2011 bertepatan dengan peristiwa lima tahun silam 15 Desember 2006, waktu itu terjadi peristiwa penting di Meridian Mexico, dimana Pemerintah Indonesia menerima tanda pengesahan Situs Sangiran ditetapkan sebagai warisan dunia. Bupati Sragen mengharapkan Situs Sangiran yang sangat membanggakan namun kadang kurang dikenal oleh masyarakat Sragen sendiri mengharapkan agar bisa dinikmati oleh  semua kalangan tidak hanya kalangan peneliti. Sragen telah menjadi City of Java Man yang memiliki situs yang mengungkap rahasia sejarah manusia purba. Di situs kebanggaan ini memuat cerita tak terputus sejarah perjalanan manusia purba hingga menjadi manusia modern.

 

 

 

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

 

Masalah yang dihadapi penulis ketika melakukan penelitian adalah sulit untuk mencari data di Laboratorium Sangiran, karena terlalu banyak pengunjung yang datang, sehingga menyita waktu yang cukup lama untuk melakukan penelitian dan kamipun akhirnya tidak mengunjungi semua situs yang ada di Museum Sangiran, dikarenakan terbatasnya waktu.

 

 

 

 

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

 

 

4.1.  Kesimpulan

1.      Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa, Indonesia.Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen). Gapura Situs Sangiran berada di jalur jalan raya Solo–Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten Karanganyar).Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa Krikilan. Jarak dari gapura situs Sangiran menuju Desa Krikilan ± 5 km.

2.      Ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil ada di Museum, sisanya disimpan di gudang penyimpanan. Sebagai World Heritage List (Warisan Budaya Dunia). Museum ini memiliki fasilitas-fasilitas diantaranya: ruang pameran (fosil manusia, binatang purba), laboratorium, gudang fosil, ruang slide, menara pandang, wisma Sangiran dan kios-kios souvenir khas Sangiran.

3.      Keadaan geo-stratigrafi dari pengamatan stratigrafi batuannya, ada beberapa formasi, diantaranya :

a.       Formasi Kalibeng

b.      Formasi Pucangan

c.       Formasi Grenzbank

d.      Formasi Kabuh

e.       Formasi Notopuro

f.       Formasi Teras Solo (Kali Pasir)

4.      Upaya pemerintah yang dicanangkan untuk mengembangkan situs Manusia Purba Sangiran antara lain :

a.       Melengkapi kompleks Museum Manusia Purba Sangiran dengan bangunan audio visual di sisi timur museum. Dan Bupati Sragen mengubah interior ruang kantor dan ruang pertemuan menjadi ruang pameran tambahan.

b.      Pemerintah merencanakan membuat museum yang lebih representative menggantikan museum yang ada secara bertahap. Didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang terdiri dari ruang basemen untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan lantai II untuk perkantoran. Program selanjutnya adalah membuat ruang audio visual, ruang transit untuk penerimaan pengunjung, ruang pameran bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan, taman purbakala, dan lain-lain.

c.       Menghadirkan investor – investor guna memaksimalkan pengadaan pembangunan yang lebih lanjut dengan didukung fasilitas – fasilitas yang memadai.

d.      Melakukan beberapa pengenalan – pengenalan mengenai Situs Purbakala Sangiran kepada publik nasional.

 

4.2.  Saran

1.      Kunjungilah setiap ruang yang ada di museum Sangiran, karena semua ruang menarik dan dapat membuat kita terpesona akan kekayaan purbakala Indonesia.

2.      Berkeliling situs Sangiran bukan merupakan hal yang merugikan, sebab mungkin saja Anda dapat menjadi salah satu penemu fosil purba yang temuannya dipajang di museum Sangiran.

3.      Sebagai warga negara yang baik dan khususnya kita sebagai siswa-siswi harus bisa melestarikan kekayaan budaya baik itu wisata maupun sejarah bangsa. Agar tidak punah oleh waktu. Selain itu kita juga harus bisa menjaganya agar tetap lestari dan berkembang.

3.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

www.google.com

http://isnakurniawati.blogspot.co.id/2014/04/contoh-laporan-kunjungan-

museum.html

http://dwiswastri98.blogspot.co.id/2014/05/laporan-kunjungan-situs-museum-sangiran.html

http://usaha321.net/jenis-jenis-manusia-purba-sangiran.html

http://blog.unnes.ac.id/allaboutnature/2015/11/18/manusia-purba-di-museum-sangiran/

https://yogapermanawijaya.wordpress.com/2014/06/24/sangiran-laboratorium-manusia-purba/

http://www.sangiran.org/2017/03/pengembangan-museum-purbakala-sangiran.html

https://www.academia.edu/17636028/LAPORAN_KUNJUNGAN_SANGIRAN

 

 

 

No comments:

Post a Comment