MAKALAH KEBERADAAN DAN FUNGSI MANUSIA PURBA SINGIRAN
Assalamualaikum Wr. Wb
Selamat siang sahabat makalah? Tentunya mudah-mudahan baik-baik saja ya.
Sering dapat tugas membuat makalah di sekolah/kampus? Tapi masih bingung dengan cara membuatnya? Atau malah masih belum paham tentang apa itu makalah? Keep Calm!! Di sini, kamu akan mendapatkan informasi dan solusi sekaligus dengan makalah yang sudah jadi dan Gratissssss tentunya, Selain makalah juga, ada berbagai artikel, laporan penelitian, cerpen, dsb. Selengkapnya yuukkkk kita simak..... Mudah-mudahan bisa menjadi tambahan referensi tugas sahabat makalah!
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang Masalah
Pelaksanaan
kunjungan museum merupakan kegiatan wajib sekolah. Kunjungan museum ini
dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Kunjungan museum ini diikuti oleh kelas
X karena pada agenda sekolah kunjungan museum dilaksanakan pada kelas X.
Dipilihnya
objek museum purbakala Sangiran karena untuk mengetahui lebih jelas gambaran
evolusi nenek moyang peradaban manusia. Disana kita semua dapat mengetahui
secara gambling bagaimana nenek moyang kita ber-evolusi, disana kita disuguhkan
berbagai bukti sejarah. Mulai dari tulang belulang atau fosil-fosil manusia,
tumbuhan ,dan hewan purba. Di museum kita juga disuguhkan film mengenai
penelitian dan penggalian fosil-fosil makhluk purbakala oleh berbagai peneliti
di penjuru dunia. Dipilihnya objek wisata Tawangmangu karena di sana kita dapat
melihat keindahan alam berupa air terjun yang indah dan kita dapat membuktikan
kebenaran mitos tentang pembuktian jumlah anak tangga saat naik dan turun yang
pada papan tertulis sebanyak 1250 anak tangga.
1.2.
Tujuan
Tujuan
utama dibuatnya laporan penelitian ini yaitu sebagai tugas karya ilmiah dan
selain itu juga laporan penelitian ini bertujuan :
1. Untuk
mengetahui sejarah terbentuknya Museum Purbakala Sangiran.
2. Untuk
mengetahui macam – macam Manusia Purba Sangiran.
3. Untuk
mengetahui misteri Sangiran Yang Terungkap.
4. Untuk
mengetahui pemeliharaan dan pelestarian benda- benda yang terdapat di Museum
Sangiran.
5. Untuk
mengatahui pengembangan Museum Purbakala Sangiran.
1.3.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
sejarah terbentuknya Museum Purbakala Sangiran?
2. Apa
saja macam – macam Manusia Purba Sangiran?
3. Apa
saja Misteri Sangiran Yang Terungkap?
4. Bagaimana
cara pemeliharaan dan pelestarian benda- benda yang terdapat di Museum
Sangiran?
5. Bagaimana
pengembangan Museum Purbakala Sangiran?
1.4.
Cara
Memperoleh Data
Penulis
memperoleh data ini dari mengunjugi Museum Sangiran dan melihat situs-situs
yang ada di Laboratorium Sangiran yang telah kami lihat dan analisis. Kami juga
memperoleh data ini sebagian dari internet.
1.5.
Sistematika
Pembahasan
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
1.2.
Tujuan
1.3.
Rumusan Masalah
1.4.
Cara Memperoleh Data
1.5.
Sistematika Pembahasan
BAB II DASAR
– DASAR TEORITIS
2.1.
Sejarah Terbentuknya Museum Purbakala Sangiran
2.2.
Macam – macam Manusia Purba Sangiran
2.3.
Jenis-jenis Fosil yang terdapat di Sangiran
2.4.
Pemeliharaan dan Pelestarian Benda- benda yang
Terdapat di
Museum Sangiran
2.5.
Pengembangan Museum Purbakala Sangiran
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
4.2.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II
DASAR – DASAR TEORITIS
2.1.
Sejarah
Terbentuknya Museum Purbakala Sangiran
Pada
awalnya sangiran merupakan lautan dangkal.Pada saat itu keadaan bumi masih
belum stabil seperti sekarang, di beberapa bagian bumi seringkali mendapatkan
pergerakan di dalam perut bumi yang disebabkan adanya dorongan tekanan
endogen.Sangiran juga mengalami hal serupa, karena adanya dorongan tenaga
endogen (dari dalam bumi) terjadi pengankatan dan pelipatan pada permukaan laut
sangiran. Akibat dn pelipatan permukaan maka terbentuklah daratan-daratan yang
mengisolasi sebagaian lautan tersebut sehingga menjadi danau dan rawa-rawa.
Saat
terjadinya masa glacial (pembekuan), permukaan air laut menyusut, itu
disebabkan karena adanya pembekuan es di kutub utara maka muncullah daratan di
permukaan bumi. Danau dan rawa sangiran yang terbentuk dari lautan dangkal juga
menjadi daratan kering.
Proses
pembentukan situs sangiran erat kaitannya dengan aktivitas gunung lawu tua.
Kubah sangiran diperkirakan terbentuk akibat gaya kompresi dari runtuhan gunung
Lawu tua, gaya endogen berupa pengakatan dan pelipatan tanah serta gaya
gravitasi bumi. Gaya kompresi yang sama juga menyebabkan terbentuknya
kubah-kubah lain seperti: Kubah Gemolong, Kubah Gamping, Kubah Bringinan, Kubah
Gesingan, dan Kubah Munggur.
Tenaga
endogen yang terjadi berulang-berulang mengakibatkan permukan tanah di sangiran
naik akibatnya adanya dorongan di dalam dan membentuk bukit.Kemudian karena
aktivitas gunung lawu membuat tanah perbukitan longsor dan membentuk kubah,
tanah di sekitar sungai cemarapun ikut longsor.Akibat dari hal tersebut,
terbentuklah lapisan tanah yang berbeda dari lapisan tanah permukaan.Lapisan
tanah yang terbentuk adalah lapisan dari jaman purbakala dimana hasil dari
terbentuknya tanah sangiran membuat para ahli purbakala dan masyarakat sekitar
menemukan bukti-bukti kehidupan masa prasejarah.Higga kini lapisan tanah
(stratigrafi) yang dapat ditemukan dan diteliti terdapat 4 lapis.
Situs
sangiran merupakan daerah perbukitan yang terbentuk dari fragmen-fragmen batu
gamping foraminifera dan batu pasir yang tercampur dengan Lumpur saat masa
halosen. Juga yang endapan alivial yang terdiri dari campuran lempung, pasir,
kerikil, dan krakal dengan ketebalan kurang lebih 2 meter yang dapat terlihat
di sungai cemara. Sungai cemara yang mengalir didaerah sangiran merupakan
sungai anteseden yang menyayat kubah sangiran.Hal ini menyebabkan struktur
kubah dan stratifigrafi tanah daerah sangiran dapat dipelajari dengan baik.
Tersingkapnya
tanah di tepi sungai cemara menunjukan aktivitas erosi dan sedimentasi yang
intensif pada masa sekarang. Proses erosi tersebut mengakibatkan munculnya
fosil-fosil binatang maupun manusia purba di permukaan tanah sehingga sering
ditemukan fosil-fosil setelah turun hujan.
Akibat
dari dorongan tenaga endogen pada awalnya, aktivitas erosi dan sedimentasi yang
tinggi maka menyebabkan pengangkatan dan pelipatan tanah sangiran, sehingga
lapisan tanah sangiran terbagi dari 4 lapisan (dari lapisan teratas) yaitu
Formasi Notopuro, Formasi Kabuh, Formasi Pucangan dan Formasi Kalibeng.
2.2.
Macam
– macam Manusia Purba Sangiran
Koleksi
fosil-fosil manusia purba yang terdapat di Museum Sangiran antara lain:
1.
Ramapithecus
Ramapithecus adalah spesies primata
paling purba dengan tinggi kurang dari 1 meter. Penemuan fosil gigi dan rahang
menunjukkan bahwa spesies ini mempunyai bentuk hominid (famili dari genus
manusia, simpanse, bonobo, dan gorilla).
2.
Australopithecus
Boisei dan Australopithecus Robustus
Dua spesies Australopithecus ini
merupakan makhluk purba yang kekar. Sedangkan versi rampingnya adalah
Australopithecus Africanus. Ternyata perbedaan kekar-ramping ini akibat pola
makan yang berbeda. Boisei dan Robustus adalah vegetarian pemakan
tumbuh-tumbuhan purba yang memerlukan sistem pencernaan yang kuat, sehingga
berpengaruh pula terhadap badan mereka.
3.
Australopithecus
Africanus
Berbeda dengan dua Australopithecus
sebelumnya, spesies Africanus ini merupakan pemakan tumbuhan, buah, dan daging.
Manusia purba ini adalah manusia pertama yang melakukan perburuan binatang
besar.
Tanggal Penemuan : Tahun 1937 Nama
Penemu : R. Brom Lokasi Penemuan : Sterfonteine, Afrika Selatan Umur/
Stratigrafi : diperkirakan 2,5 juta tahun
4.
Meganthropus
Paleojavanicus
Fosil Meganthropus Paleojavanicus
ditemukan oleh Von Koenigswald di Sangiran, lembah Bengawan Solo pada tahun
1936-941. Fosil ini berasal dari lapisan Pleistosen Bawah. Meganthropus
memiliki badan yang tegap dan rahang yang besar dan kuat. Mereka hidup dengan
cara mengumpulkan makanan (food gathering) makanan mereka utamanya berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Sebagian ahli menganggap bahwa Meganthropus
sebenarnya merupakan Pithecanthropus dengan badan yang besar.
Ciri-ciri:
1)
Memiliki tulang pipi yang tebal
2)
Memiliki otot kunyah yang kuat
3)
Memiliki tonjolan kening yang menyolok
4)
Memiliki tonjolan belakang yang tajam
5)
Tidak memiliki dagu
6)
Memiliki perawakan yang tegap
7)
Memakan jenis tumbuhan
5.
Pithecanthropus
Robustus
Fosil jenis ini
ditemukan oleh Weidenreich dan Von Koenigswald pada tahun 1939 di Trinil,
Lembah Bengawan Solo. Fosil ini berasal dari lapisan Pleistosen Bawah. Von
Koenigswald menganggap fosil ini sejenis dengan Pithecanthropus Mojokertensis.
Ciri- Ciri:
1)
Tinggi badan sekitar 165 180 cm
2)
Volume otak berkisar antara 750 1000 cc
3)
Bentuk tubuh & anggota badan tegap
4)
Alat pengunyah dan alat tengkuk kuat
5)
Geraham besar dengan rahang yang kuat
6)
Bentuk tonjolan kening tebal
7)
Bagian belakang kepala tampak menonjol
6.
Pithecanthropus
Erectus
Fosil jenis ini
ditemukan oleh Eugene Dubois di desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur, pada tahun 1890
berasal dari lapisan Plestosen Tengah. Mereka hidup sekitar satu juta sampai
satu setengah juta tahun yang lalu.
Ciri-ciri :
1)
Tinggi badan sekitar 165 180 cm
2)
Volume otak berkisar antara 750 1000 cc
3)
Bentuk tubuh & anggota badan tegap
4)
Alat pengunyah dan alat tengkuk kuat
5)
Geraham besar dengan rahang yang kuat
6)
Bentuk tonjolan kening tebal
7)
Bagian belakang kepala tampak menonjol
7.
Homo
Habilis
Homo
Habilis adalah manusia purba pertama yang memiliki kebudayaan. Mereka mampu
membuat peralatan sederhana dari batu di lembah Olduvai. Sehingga kebudayaan
mereka pun disebut sebagai Oldowan.
8.
Homo
Erectus
Homo
Erectus, missing link evolusi manusia. Homo Erectus merupakan manusia
penjelajah pertama di dunia. Spesies ini mampu menyebar di seluruh dunia dan
mampu beradaptasi dengan baik di iklim Plestosen. Di Indonesia, Homo Erectus
ini mengalami 3 kali evolusi; Homo Erectus Archaic (hidup 1,5 juta tahun
lampau), Homo Erectus Tipikal (hidup 0,9-0,3 juta tahun lampau), dan Homo
Erectus Progresif (hidup 0,2-0,1 juta tahun lampau). Tipe Archaic mempunyai
kapasitas otak 870cc dan fosilnya ditemukan di Sangiran dan Perning
(Mojokerto). Tipe Tipikal mempunyai kapasitas otak 1000 cc dan fosilnya
ditemukan di Sangiran, Trinil (Ngawi), Kedungbrubus (Madiun), Patiayam (Kudus),
dan Semedo (Tegal). Tipe progresif mempunyai kapasitas otak 1000 cc dan
fosilnya ditemukan di luar Sangiran, yaitu di Ngandong (Blora), Sambungmacan
(Sragen), dan Selopura (Ngawi). Megantropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus
Erectus, Pithecanthropus Robustus, Pithecanthropus Soloensis, sekarang masuk ke
dalam kategori Homo Erectus ini. Hanya Homo Erectus di Afrika yang mampu
berevolusi menjadi Homo Sapiens, sedangkan Homo Erectus di Indonesia punah akibat
tidak mampu menghadapi perubahan lingkungan. Hingga saat ini, telah ditemukan
100 individu fosil spesies ini di Sangiran. Jumlah ini mewakili lebih dari
setengah populasi Homo Erectus di Dunia.
9.
Cro
Magnon
Cro-Magnon
adalah manusia purba yang merupakan seniman pertama dengan hasil karya berupa
lukisan di goa, pahatan, dan patung ukir.
10. Homo Sapiens
Spesies
manusia ini ada sejak tahun 100.000 silam. Spesies ini adalah manusia modern
zaman sekarang yang mempunyai perkembangan yang pesat, mempunyai kecerdasan tinggi,
dan mampu menciptakan peradaban dan teknologi.
Lokasi
Penemuan : Dari Dk. Ngrejeng, Ds. Somomoro dukuh, Kec. Plupuh, Kab.Sragen.
Umur/
Stratigrafi : Diperkirakan hidup sekitar 40.000 tahun yang lalu.
2.3.
Jenis-jenis
Fosil yang Terdapat di Sangiran
Koleksi
yang berada di museum sangiran saat ini semua berasal dari sekitar situs
sangiran. Koleksi – koleksi tersebut berupa fosil manusia, fosil hewan, fosil
tumbuhan, batu batuan, sedimentani, dan juga peralatan dapur yang dulu pernah
dibuat dan digunakan oleh manusia purba yang pernah bermukim di sangiran.
a.
Fosil
kayu yang terdiri dari
a. Fosil
kayu yang terdiri dari
1)
Temuan dari Dukuh Jambu, Desa Dayu,
Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.
2)
Ditemukan pada tahun 1995 pada lapisan
tanah lempung
3)
Warna abu-abu
4)
Formasi pucangan
b.Fosil
batang pohon
1) Temuan
dari Desa krikilan , Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen
2) Fosil
ini ditemukan pada tahun 1977 pada lapisan tanah lempung
3) Warna
abu-abu dari endapan
4) Formasi
pucangan
b.
Tulang
hasta (Ulna) Stegodon Trigonocephalus
a. Ditemukan
di kawasan cagar sangiran
b. Pada
tanggal 23 november 1975 di tanah lapisan lempung
c. Warna
abu –abu
d. Formasi
kabuh bawah
c.
Tulang
paha
a. Ditemukan
dari Desa Ngebung, Kecamatan kalijambe, Kabupaten Sragen
b. Pada
tanggal 4 Februari 1989 pada lapisan tanah lempung
c. Warna
abu – abu dari endapan
d. Formasi
pucangan atas
d.
Tengkorak
kerbau
a. Ditemukan
oleh Tardi
b. Pada
tanggal 20 November 1992 di Dukuh Tanjung, Desa Dayu Kecamatan Gondangrejo,
Kabupaten Karanganyar pada lapisan tanah
c. Warna
coklat kekuning-kunginan yang bercampur pasir
d. Formasi
kabuh
e. Berdasarkan
penanggalan geologi berumur 700.000-500 tahun
e.
Gigi
Elephas Namadicus
a. Ditemukan
di situs cagar budaya sangiran
b. Pada
tanggal 12 Desember 1975, Pada lapisan tanah pasir bercampur kerikil berwarna
cokelat
c. Formasi
kabuh
f.
Fragmen
gajah purba
a. Hidup
di daerah cagar budaya sangiran
b. Jenisnya
adalah:
1) Mastodon
2) Stegodon
3) Elephas
g.
Tulang
rusuk (Casta) Stegodon Trigonocephalus
a. Ditemukan
oleh Supardi
b. Tanggal
3 Desember 1991 di Dukuh Bukuran, Desa Bukuran Kecamatan kalijambe Kabupaten
Sragen pada lapisan lempung
c. Warna
abu – abu dari endapan pucangan atas
h.
Ruas
tulang belakang (Vertebrae)
a. Ditemukan
di situs cagar budaya sangiran
b. Pada
tanggal 15 Desember 1975
c. Di
lapisan tanah pasir
d. Berwarna
abu – abu
e. Formasi
kabuh bawah
i.
Tulang
jari (Phalanx)
a. Ditemukan
di situs sangiran
b. Pada
tanggal 28 oktober 1975
c. Pada
lapisan tanah pasir kasar
d. Warna
cokelat kekuning-kuningan
e. Formasi
kabuh
j.
Rahang
atas Elephas Namadicus
a. Rahang
ini dilengkapi sebagian gading
b. Ditemukan
oleh Atmo
c. Di
Dukuh Ngrejo, Desa Samomorubuh Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen
d. Pada
tanggal 24 April 1980
e. Pada
lapisan Grenz bank
f. Antara
formasi pucangan dan kabuh
k.
Tulang
kaki depan bagian atas (Humerus)
a. Bagian
fosil ditemukan oleh Warsito
b. Desa
Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen
c. Pada
tanggal 28 Desember 1998
d. Pada
lapisan tanah lempung
e. Warna
abu – abu
f. Dari
formasi pucangan atas kala pleistosen bawah
l.
Tulang
kering
a. Ditemukan
oleh Warsito
b. Di
Dukuh Bubak Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen
c. Pada
tanggal 4 januari 1993
d. Lapisan
tanah lempung
e. Warna
abu – abu
f. Dari
formasi pucangan atas
m.
Fosil
Molusca
a. Klas
Pelecypoda
b. Klas
Gastropoda
n.
Binatang
air
a. Tengkorak
buaya (Crocodilus Sp.)
1) Ditemukan
pada tanggal 17 Desember 1994
2) Oleh
Sunardi
3) Di
Dukuh Blimbing, Desa Ngebung, Kecamatan kalijambe kabupaten Sragen
4) Formasi
pucangan
b. Kura
– kura (Chlonia Sp.)
1) Ditemukan
pada tanggal 1 Februari 1990
2) Oleh
hari Purnomo
3) Dukuh
Pablengan, Desa krikilan , Kecamatan Kalijambe, kabupaten Sragen
4) Formasi
pucangan
c. Ruas
tulang belakang ikan
1) Ditemukan
pada tanggal 20 November 1975
2) Oleh
Suwarno
3) Di
Desa Bukuran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen
4) Formasi
pucangan
2.4.
Pemeliharaan
dan Pelestarian Benda- benda yang Terdapat di Museum Sangiran
Sebanyak
50 (lima puluh) individu fosil manusia Homo erectus telah ditemukan. Jumlah ini
mewakili 65 % dari fosil Homo erectus yang ditemukan di seluruh Indonesia atau
sekitar 50 % dari populasi Homo erectus di dunia .Keseluruhan fosil yang telah
ditemukan sampai saat ini adalah sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil
disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan di
dalam gudang penyimpanan. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran
merupakan situs pra sejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam
memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling
lengkap di Asia bahkan di dunia. Berdasarkan hal tersebut, Situs Sangiran
ditetapkan sebagai Warisan Dunia nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat
peringatan ke-20 tahun di Merida, Meksiko.
Selain
mendirikan museum situs prasejarah sangiran untuk menjaga kawasan sangiran,
pemerintah juga mengeluarkan Undang-undang tentang perlindungan cagar budaya
sangiran, yaitu:
1. Mengeluarkan
SK. Mendikbud No. 70 / 111 / 1977 dan menetapkan sangiran sebagai cagar budaya.
Semua fosil-fosil di wilayah sangiran dilindungi dan setiap temuan harus
diserahkan kepada pemerintah.
2. UU
No. 5 Tahun 1992 tentang benda cagar budaya yang lebih keras yaitu, menetapkan
sangiran sebagai cagar budaya ( UNESCO )
Meskipun
pemerintah telah membuat peraturan perundang-undangan tentang perlindungan
cagar budaya, tetapi pada kenyataannya masih mengalami beberapa masalah yaitu;
1. Daerah
yang seluas 32 km² hanya diawasi oleh tenaga yang sangat terbatas.Daerah itu
hanya dijaga oleh 27 personil, termasuk 8 orang bertugas sebagai satpam.
2. Adanya
tradisi memberi hadiah terhadap penemu fosil yang telah berlangsung sejak jaman
pendudukan Belanda.
3. Para
pembeli asing menawarkan harga yang lebih tinggi dibandingkan dari pemerintah,
sehingga banyak penduduk setempat yang menjual fosil temuannya kepada pembeli
asing.
2.5.
Pengembangan
Museum Purbakala Sangiran
Sejak
dibangun pada 2005 silam, museum sangiran yang terletak di Kecamatan Kalijambe,
akhirnya diresmikan penggunaannya oleh
Wakil Menteri pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan yang juga sebagai
pembuat Desain Engginering Plan Sangiran, Prof Dr. Windu Nuryati, PHD. Dua
puluh tahun silam tempat tersebut masih berupa joglo sederhana yang dijadikan
tempat pengumpulan fosil-fosil purba oleh kepala desa Krikilan, Toto Marsono.
Kini, ditanah yang berusia 1,8 juta tahun itu telah berdiri megah sebuah bangunan
museum bertaraf internasional. Berbagai rangkaian acara digelar mengiringi
peresmian museum, mulai dari seminar internasional yang mendatangkan 100 pakar
arkelologi di dunia hingga pelaksanaan penggailian di Sangiran bersama ilmuwan
dari Uni Eropa. Selain itu, pada acara tesebut diserahkan rekonstruksi rangka
kuda air berusia 1,2 juta tahun yang ditemukan di Bukuran oleh tim gabungan
Indonesia – Perancis. Museum Sangiran berdiri di dalam Cluster Krikilan yang
merupakan Cluster pertama yang telah selesai dibangun. Masih ada tiga Cluster
lainnya yang akan mulai dibangun tahun depan, yaitu Cluster Ngebung, Cluster
Bukuran, keduanya terletak di wilayah Kab. Sragen, dan Cluster Ndayu yang
terletak di wilayah Kab. Karanganyar.
Tiap
Cluster tersebut akan menjadi pusat-pusat penelitian zaman purba sesuai
masing-masing bagiannya. Misalnya Cluster Ndayu akan dijadikan pusat penelitian
arkeologi mutakhir dan Cluster Ngebung akan menjadi pusat sejarah temuan fosil.
Pembangunan Cluster akan melibatkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten Sragen serta Kabupaten Karanganyar. Selain itu ada beberapa upaya
pemerintah yang dicanangkan untuk mengembangkan situs Manusia Purba Sangiran
antara lain :
§ Melengkapi
kompleks Museum Manusia Purba Sangiran dengan bangunan audio visual di sisi
timur museum. Dan Bupati Sragen mengubah interior ruang kantor dan ruang
pertemuan menjadi ruang pameran tambahan.
§ Pemerintah
merencanakan membuat museum yang lebih representative menggantikan museum yang
ada secara bertahap. Didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang terdiri
dari ruang basemen untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan lantai II
untuk perkantoran. Program selanjutnya adalah membuat ruang audio visual, ruang
transit untuk penerimaan pengunjung, ruang pameran bawah tanah, ruang
pertemuan, perpustakaan, taman purbakala, dan lain-lain.
§ Menghadirkan
investor – investor guna memaksimalkan pengadaan pembangunan yang lebih lanjut
dengan didukung fasilitas – fasilitas yang memadai.
§ Melakukan
beberapa pengenalan – pengenalan mengenai Situs Purbakala Sangiran kepada
publik nasional.
Museum
Sangiran yang mempunyai 14.000 an koleksi fosil ini menawarkan tiga titik
wisata purba yang menakjubkan. Di museum I, pengunjung dapat menyaksikan
pameran fosil-fosil asli dan peralatan manusia purbakala. Kemudian dimuseum II
dihadirkan 12 langkah kemanusiaan, mulai dari terciptanya alam, terbentuknya
kepulauan Indonesia dan Jawa, kedatangan manusia pertama, proses evolusi
sekitar 1,5 juta tahun lalu dan perkembangannya hingga menjadi manusia modern.
Sedang museum III dipertunjukkan tentang zaman keemasan Homo Erectus Sangiran
yang bterjadi sekitar 500.000 tahun .
Pengumpulan
fosil – fosil Sangiran tidak terlepas dari peran serta Masyarakat Krikilan.
Peresmian pada tanggal 15 Desember 2011 bertepatan dengan peristiwa lima tahun
silam 15 Desember 2006, waktu itu terjadi peristiwa penting di Meridian Mexico,
dimana Pemerintah Indonesia menerima tanda pengesahan Situs Sangiran ditetapkan
sebagai warisan dunia. Bupati Sragen mengharapkan Situs Sangiran yang sangat
membanggakan namun kadang kurang dikenal oleh masyarakat Sragen sendiri
mengharapkan agar bisa dinikmati oleh
semua kalangan tidak hanya kalangan peneliti. Sragen telah menjadi City
of Java Man yang memiliki situs yang mengungkap rahasia sejarah manusia purba.
Di situs kebanggaan ini memuat cerita tak terputus sejarah perjalanan manusia
purba hingga menjadi manusia modern.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
Masalah
yang dihadapi penulis ketika melakukan penelitian adalah sulit untuk mencari
data di Laboratorium Sangiran, karena terlalu banyak pengunjung yang datang,
sehingga menyita waktu yang cukup lama untuk melakukan penelitian dan kamipun
akhirnya tidak mengunjungi semua situs yang ada di Museum Sangiran, dikarenakan
terbatasnya waktu.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1.
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi
(Situs Manusia Purba) di Jawa, Indonesia.Sangiran terletak di sebelah utara
Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec.
Kalijambe, Kab.Sragen). Gapura Situs Sangiran berada di jalur jalan raya
Solo–Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten
Karanganyar).Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran,
Desa Krikilan. Jarak dari gapura situs Sangiran menuju Desa Krikilan ± 5 km.
2.
Ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931
fosil ada di Museum, sisanya disimpan di gudang penyimpanan. Sebagai World
Heritage List (Warisan Budaya Dunia). Museum ini memiliki fasilitas-fasilitas
diantaranya: ruang pameran (fosil manusia, binatang purba), laboratorium,
gudang fosil, ruang slide, menara pandang, wisma Sangiran dan kios-kios
souvenir khas Sangiran.
3.
Keadaan geo-stratigrafi dari pengamatan
stratigrafi batuannya, ada beberapa formasi, diantaranya :
a. Formasi
Kalibeng
b. Formasi
Pucangan
c. Formasi
Grenzbank
d. Formasi
Kabuh
e. Formasi
Notopuro
f. Formasi
Teras Solo (Kali Pasir)
4.
Upaya pemerintah yang dicanangkan untuk
mengembangkan situs Manusia Purba Sangiran antara lain :
a. Melengkapi
kompleks Museum Manusia Purba Sangiran dengan bangunan audio visual di sisi
timur museum. Dan Bupati Sragen mengubah interior ruang kantor dan ruang
pertemuan menjadi ruang pameran tambahan.
b. Pemerintah
merencanakan membuat museum yang lebih representative menggantikan museum yang
ada secara bertahap. Didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang terdiri
dari ruang basemen untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan lantai II
untuk perkantoran. Program selanjutnya adalah membuat ruang audio visual, ruang
transit untuk penerimaan pengunjung, ruang pameran bawah tanah, ruang pertemuan,
perpustakaan, taman purbakala, dan lain-lain.
c. Menghadirkan
investor – investor guna memaksimalkan pengadaan pembangunan yang lebih lanjut
dengan didukung fasilitas – fasilitas yang memadai.
d. Melakukan
beberapa pengenalan – pengenalan mengenai Situs Purbakala Sangiran kepada
publik nasional.
4.2. Saran
1.
Kunjungilah setiap ruang yang ada di
museum Sangiran, karena semua ruang menarik dan dapat membuat kita terpesona
akan kekayaan purbakala Indonesia.
2.
Berkeliling situs Sangiran bukan
merupakan hal yang merugikan, sebab mungkin saja Anda dapat menjadi salah satu
penemu fosil purba yang temuannya dipajang di museum Sangiran.
3.
Sebagai warga negara yang baik dan
khususnya kita sebagai siswa-siswi harus bisa melestarikan kekayaan budaya baik
itu wisata maupun sejarah bangsa. Agar tidak punah oleh waktu. Selain itu kita
juga harus bisa menjaganya agar tetap lestari dan berkembang.
3.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
http://isnakurniawati.blogspot.co.id/2014/04/contoh-laporan-kunjungan-
museum.html
http://dwiswastri98.blogspot.co.id/2014/05/laporan-kunjungan-situs-museum-sangiran.html
http://usaha321.net/jenis-jenis-manusia-purba-sangiran.html
http://blog.unnes.ac.id/allaboutnature/2015/11/18/manusia-purba-di-museum-sangiran/
https://yogapermanawijaya.wordpress.com/2014/06/24/sangiran-laboratorium-manusia-purba/
http://www.sangiran.org/2017/03/pengembangan-museum-purbakala-sangiran.html
https://www.academia.edu/17636028/LAPORAN_KUNJUNGAN_SANGIRAN
Comments
Post a Comment