MAKALAH TAHAPAN EKSPLOITASI
BAB
I
PENDAHULUAN
<![if !supportLists]>A.
<![endif]>Latar
Belakang
Pertambangan
ialah suatu rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan penyelidikan bahan galian
sampai dengan pemasaran bahan galian. EKSPLOITASI Merupakan kegiatan yang dilakukan baik secara
sederhana (manual) maupun mekanis yang meliputi penggalian, pemberaian,
pemuatan dan pengangkutan bahan galian.
Sejauh
yang diketahui eksplorasi sumberdaya alam masih tetap penjabaran dari paradigma tersebut di atas. Eksploitasi
sumberdaya alam yang hanya diarahkan untuk mendukuung pertumbuuhan ekonomi
tanpa memperhatikan secara keseimbangannya.
<![if !supportLists]>B.
<![endif]>Rumusan
Masalah
<![if !supportLists]>1. <![endif]>Apa
yang dimaksud dengan Land Clearing?
<![if !supportLists]>2. <![endif]>Bagaimana
tentang pengupasan Overburden?
<![if !supportLists]>3. <![endif]>Bagaimana
cara penambangan batubara?
<![if !supportLists]>4. <![endif]>Bagaimana
langkah pembuatan jalan hauling?
<![if !supportLists]>5. <![endif]>Jelaskan
mengenai hauling pit sampai stockpile!
<![if !supportLists]>6. <![endif]>Jelaskan
mengenai stockpile sampai stock rom!
<![if !supportLists]>7. <![endif]>Jelaskan
mengenai crusher sampai convrayer sampai kapal tongkang!
<![if !supportLists]>8. <![endif]>Bagaimana
cara pemasarannya?
<![if !supportLists]>C.
<![endif]>Tujuan
Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Remidial Eksploitasi di SMK Informatika Al-Ihya Banjarsari dan
untuk mengetahui lebih jauh mengenai tahapan eksploitasi batubara.
BAB
II
PEMBAHASAN
<![if !supportLists]>A.
<![endif]>LAND
CLEARING
Definisi
dari Land Clearing adalah kegiatan pembukaan dan pengolahan lahan sampai dengan
lahan tersebut siap ditanami.
Pembersihan
lahan ini dilaksanakan untuk memisahkan pepohonan dari tanah tempat pohon
tersebut tumbuh, sehingga nantinya tidak tercampur dengan tanah subsoilnya.
Pepohonan (tidak berbatang kayu keras) yang dipisahkan ini nantinya dapat
dimanfaatkan sebagai humus pada saat pelaksanaan reklamasi.
Kegiatan
pembersihan lahan ini baru dilaksanakan pada lahan yang benar-benar segera akan
ditambang. Sedangkan lahan yang belum segera ditambang wajib tetap
dipertahankan pepohonan yang tumbuh di lahan tersebut. Hal ini sebagai wujud
bahwa perusahaan tambang tetap memperhatikan aspek pengelolaan atau lindungan
lingkungan tambang.
<![if !supportLists]>B.
<![endif]>PENGUPASAN
OVERBURDEN
Pengertian
kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu
pemindahan suatu lapisan tanah atau batuan yang berada diatas cadangan
bahan galian, agar bahan galian tersebut menjadi tersingkap. Untuk mewujudkan
kondisi kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yang baik diperlukan alat
yang mendukung dan sistimatika pengupasan yang baik.
Bila
material tanah penutup merupakan material lunak (soft rock) maka tanah penutup
tersebut akan dilakukan penggalian bebas. Namun bila materialnya merupakan
material kuat, maka terlebih dahulu dilakukan pembongkaran dengan peledakan
(blasting) kemudian dilakukan kegiatan penggalian. Peledakan yang akan
dilakukan perlu dirancang sedemikian rupa hingga sesuai dengan produksi yang
diinginkan.
Adapun
pola teknis dari pengupasan lapisan tanah penutup yaitu :
<![if !supportLists]>1. <![endif]>Back
filling digging method
Pada
cara ini tanah penutup di buang ke tempat yang batugampingnya sudah digali.
Peralatan yang banyak digunakan adalah Power Shovel atau Dragline. Bila yang
digunakan hanya satu buah peralatan mekanis, Power Shovel atau Dragline saja
disebut Single Stripping Shovel / Dragline dan bila menggunakan lebih dari satu
buah Power Shovel atau Dragline disebut Tandem Stripping Shovel / Dragline.
Cara
Back Filling Digging Method cocok untuk tanah penutup yang bersifat :
<![if !supportLists]>a. <![endif]>tidak
diselangi oleh berlapis-lapis endapan bijih ( hanya ada satu lapis)
<![if !supportLists]>b. <![endif]>material
atau batuannya lunak.
<![if !supportLists]>c. <![endif]>letaknya
mendatar ( horizontal
<![if !supportLists]>2. <![endif]>Benching
System
Cara
pengupasan lapisan tanah penutup dengan sistem jenjang (Benching) ini pada
waktu pengupasan lapisan tanah penutup sekaligus sambil membuat jenjang. Sistem
ini cocok untuk :
<![if !supportLists]>·
<![endif]>tanah penutup yang
tebal.
<![if !supportLists]>·
<![endif]>bahan galian atau
lapisan batugamping yang juga tebal.
<![if !supportLists]>3. <![endif]>Multi
Bucket Exavator System
Pada
pengupasan cara ini tanah penutup dibuang ke tempat yang sudah digali
batugampingnya atau ke tempat pembuangan khusus . cara ini ialah dengan menggunakan Bucket Wheel
Exavator ( BWE), sistem ini cocok untuk tanah penutup yang materialnya lunak
dan tidak lengket.
<![if !supportLists]>4. <![endif]>Drag
Scraper System
Cara
ini biasanya langsung diikuti dengan pengambilan bahan galian setelah tanah
penutup dibuang, tetapi bisa juga tanah penutupnya dihabiskan terlabih dahulu,
kemudian baru bahan galiannnya ditambang. Sistem ini cocok untuk tanah penutup
yang materialnya lunak dan lepas ( loose
).
<![if !supportLists]>5. <![endif]>Cara
Konvensional
Cara ini
menggunakan kombinasi alat-alat
pemindahan tanah mekanis ( alat
gali, alat muat, dan alat angkut ) seperti kombinasi antara Bulldozer, Wheel
Loader dan Dump Truck.
Bila
material tanah penutup lunak bisa langsung dengan menggunakan alat gali muat,
sedangkan bila materialnya keras mungkin menggunakan Ripper atau pemboran dan
peledakan untuk pembongkaran tanah penutup, baru kemudian dimuat dengan alat
muat ke alat angkut, dan selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan dengan alat
angkut.
<![if !supportLists]>C.
<![endif]>PENAMBANGAN
BATU BARA
Batu
bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah
sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur
utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batu
bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang
kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
Analisis
unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan
C240H90O4NS untuk antrasit.
Untuk
melakukan penambangan batubara (coal getting) itu sendiri, terlebih dahulu
dilakukan kegiatan coal cleaning. Maksud dari kegiatan coal cleaning ini adalah
untuk membersihkan pengotor yang berasal dari permukaan batubara (face
batubara) yang berupa material sisa tanah penutup yang masih tertinggal
sedikit, serta pengotor lain yang berupa agen pengendapan (air permukaan, air
hujan, longsoran). Selanjutnya dilakukan kegiatan coal getting hingga pemuatan
ke alat angkutnya. Untuk lapisan batu bara yang keras, maka terlebih dahulu
dilakukan penggaruan.
Indonesia
merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara terbesar di dunia.
Salah satu daerah penghasil tambang terbesar di Indonesia adalah Kalimantan
Selatan. Pertumbuhan tambang di Kalimantan Selatan sendiri semakin pesat karena
semakin banyak lahan tambang baru yang ditemukan.
Namun
pertumbuhan yang pesat tidak diseimbangi dengan pengelolaan yang baik oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kurangnya sosialisasi tentang
pengelolaan tambang dengan baik, menyebabkan banyak dampak buruk yang
dihasilkan. Walaupun sekarang tidak terlalu terasa, namun beberapa tahun lagi
dampak pengelolaan tambang yang salah bisa mengganggu stabilitas ekosistem.
<![if !supportLists]>D.
<![endif]>PEMBUATAN
JALAN HAULING
Jalan
tambang atau sering juga disebut hauling road (jalan masuk ke area front
penambangan) dibuat guna untuk memperlancar kegiatan hauling dari front
penambangan ke stockyard atau stockfield ataupun ke waste dump. Pembuatan jalan
masuk tambang dipengaruhi oleh faktor peralatan. Dalam pembuatan jalan tambang
lebarnya ditentukan didasarkan oleh perhitungan (sumber : Pemindahan Tanah
Mekanis) :
L = n . Wt + (n+1)(1/2
. Wt)
Dimana
:
L
adalah Lebar jalan angkut minimum (m)
n
merupakan Jumlah jalur
Wt
adalah Total lebar alat angkut (m)
½ dimaksudkan
sebagai ukuran aman dari lebar kendaraan di tepi kiri dan
kanan. dan
W
= n (U + Fa + Fb + Z) C
C
= Z = ½ (U + Fa + Fb)
Dimana
:
W
Lebar jalan angkut pada tikungan (m)
n
Jumlah jalur
U
Jarak jejak roda kendaraan
Fa
Lebar juntai depan (m)
Fb
Lebar juntai belakang (m)
C
Jarak dua truck yang akan bersimpangan
(m)
Z
Jarak sisi luar truck ke tepi jalan (m)
Kemiringan
jalan masuk tambang dinyatakan dalam bentuk persen (%). Dalam pengertiannya,
kemiringan (α) 1 % berarti jalan tersebut naik atau turun 1 meter untuk
setiap jarak mendatar sebesar 100 meter.
<![if !supportLists]>E.
<![endif]>HAULING
PIT SAMPAI STOCK PILE
Setelah
batu bara tersebut dimuat dump truck
tersebut mengangkutnya menuju stockpile dan proses ini dinamakan
hauling.
Stockpile
management berfungsi
sebagai penyangga antara pengiriman dan proses, sebagai stock strategis
terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Stockpile
juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran batubara untuk
menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan.
Disamping
tujuan di atas di stockpile juga digunakan untuk mencampur batubara supaya
homogenisasi sesuai kebutuhan. Homogenisasi bertujuan untuk
menyiapkan produk dari satu tipe material dimana fluktuasi di dalam kualitas
batubara dan distribusi ukuran disamakan. Dalam proses homogensiasi ada dua
tipe yaitu blending dan mixing.
Blending bertujuan untuk memperoleh
produk akhir dari dua atau lebih tipe batubara yang lebih dikenal dengan
komposisi kimia dimana batubara akan terdistribusi secara merata dan tanpa ada
lagi tempat yang cukup besar untuk mengenali salah satu dari tipe batu bara tersebut
ketika proses pengambilan contoh dilakukan. Dalam proses blending batubara
harus tercampur secara merata atau distribusi merata. Sedangkan mixingmerupakan
salah satu dari tipe batubara yang tercampur masih dapat dilokasikan dalam
kuantitas kecil dari hasil campuran material dari dua atau lebih tipe batubara.
Proses penyimpanan, bisa dilakukan :
<![if !supportLists]>o
<![endif]>Didekat tambang, biasanya masih berupa lumpy coal
<![if !supportLists]>o
<![endif]>Di dekat pelabuhan
<![if !supportLists]>o
<![endif]>Dan di tempat pengguna batubara
Untuk
proses penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak terlalu lama, karena akan
berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya
lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan alam.
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam management stockpile adalah sebagai berikut :
Spontanous combustion
Pembakaran secara spontan adalah merupakan fenomena alami dan
juga disebut pembakaran sendiri ( self combustion ). Hal ini disebabkan
terjadinya reaksi zat organic dengan oxygen dari udara. Kecepatan reaksi
oksidasi sangat bervariasi antara suatu zat dengan zat lainnya.
Pembakaran akan terjadi apabila :
<![if !supportLists]>·
<![endif]>adanya bahan bakar ( fuel )
<![if !supportLists]>·
<![endif]>andanya oksidan ( udara / oxygen )
<![if !supportLists]>·
<![endif]>adanya panas ( heat )
Untuk mencegah terjadinya kebakaran harus meniadakan
sedikitnya satu dari komponen di atas.
Batubara sebagai zat organic yang mengandung gas methan,
mudah terbakar karena beroksidasi dengan oxygen dari udara. Spontanous
kebakaran ini dapat dikontrol apabila ditangani secara benar.
<![if !supportLists]>F.
<![endif]>STOCKPILE
SAMPAI STOCK ROM
Kontrol
Terhadap Kontaminasi & Housekeeping
Kontaminasi
merupakan sesuatu yang hal sangat tidak diinginkan dalam suatu proses produksi
batubara selain dapat mempenagaruhi kualitas batubara maupun performance
daripada miner / penambang tersebut. Kontaminasi dapat terjadi mulai dari tambang,
proses rehandling, di stockpile maupun di vessel. Hal ini dapat mengakibatkan
claim atau complain dari suatu buyer.
Kontaminasi
di daerah tambang, kontaminasi yang umum terbawa pada saat expose batubara
antara lain overburden yang berupa clay, tanah atau batuan lainnya. Hal ini
berakibat akan meningkatnya kandungan abu (ash content )
Kontaminasi
proses rehandling, terjadi saat proses pengangkutan batubara. Kontaminasi ini
biasa berupa :
<![if !supportLists]>§ <![endif]>Terdapatnya
sparepart kendaraat berat / potongan logam
<![if !supportLists]>§ <![endif]>Kawat,
besi, kayu, plastik, kaleng minuman, karet ban, dll
<![if !supportLists]>§ <![endif]>Kontaminasi
di daerah stockpile. Stockpile yang kurang bagus dapat menyebabkan suatu
kontaminasi terhadap batubara itu sendiri terutama dari basement / dasar dari
stockpile akibat manuver-manuver dari suatu dozer / traktor sehingga akan
terangkat dasar stockpile yang berupa tanah, lempung atau batu splite.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan guna menghindari kontaminasi dari stockpile antara lain
:
Supervisi
yang ketat semua aktivitas area stockpile
Pelaksanaan
housekeeping
Perawatan
rutin peralatanyang digunakan, meliputi perawatan terhadap alat-alat plant
maupun terhadap alat berat yang digunakan di area stockpile.
Metal
detector, berfungsi untuk mencegah kontaminasi metal masuk ke stockpile maupun
maupun batubara yang akan dikeluarkan dari stockpile.
Kontrol
Aspek Kuality & Kuantity
Kontrol
aspek kuality batubara di stockpile yang perlu dilakukan berupa :
<![if !supportLists]>§ <![endif]>penentuan
/ analisa kualitas batubara produksi yang ada di stockpile, kemudian melakukan
pengaturan stock sesuai type batubara produksi di stockpile.
<![if !supportLists]>§ <![endif]>Usaha
mininimize resiko degradasi batubara ( pengaturan lama stocking, aktitivitas
alat berat distockpile, reclaime pit, dll )
<![if !supportLists]>§ <![endif]>Pengaturan
blending ratio batubara.
<![if !supportLists]>§ <![endif]>Control
dan monitoring semua faktor yang berdampak terhadap perubahan yang significan
terhadap nilai kualitas batubara selama di stockpile.
Sedangkan
terhadap aspek kuantity perlu dilakukan sistem recording yang akurat terhadap
inventory batubara dan pergerakan stock batubara ( coal movement ) .
Untuk
proses stocking batubara envirocoal diantaranya meliputi :
<![if !supportLists]>1. <![endif]>Stocking
di ROM tambang
ROM ( Run of Mine )
tambang digunakan tempat rehandling batubara dari pit, untuk selanjutnya
diangkut menggunakan truck hauling ke fasilitas coal crushing.
<![if !supportLists]>2. <![endif]>Stocking
di ROM Produksi Kelanis
ROM produksi digunakan
sebagai stock cadangan untuk menjaga kontinuitas proses produksi ( crushing )
dan mengantisipasi adanya gangguan proses hauling batubara dari tambang. Ada 2
ROM stockpile yang digunakan :
<![if !supportLists]>o
<![endif]>ROM 1, digunakan untuk
mejaga stabilitas suplay batubara untuk proses produksi ( crusher ) pada rate
maksimum.
<![if !supportLists]>o
<![endif]>ROM 2, digunakan
sebagai dead stockpile dan mengantisipasi problem proses hauling dari tambang.
<![if !supportLists]>G.
<![endif]>CRUSHER
SAMPAI CONVEYER SAMPAI KAPAL TONGKANG
Crusher
merupakan mesin yang dirancang untuk mengurangi besar batu ke batu yang lebih
kecil seperti kerikil atau debu batu. Crusher dapat digunakan untuk mengurangi
ukuran atau mengubah bentuk bahan tambang sehingga dapat diolah lebih lanjut.
Cruseher merupakan alat yang digunakan dalam proses crushing, Crushing
merupakan proses yang bertujuan untuk meliberasi mineral yang diinginkan dari
mineral pengotornya. Crushing biasanya dilakukan dengan proses kering, dan
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu Prymary crushing, secondary crushing, dan fine
crushing.
Prymari crushing
merupakan Merupakan peremukan tahap pertama, alat peremuk yang biasanya
digunakan pada tahap ini adalah Jaw Crusher dan Gyratory Crusher. Umpan yang
digunakan biasanya berasal dari hasil penambangan dengan ukuran berkisar 1500
mm, dengan ukuran setting antara 30 mm sampai 100 mm. Ukuran terbesar dari
produk peremukan tahap pertama biasanya kurang dari 200 mm.
Secondary Cruher
merupakan peremukan tahap kedua, alat peremuk yang digunakan adalah Jaw Crusher
ukuran kecil, Gyratory Crusher ukuran kecil, Cone Crusher, Hammer Mill dan
Rolls. Umpan yang digunakan berkisar 150 mm, dengan ukuran antara 12,5 mm
sampai 25,4 mm. Produk terbesar yang dihasilkan adalah 75 m.
Fine crushing
merupakan peremukan tahap lanjut dari secondary crushing, alat yang digunakan
adalah Rolls, Dry Ball Mills, Disc Mills dan Ring Mills. Umpan yang biasanya
digunakan kurang dari 25,4 mm.untuk memperkecil material hasil penambangan yang
umumnya masih berukuran bongkah digunakan alat peremuk. Material hasil dari
peremukan kemudian dilakukan pengayakan atau screening yang akan menghasilkan
dua macam produk yaitu produk yang lolos ayakan yang disebut undersize yang
merupakan produk yang akan diolah lebih lanjut atau sebagai produk akhir, dan
material yang tidak lolos ayakan yang disebut oversize yang merupakan produk
yang harus dilakukan peremukan lagi.
Pada makalah ini
akan dijelaskan masing-masing jenis crusher yang ada pada tiga tahap tersebut,
khususnya yang akan dibahas adalah Jaw Crusher, Cone Crusher, dan Roll Crusher.
Dan akan sedikit menggunakan batubara sebagai umpan disetiap prinsip crusher
tersebut.
Conveyor adalah
suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi memindahkan barang dari satu tempat
ke tempat yang lain. Conveyor banyak dipakai di industri untuk transportasi
barang yang jumlahnya sangat banyak dan berkelanjutan.
Dalam kondisi tertentu, conveyor
banyak dipakai karena mempunyai nilai ekonomis dibanding transportasi berat
seperti truk dan mobil pengangkut. Conveyor dapat memobilisasi barang dalam
jumlah banyak dan kontinyu dari satu tempat ke tempat lain. Perpindahan tempat
tersebut harus mempunyai lokasi yang tetap agar sistem conveyor mempunyai nilai
ekonomis. Kelemahan sistem ini adalah tidak empunyai fleksibilitas saat lokasi
barang yang dimobilisasi tidak tetap dan jumlah barang yang masuk tidak
kontinyu.
Conveyor
mempunyai berbagai jenis yang disesuaikan dengan karakteristik barang yang
diangkut. Jenis-jenis conveyor tersebut antara lain Apron, Flight, Pivot,
Overhead, Loadpropelling, Car, Bucket, Screw, Roller, Vibrating, Pneumatic, dan
Hydraulic. Disini akan dibahas satu jenis conveyor yaitu Roller Conveyor.
Di Indonesia tambang batubara paling banyak berada di Kalimantan,
sekalipun di pulau besar yang lain juga ada tambang batubara, seperti Sumatra
misalnya, namun tetap Kalimantan adalah tempat yang paling banyak terdapat
industri pertambangan batubara. Dengan demikian sudah pasti Kalimantan adalah
daerah yang paling banyak menggunakan jasa penyewaan tongkang batubara.
Memang
kapal tongkang bukan hanya untuk memuat hasil tambang, seperti batubara ini
misalnya. Ada juga banyak yang digunakan untuk memuat kargo atau peti kemas.
Ruten jalan untuk tongkang-tongkang tersebut juga berbeda-beda, ada yang hanya
sekitar dalam negeri saja, namun ada juga tongkang yang digunakan untuk
mengangkut barang ke luar negeri.
<![if !supportLists]>H.
<![endif]>PEMASARAN
Strategi
pemasaran sangat sederhana dan mudah. Kami akan memasarkan dan menjual batubara
ke calon pembeli yang akan diuntungkan dari daya saing kami dalam hal “DEUs”
atau yang disebut Delivered Energy Units.
Batubara
memiliki tiga komponen yang melekat yang mempengaruhi biaya. Pertama, nilai kalori
yang terkandung di semua batubara termal. Kedua, besarnya biaya ditanggung oleh
produsen untuk membawa batu bara dari tambang ke pelabuhan terdekat. Dan
ketiga, biaya angkutan yang dibutuhkan untuk mengirimkan batubara dari
pelabuhan ke tempat pelanggan atau pengguna akhir.
Dengan
mempertimbangkan ketiga komponen tersebut, cara yang baik untuk membandingkan
daya saing satu kapal batubara dengan yang lain adalah dengan mengukur
Delivered Energy Unit (DEU) dari bara masing-masing. Semakin tinggi DEU, maka
semakin baik manfaat yang diterima para konsumen batubara yang dilayani.
Kami
membuat perhitungan yang teliti dari pertimbangan ini, dan bertujuan untuk
pasar yang akan menghasilkan nilai tambah tertinggi bagi pelanggannya. Dengan
cara ini, kami telah berhasil memasuki pasar potensial dan para pembeli
mendapatkan keuntungan dari sudut pandang strategis lokasi tambang kami,
terutama di ujung Barat Laut Sumatera..
Posisi
strategis semacam itu dapat dengan mudah melayani permintaan ekspor dan pasar
domestik. Di pasar domestik, kami dapat bersaing secara kompetitif dengan
mengapalkan batubara ke seluruh Sumatera, Jawa dan Kepulauan Indonesia Timur.
Selain
keuntungan tersebut, kita juga harus memperhatikan perlunya untuk sesuai dengan
persyaratan pelestarian lingkungan dan ekologi yang telah menjadi semakin
penting untuk setiap suksesnya pemasaran global. Oleh karena itu, kami selalu
berusaha untuk memenuhi dan mengikuti “Internasional Good Mining Practice”
serta standar industri lainnya yang relevan - dan telah membuat upaya ini
sebagai bagian integral dari pemasaran serta kemasan produk kami. Hal ini
terlihat antara lain dari batubara bermerek TIA, dengan merek dagang Batubara
Compliant TIA.
Kami
percaya, bahwa kepedulian kami terhadap lingkungan melampaui sasaran pemasaran
belaka, dan secara mendasar tertanam dalam budaya perusahaan kami sebaik dengan
insiatif yang berkesinambungan.
BAB
III
PENUTUP
<![if !supportLists]>A.
<![endif]>KESIMPULAN
Batu
bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya
adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.
Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen danoksigen.
Penambangan
batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu bara digunakan sebagai
bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk pembuatan
baja.
Eksploitasi
adalah usaha penambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan
memanfaatkannya. Adapun tahapan dari eksploitasi tersebut yaitu dari mulai Land
Clearing, pengupasan Overburden, penambangan batubara, pembuatan jalan hauling,
hauling pit sampai stockpile, stockpile sampai stock rom, crusher sampai
convrayer sampai kapal tongkan, dan yang terakhir adalah pemasarannya.
<![if !supportLists]>B.
<![endif]>SARAN
Penambangan
batubara juga dapat menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan jika cara
penambangannya tidak sesuai dengan aturan. Maka dari itu penambang terutama
perusahaan-perusahaan harus menggunakan
teknologi yang ramah lingkungan sehingga dapat meminimalkan dampak lingkungan
dan resiko kecelakaan. Diharap dengan penambang yang bertanggung jawab terhadap
reklamasi lahan bekas penambangan, sehingga pada akhirnya tidak mengganggu
keseimbangan lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://sawitkita.blogspot.com/2009/04/defenisi-dari-land-clearing-adalah.html
http://tempatbelajarbersama.blogspot.com/2009/05/stockpile-management.html
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah
SWT, karena dengan rahmat dan karuniaNya, penyusun masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini .
Makalah ini berjudul “TAHAPAN EKSPLOITASI” yang bisa dipelajari isinya oleh para
pembaca agar pembaca dapat memperluas
ilmu tentang apa dan bagaimana Tahapan Eksploitasi batubara itu, mulai dari
Land Clearing sampai pemasarannya. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna
tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih
kepada teman-teman dan rekan-rekan serta semua pihak yang telah memberikan
petunjuk dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini mungkin masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang dapat membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini
dapat bermanfaat ksususnya bagi penyusun dan umumnya bagi para pembaca dan
teman-teman. Amin.
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
<![if !supportLists]>A. <![endif]> Latar Belakang .................................................................................. 1
<![if !supportLists]>B. <![endif]> Rumusan Masalah .............................................................................. 1
<![if !supportLists]>C. <![endif]> Tujuan Penulisan ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2
<![if !supportLists]>A.
<![endif]>Land Clearing .................................................................................... 2
<![if !supportLists]>B.
<![endif]>Pengupasan Overburden ................................................................... 2
<![if !supportLists]>C.
<![endif]>Penambangan Batu Bara ................................................................... 4
<![if !supportLists]>D.
<![endif]>Pembuatan Jalan Hauling
.................................................................. 6
<![if !supportLists]>E.
<![endif]>Hauling Pit sampai
Stockpile ............................................................ 7
<![if !supportLists]>F.
<![endif]>Stockpile sampai Stock
Rom ............................................................. 10
<![if !supportLists]>G.
<![endif]>Crusher sampai Conveyer
sampai Kapal Tongkang .......................... 12
<![if !supportLists]>H.
<![endif]>Pemasaran .......................................................................................... 14
BAB III PENUTUP .................................................................. 16
<![if !supportLists]>A. <![endif]>Kesimpulan ..................................................................... 16
<![if !supportLists]>B.
<![endif]>Saran .............................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 17
Comments
Post a Comment