MAKALAH KARYAWISATA KE YOGYAKARTA (CANDI BOROBUDUR)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sejarah merupakan salah satu hal yang tidak
dapat dipisahkan oleh manusia, karena melalui sejarahlah kita dapat
mengembangkan ilmu yang belum kita ketahui sebelumnya. Manusia menjadikan
sejarah sebagai cermin atau acuan hidup untuk bisa hidup lebih baik
lagi.Seperti yang kita ketahui indonesia adalah salah stau negara yang memiliki
sejarah yang panjang mulai dari buday, agama, wilayah, tempat-tempat, bahkan
penjajahan.semua itu adalah sejarah yang tidak bisa dipisahkan dari kita
semua.Perlu kita ketahui ada riwayat mengatakan bahwa orang yang ilmunya tinggi
adalah orang yang mencintai dan mau mengetahui sejarah negaranya sendiri.
Terlepas dari itu, bentuk mencintai atau
mempelajari sejarah bisa kiata tuangkan dalam bebagai macam cara diantaranya
adalah dengan cara melakukan praktik lapangan terhadap objek-objek yang
dianggap memiliki nilai sejarah.Di indonesia khususnya di pulau jawa banyak
sekali kota-kota yang banyak menyimpan sejarah diantaranya adalah kota
jogyakarta,DIY.
Yogyakarta adalah salah satu kota yang
dianggap istimewa karena kota ini
memiliki peran penting dalam pemerintahan indonesia pada masa penjajahan.selain
itu kota ini memiliki objek-objek study lapangan.
Proses belajar bagi siswa tidak
hanya di lakukan di dalam kelas tapi dapat juga di luar kelas. Apa lagi
perkembangan zaman dari waktu kewaktu berubah. Sebagai pelaksanaan proses
belajar menuangkan salah satu program study lapangan ke Yogyakarta di SMP Negeri 1 Banjarsari agar siswa siswi
mengetahui tempat-tempat bersejarah dan bermanfaat terutama dalam menambah
wawasan dan pengetahuan.
Dari dasar itulah kami menyusun salah satu
laporan study tour ke Yogyakarta dengan dasar Ilmu yang telah kita dapat dari
sanalah yang harus kita kembangkan dan harus kita sampaikan kepada semuanya
yang belum mengetahui lebih dalam karena dengan berbagi dengan yang lainlah
suatu ilmu yang kita dapat akan berguna.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana
sejarah Candi Borobudur?
2.
Bagaiman
sejarah Musium Biologi?
3.
Bagaiman
sejarah Museum Dirgantara?
4.
Bagaimana
Sejarah Pusat Oleh-oleh Java?
5.
Bagaiman
sejarah Sejarah Malioboro?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan
penyusunan laporan dan makalah study tour ke Yogyakarta ini adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai
salah satu tugas Bahasa Indonesia yang harus dikerjakan karena telah
melaksanakan study lapangan.
2. Sebagai
satu tugas program sekolah yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
3. Sebagai
salah satu buku atau bahan acuan bagi para pembaca.
4. Melatih
siswa untuk memiliki daya pikir yang luas dan bekembang
5. Menggali
sejarah atau ilmu yang belum kita ketahui sebelumnya.
6. Mencoba
mengembangkan argument dan pendapat kita dalam bentuk nyata atau tulisan.
7. Memberikan
salah satu gambaran yang kongkrit mengenai pengalam kita melaksanakan study tour
ke Yogyakarta.
8. Mengetahui
sejarah dan budaya Indonesia secara mendalam.
9. Melatih
daya pikir kita dalam menyusun suatu makalah sendiri.
1.4. Manfaat
Segala sesuatu yang bersifat positif yang
kita pelajari pastilah mempunyai manfaat, bahkan ada pendapat mengatakan bahwa
mengerjakan sesuatu tanpa ada manfaatnya merupakan kegiatan yang hanya akan
membuat kita sia-sia dan membuang-buang waktu maka dari itu dalam penyusunan makalah
memiliki manfaat yaitu : “sebagai salah satu media untuk mengembangkan argumentasi, imaginasi, dan
pendapat kita agar bisa memiliki daya pikir yang luas dan berkembang.
1.5. Metode Penulisan
1.
Metode
observasi yaitu metode motode dengan cara melalkukan pengamatan langsung.
2.
Metode
wawancara yaitu metode dengan cara melakukan wawancara secara langsung tentang
objek wisata tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Candi Borobudur
2.1.1.
Letak
Geografis
Candi
Borobudur terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Propinsi Jawa
Tengah. Candi ini dari kota Magelang terletak di sebelah selatan ± 15 km dalam
jarak lurus. Dataran kedu yang berbukit, hampir seluruhnya dilingkari
pegunungan. Gunung yangmelingkari Candi Borobudur antara lain : Sebelah timur
terdapat gunung merbabu dan gunung merapi, sebelah barat laut gunung sumbing
dan gunung sindoro, dari keempat gunungtersebut hanya gunung merapi yang masih
aktif sebagai gunung berapi. Di sebelah utara terdapat gunung todar, walapun
tidak sebesar gunung tersebut di atas namun gunung ini terkenal dengan sebutan
“pakuning tanah jowo”.
Sedang
sebelah selatan terdapat pegunungan menoreh, bila dilihat dari Candi Borobudur,
puncak-puncak yang menjulang tinggi, nampak serupa dengan seseorang yang sedang
tidur terlentang membujur dari timur ke barat. Lekukan-lekukan pegunungan itu
seolah menggambarkan kepala lengkap dengan hidung, bibir dan dagu juga bagian
perut sampai kaki. Karena keadaan seperti itulah maka cerita rakyat berkembang
bahwa yang sedang terlentang tidur itu adalah Gunadharma, yaitu ahli bangunan
yang menurut kepercayaan telah berhasil menciptakan candi Borobudur dan
menjaganya sambil mengawasi ciptaannya dari masa ke masa.
2.1.2.
Sejarah
Berdirinya
Candi Borobudur Banyak sudah buu-buku
yang menuliskan tentang candi borobudur akan tetapi kapan candi borobudur
didirikan tidaklah dapat diketahui dengan pasti. Namun demikian suatu perkiraan
dapat diperoleh dengan tulisan-tulisan singkat yang dipahatkan di atas
pigura-piguran relief kaki asli candi borobudur (karmawibhangga) menunjukkan
huruf yang sejenisdengan yang didapatkan pada prasasti-prasasti dari akhir abad
ke-8 sampai awal abad ke-9. Dari bukti-bukti tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa candi borobudur dibuat atau didirikan sekitar tahun 800 masehi.
Kesimpulan tersebut di atas ternyata
sesuai dengan kerangka sejarahIndonesia pada umumny dan juga sejarah yang
berada di daerah Jawa Tengah pada khususnya. Periode antara abad ke-8 dan
pertengahan abad ke-9 terkenal sebagai “abad emas wangsa Syailendra”. Kejayaan
ini ditandai dengan dibangunnya sejumlah besar candi-candiyang menggambarkan
adanya semangat membangun yang luar biasa.Candi-candi yang berada di lereng
gunung kebanyakan berciri khas bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di
dataran-dataran adalah khas bangunan budha, tetapi ada juga sebagian khas
hindu.
Candi
Borobudur dibangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena
usahanya untuk menjunjung tinggi dan mengagungkan agama budha mahayana.
2.1.3.
Keadaan
Umum
a) Uraian
bangunan candi
Candi borobudur
dibuat atau dibangun menggunakan batu andesit sebanyak 55.000 m3, candi
Borobudur berbentuk limas yang berundak-undak dengan tanda naik pada keempat
sisinya. Pada candi borobudur tidak ada ruangan di mana orang bisa masuk
melainkan hanya bisa naik sampai
terasnya. Lebar bangunan candi bobudur adalah 123 meter, panjang bangunan candi
borobudur adalah 123 meter, pada sudut yang membelok 113 meter, tinggi bangunan
candi 34,5 meter. Pada kaki candi ditutup dengan batu sebanyak 12.750 m3 sebagai
selasar dan undaknya. Candi borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam
semesta, yang terbagi dalam tiga bagian
besar yaitu kamadhatu, rupadhatu, danarupadhatu.
b) Patung
budha
Patung budha di candi
borobudur berjumlah 504 buah, yakni patung budha yang berada pada relung-relung
sebanyak 432 buah dan padateras I, II, III berjumlah sebanyak 72 buah.
c) Patung
singa
Pada candi borobudur
selain patung budha juga terdapat patungsinga, jumlah patung singa seharusnya
tidak kurang dari 32 patungakan tetapi bila dihitung sekarang mungkin jumlahnya
kurang dariyang seharusnya ada karena berbagai sebab. Satu-satunya patungsinga
besar berada pada halaman sisi barat yang juga menghadap ke barat, seolah-olah
sedang menjaga bangunan candi yang megah dan anggun.
d) Stupa
·
Stupa induk Stupa induk
berukuran lebih besar dari stupa-stupa lainnya dan terletak di tengah-tengan
(paling atas) yang merupakan mahkota dari seluruh monumen bangunan candi
borobudur. Garis tenga stupa induk ± 9,90 meter.
·
Stupa berlubang atau
terawang Stupa berlubang atau terawang adalah stupa yang terdapat padateras I,
II, dan III di mana di dalamnya terdapat patung budha. Dicandi borobudur
seluruh stupa berlubang jumlahnya 72 buah.
·
Stupa kecilStupa kecil
bentuknya hampir sama dengan stupa yang lainnya,hanya saja perbedaannya yang
menonjol adalah dalam ukurannya yang memang lebih kecil dari stupa yang
lainnya. Stupa ini seolah menjadi hiasan dari seluruh bangunan candi.Keberadaan
stupa ini menempati puncak dari relung-relung pada langkan II sampai langkan V,
sedangkan pada langkan I sebagian berupa keben dan sebagian berupa stupa kecil.
Jumlah stupa kecil sebanyak 1472 buah.
e) Relief
Jumlah relief di
candi borobudur berjumlah 1.460 pigura. Relief
pada dinding yang menghadap ke luar harus dibaca atau dilihat dari kanan
ke kiri, sedangkan relief pada langkan yaitu yang menghadap ke dalam harus
dibaca dari kiri kekanan. Hal demikian disebabkan oleh karena harus menelusuri
lorong-lorong pada candi borobudur menurut pradaksina yaitu berjalan mengitari
bangunan candi borobudur menurut searah jarum jam dan membuat posisi agar bangunan dan stupa maupun dinding-dinding
temboknya berada disebelah kanan .
2.2. Kraton Kesultanan Yogyakarta
Lebih dari 200 tahun yang lalu, tempat dimana
kraton sekarang berada merupakan daerah rawa yang dikenal dengan nama Umbul
Pacethokan, yang kemudian dibangun jadi pesanggarahan yang bernama Ayodya. Kraton
Yogyakarta menghadap ke arah Utara, pada arah poros Selatan antara Gunung
Merapi dan Laut Selatan. Dalam balairung kraton, dapat disaksikan adegan pisowanan
(persidangan) agung, di mana Sri Sultan duduk di singgasana di hadap para
pemangku jabatan istana.
Regol Donopratopo yang menghubungkan halaman
Sri Manganti dengan halaman inti Kraton, dijaga oleh patung Drawapala dan
Gupala, yang diberi nama Cingkarabala dan Balaupata, yang melambangkan
kepribadian baik dari manusia, yang selalu menggemakan suara hati-nya, agar
selalu berbuat baik dan melarang perbuatan yang jahat.
Di dalam halaman inti Kraton, antara lain
dapat dilihat bangunan tempat tinggal Sri Sultan sehari-hari, tempat Sri Sultan
menerima tamu kehormatan, tempat untuk berpesta, tempat para tamu beristirahat atau merapikan
pakaian,dan gedung-gedung serta bangunan yang lain. Di tempat ini juga terdapat
Kaputren, atau tempat tinggal putri-putri Sultan yang belum menikah. Tempatyang
terakhir ini terlarang bagi kunjungan wisatawan. Selama berkunjung di
lingkungan Kraton ini, para wisatawan dapat menyaksikan kemegahan dan keagungan
Kesultanan yogyakarta sebagi sumber kebudayaan di daerah Jawa, sekaligus
sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Yogyakarta.
2.2.1.
Letak
Geografis
Kompleks
Kraton Yogyakarta terletak di tengah-tengah, tetapi daerah Kraton membentang
antara Sungai Code dan Sungai Wianga, dari arah Utara keSelatan, dari tugu ke
karapyak. Nama kampong-kampung jelas memberi bukti kepada kita bahwa ada
hubungannya antara penduduk kampung itu dengan tugasnya di Kraton pada zaman
dulu. Misalnya, tempat tinggal gandek-gandek (Kocrier) dari Sri Sultan,
Wirobrajan tempat tinggal prajurit-prajurit Wirobraja, Pasidenan tempat tinggal
Pasiden (penyanyi) Kraton.
Daerah
Kraton terletak di hutan Garjitawati, dekat desa beringin dan desa pacetokan
karena daerah ini dianggap kurang memadai untuk membangun sebuah Kraton dengan
bentengnya, maka aliran sungai Code dibelokan sedikit ke Timur dan aliran
sungai Wianga sedikit ke Barat. Sebuah pantun mijil menggambarkan letak
geografis Kraton Yogyakarta secara populer seperti di bawah ini : Kalinangan
pancingkok king putrid Gunung gamping kulon Hardi marapi terwetan prenahe Candi
jenggrang mengung kanging kaliPalered magiri Girilaya kidul Artinya : Sungai
Wianga membelok (ke kanan) waktu mendekat Kraton (puri),Gunung gamping terletak
disebelah Barat sedangkan gunung merapi letaknya disebelah Timur.
Candi
jonggrang dibangun terlalu dekat dipinggir kali (opak), palered (ibu negeri
mataram dahulu), magiri (tempat makam raja-raja mataram) dan Giri jaya (gunung
kidul) terletak disebelah Selatan (Kraton) Kaputren, atau tempat tinggal
putri-putri Sultan yang belum menikah. Tempat yang terakhir ini terlarang bagi
kunjungan wisatawan.Selama berkunjung di lingkungan Kraton ini, para wisatawan
dapat menyaksikan kemegahan dan keagungan Kesultanan yogyakarta sebagi sumber
kebudayaan di daerah Jawa, sekaligus sebagai pusat pemerintahan
KesultananYogyakarta.
2.2.2.
Sejarah
Berdirinya
Kraton
Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 atau tahun jawa 1682, diperingati dengan
sebuah Condrosengkolo memet dipintu gerbang melati, berupa dua ekor naga
berlilitan satu sama lainnya. Dalam bahasa jawa: “Dwi Naga Rasa Tunggal”
artinya: Dwi=2, naga=8, Rasa=6, tunggal=1, dibaca dari belakang 1682. warna
naga hijau. Hijau adalah simbol dari pengharapan.
Disebelah
luar dari pintu gerbang itu, diatas tebing tembok kanan kiri ada hiasan juga
terdiri dari dua ekor naga bersiap-siap untuk mempertahankan diri. Luas Kraton
Yogyakarta adalah 14.000 m2, di dalamnya terdapat banyak bangunan-bangunan, halaman-halaman dan
lapangan-lapangan. Kita mulai dari halaman karaton ke Utara :
Kedaton/prabayeksa, Bangsal kencana, Regoldana pratapa (pintu gerbang), Sri
Manganti, Regol Sri manganti (pintu gerbang), Bangsal poncowati (dengan halaman
kemandungan), Regol brajanala (pintu gerbang), Siti Inggil, Tarub Agung,
Pagelaran (ada 64 tiang), Alun-alun utara (dihias dengan pohon beringin 62
batang), Pasar (beringharja), Kepatihan, Tugu Angka 64 itu menggambarkan usia
Nabi Muhammad 64 tahun (jawa) atau 62 tahun Masehi. Kita mulai dari halaman
karaton pergi ke Selatan maka kita lihat : Jika kita dari krat Regol kemagangan
(pintu gerbang), Bangsal kemagangan, Regol gandung melati (pintu gerbang),
Bangsa kemandungan, Regol kemandungan (pintu gerbang), Siti Inggil, Alun-alun
selatan, Krapyak. Ditengah-tengah halaman kemadung Kidul berdirilah sebuah
bangsal, namanya bangsal kemadungan. Bangsal ini bekas pesanggrahan Sri Sultan Hamengku
Buwono I di desa pandak karang nangka waktu perang Giyanti (1746-1755) Krapyak
ialah sebuah podium tinggi dari batu bata untuk Sri Sultan, kalau baginda
sehingga memperhatikan tentara atau kerabatnya memperlihatkan ketangkasannya mengepung,
memburu atau mengejar rusa. Kompleks Kratonitu dikelilingi oleh sebuah tembok
lebar, benteng namanya. Panjangnya 1 km, berbentuk empat persegi. Tingginya 3,5
meter, lebarnya 3-4 meter. Di beberapa tempat di benteng itu ada gang atau
jalan untuk menyimpan senjata dan amunisi, ke empat sudutnya terdapat empat
bastion-bastion dengan lobang-lobang kecil di dindingnya untuk mengintai musuh.
Tiga dari bastion-bastion itusekarang masih dapat di lihat. Benteng itu
disebelah luar di kelilingi oleh parit
lebar dan dalam. Lima buah pangkung atau pintu gerbang dalam
bentengmenghubungkan kompleks Kraton dengan dunia luar. Plengkung-plengkung itu
adalah :
a. Plengkung
taruna sura atau plengkung wijalan disebelah timur laut.
b. Plengkung
jogo suro atau plengkung ngasem di sebelah barat daya.
c. Plengkung
jogo boyo atau plengkung taman sari disebelah barat.
d. Plengkung
nirboyo atau plengkung gading disebelah selatan.
e. Plengkung
tambak boyo atau plengkung gondomanan disebelahtimur.
Di
muka setiap plengkung ada jembatannya yang menghubungkan daerah-daerah Kraton
dengan daerah luar. Kalau ada bahaya, maka jembatannya itu dapat ditarik ke
atas, menutup jalan masuk ke daerah dalam benteng.
Sementara
itu pintu plengkungan di tutup rapat. Plengkung-plengkung itu di tutup pada jam
18.00 WIB malam, di buka pada jam 05.00 WIB dengan tanda bunyi gendering dan
terompet dari prajuri- prajurit di kemagangan. Plengkung tambak boyo ini dahulu
tertutup, tetapi pada tahun 1923 dibuka kembali oleh Sri Sultan Hamengku Buwono
VIII. Hanya 2 dari 5 plengkung ini yang masih mempunyai bentuk asli. Lainnya
sudah berubah sama sekali bentuknya. Tanduk kepada zaman modern, kedua
plengkung itu adalah plengkung nirboyo (gading) dan plengkung taruna sura
(wijilan).
2.2.3.
Keadaan
Umum
Bahwa
Kraton Yogyakarta mempunyai arsitektur sedemikian rupa.b Membujur begitu
panjang, jumlah jalan keluar masuk ada 9 buah, 5 buah jalan yang bertemu di
alun-alun selatan, kalau ada pohon yang mati di ganti dengan pohon yang semacam
itu juga, menunjukkan kepada kita bahwa segala sesuatu di dalamnya mengandung
arti dan maksud tujuan tertentu.
Disana
terdapat Krapyak. Krapyak adalah sebuah tempat tinggi (podium) untuk melihat
pemburuan rusa. Didekatnya terletak kampung wijen (wiji). Jalan besar membujur
lurus ke utara. Sepanjang jalan di tanami pohon asam dan tanjung. Masuk melalui
plengkung gading ke daerah kompleks Kraton yang sesungguhnya. Di pinggar
alun-alun selatan. Kita lihat dua batang pohon beringin, diberi nama “wok”
keliling alun-alun ditanami pohon-pohon pakel dankuweni.Alun-alun diberi pagar
tembok kelilingnya, terletak dalam kompleks dalam Kraton.
Terlihat
agak jauh plengkung nirboyo (gading), beringin bernama “wok” sedikit kelihatan.
Kedua beringin di tangah bersama supiturang. Pagernya mempinyai “design” busur
atau sifat pemuda-pemudi.
Disebelah
utara alun-alun terdapat sebuah trateg, sebuah tempat teduh, betapa
anyaman-anyaman bambu dari kanan kirinya di tanami pohon-pohong ayam. Kanan
kirinya siti hinggal ada 2 buah jalan yang bertemu satu sama lainnya di regol
kemandungan. Sebelah uatara siti hinggal, jalan ini disebut“pamengkang”. Di
siti hinggal ini dahulu terdapat sebuah bangunan berbentuk pendopo, ditengah-tengah ada selogilangnya,
tempat duduk Sri Sultan. Halaman siti Hinggal ditanami pohon “soka” dan pohon
“palem cempora”. Bunga pohon- pohon ini rupanya bagus sekali, berambut halus,
berkumpul dalam satu tangkai bunga. Rupanya merah dan putih. Jika Sri Sultan
duduk diatas selogilangtengah-tengah pendopo Siti Hinggalini, baginda selalu
dihadap krabat Kratondan abadi-abadi dalam lainnya, pri wanita, banyak sekali,
kanan kirinya Siti hinggal ada kamar mandinya.
Kemudian
kita sampai di halaman kemandungan melalui regol kemendungan. Halaman ini
ditanami dengan pohon-pohon kepel cengkir gading dan palem. Dua buah jalan ke
kanan dan ke kiri menghubungkan halaman ini dengan dunia luar.Jika kita
melanjutkan perjalanan kita ke utara, maka kita melalui regol kerabat menuju
“dapur Kraton” gebulen dan jalan lain ke timur, ke “dapur Kraton” sekullanggen.
Kami masuk regol kemagangan dan sampailah kita ke pelataran Kraton. Sampai
disini, berhentilah kita dahulu untuk kembali lagi ke selatan, menyelidiki arti
batiniah bagian itu
2.3. Musium Biologi
2.3.1.
Letak
Geografis
Museum
Biologi dirintis sejak terbentuknya Museum Zooligicum pada tahun 1964, yang
menempati salah satu ruang di Sekip, Sleman, DIY, di dalam Kampus UGM, yang
dipimpin oleh Prof. drg. R.G. Indrojono dan koleksi herbarium yang menempati
sebagian gedung di Jalan Sultan Agung 22 Yogyakarta, yang dipimpin oleh Prof.
Ir. Moeso Suryowinoto. Pengelolaan keduanya ditangani oleh Fakultas Biologi,
yang pada waktu itu bertempat di nDalem Mangkubumen, Ngasem, Yogyakarta, yang
lebih dikenal dengan nama fakultas-fakultas "Kompleks Ngasem".
Koleksi hewan dan tumbuhan pada waktu itu berasal dari Seksi Zoologi dan
Anatomi Fakultas Kedokteran UGM, dan Seksi Botani Fakultas Pertanian UGM.
Atas
prakarsa Dekan Fakultas Biologi, yang pada waktu itu dijabat oleh Ir. Soerjo
Sodo Adisewoyo, pada tanggal 20 September 1969, yaitu pada penringatan Dies
Natalis Fakultas Biologi, Museum Biologi diresmikan. Museum tersebut merupakan
penggabungan dari koleksi Museum Zoologicum dan Herbarium, dengan menempati
gedung di Jalan Sultan Agung 22 Yogyakarta. Museum Biologi memiliki koleksi
spesimen hewan dan tumbuhan dalam bentuk awetan kering, awetan basah, serta
fosil, yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan beberapa dari luar
negeri. Koleksi museum tersebut digunakan sebagai sarana studi dosen,
mahasiswa, pelajar, dan umum.
2.3.2.
Sejarah
berdirinya museum biologi Yogyakarta
Berdiri
di atas lahan seluas 50 x 30 m2, Museum Biologi UGM terdiri dari bangunan
induk, bangunan sayap dan belakang. Luas bangunan induk 31 x 14 m2. Bangunan
inilah yang difungsikan sebagai museum. Sedangkan bangunan sayap dan belakang
dengan atap sirap difungsikan sebagai rumah tinggal. Bangunan induk mengalami
perubahan dan penambahan, terutama pada bagian beranda depan/teras, berupa
penambahan papan kayu yang dilengkapi jendela dari kaca dan pintu.
Lazimnya
sebuah bangunan Indische,
pada Museum Biologi UGM juga dijumpai pintu dan jendela dengan ukuran besar,
serta tritisan relatif sempit. Dinding museum adalah pasangan bata tebal. Ada
pula tiang besi berhias, balastrude teralis besi yang menjadi satu kesatuan
dengan tiang besi, dan lisplank hias. Tiang besi berhias adalah produk negara
asal Belanda. Lalu ada pula konsol dari besi plat berbentuk sulur-suluran.
Ketika
mengunjungi museum Biologi, pengunjung disuguhi dengan ribuan koleksi, yang
berupa koleksi Herbarium atau awet-awetan, baik awetan basah atau awetan kering
yang berasal dari berbagai jenis flora dan fauna. Jumlah koleksi di museum ini,
mencapai sekitar 3.725 spesies denngan rincian sebanyak 70 % merupakan preparat
tanaman, sedangkan 30 % lainnya berupa preparat hewan. Melihat jumlah koleksi yang
ditawarkan, pengunjung yang datang di jamin tidak akan kecewa. Sebagai museum
yang mengkhususkan koleksi pada flora dan fauna, museum biologi menjadi
satu-satunya museum di Yogyakarta bahkan Indonesia, yang mampu memamerkan
koleksi semacam ini.
2.3.3.
Koleksi
Museum Biologi
Benda-benda koleksi dari binatang dan
tumbuh-tumbuhan berjumlah lebih kurang 3.752 buah, yang berupa awetan kering,
awetan basah, kerangka (tulang), fosil, dan lain-lain. Benda-benda koleksi itu
sebagian besar berasal dari Indonesia dan beberapa dari luar negeri.
Rincian jenis koleksi
sebagai berikut :
1. Koleksi
binatang tak bertulang belakang dan binatang bertulang belakang,
2. Koleksi
tumbuh-tumbuhan yang diawetkan dalam bentuk Herbarium kering dan basah, yaitu :
Herbarium kering lebih kurang 1.672 species dari 180 familia, dan Herbarium
basah lebih kurang 350 buah,
3. Koleksi
fosil terdiri dari beberapa fosil hewan dan tumbuh-tumbuhan,
4. Aquaria
diantaranya beberapa jenis ikan dan tumbuh-tumbuhan air yang masih hidup, dikoleksi
dalam beberapa aquarium.
2.4. Musium Dirgantara
2.4.1. Sejarah Berdirinya
Museum
Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala telah berdiri untuk 42 tahun. Namun, Museum tersebut
tidak hanya berdiri begitu saja, banyak hal yang mendorong Museum ini berdiri, antara
lain :
a. Semua
kegiatan dan peristiwa bersejarah dalam pertumbuhan
Dan perkembangan TNI-AU serta semua pengorbanan para pendahulu, pejuang dan pahlawan
udara dalam membina dan merintis Angkatan
Udara RI/TNI khususnya, serta mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan Negara dan
Bangsa Indonesia perlu dilestarikan.
b. Dalam
rangka pewarisan nilai-nilai 45 yakni bahwa pengabdian dan pendokumentasian tersebut perlu direalisasikan
dalam bentuk visual isasi bukti sejarah agar dapat diterima, dihayati dan diamalkan
oleh generasi penerus.
Museum
ini awalnya bernama Museum Pusat AURI dan terletak di Jakarta. Museumn ini berdiri
karena adanya hasrat untuk mengabadikan dan mendokumentasikan kegiatan-kegiatan
maupun peristiwa-peristiwa bersejarah di lingkungan AURI.
Gagasan
Pimpinan AURI yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Panglima Angkatan Udara no.491
tanggal 6 Agustus 1960 tentang Dokumentasi sejarah dan museum Angkatan Udara Republik
Indonesia. Namun, Museum ini baru bisa didirikan
pada tanggal 21 April 1967 dan museum ini masih bersifat embrio juga organisasinya
berada di bawah Pembinaan Asisten Direktorat Hubungan Masyarakat Angkatan Udara
Republik Indonesia. Museum ini memiliki 3 bagian, yaitu :
a. Bagian
pembinaan benda-benda
b. Bagian
administrasi dan diskripsi
c. Bagian
dokumentasi dan pameran.
Kegiatan
museum waktu itu masih sangat terbatas karena kurangnya tenaga professional maupun
karena faktor biaya. Namun, sejak dikeluarkan Instruksi Menteri/Panglima Angkatan
Udara No.2 tahun 1967 tanggal 30 Juli 1967 tentang peningkatan kegiatan bidang sejarah,
budaya dan Museum Angkatan Udara, maka mulai ada titik terang dan dapat meletakan rencana kerja bagi
perkembangannya. Kemudian, berkat adanya perhatian dari Pimpinan Angkatan Udara
maka pada tanggal 4 April 1969 diresmikan berdirinya Museum Pusat Angkatan Udara
Republik Indonesia oleh Menteri Panglima
Angkatan Udara, Laksamana Udara Roesim Nur jadin.
2.4.2. Koleksi Museum Dirgantara
Koleksi Museum
Dirgantara Mandala memamerkan
benda-benda koleksi sejarah, antara lain : koleksi peninggalan para pahlawan
udara, diorama, pesawat miniatur, pesawat terbang dari negara-negara Blok Barat
dan Timur, senjata api, senjata tajam, mesin pesawat, radar, bom atau roket,
parasut dan patung-patung tokoh TNI Angkatan Udara.
Dalam museum ini, para pengunjung dapat menyaksikan pesawat-pesawat
dan benda sejarah dalam perjuangan TNI Angkatan Udara, sejak perang kemerdekaan
sampai saat ini. Selain itu bisa dilihat pula diorama dari satelit Palapa dan
kapal ruang angkasa Challenger, yang mengorbitkan satelit tersebut.
Gedungnya dibagi menjadi enam ruang. Yakni, RuangUtama,
Ruang Kronologi I dan II, Ruang Alutsista, Ruang Paskhas, Ruang Diorama, dan
Ruang Minat Dirgantara.
2.5. Pusat Oleh-Oleh Khas
Yogyakarta
Terletak
pada kawasan oleh – oleh. Bakpia Djava ini beda dengan bakpia yang sudah ada
dan mempunyai cita rasa yang pas di lidah Anda, tempat ini banyak pengunjungnya
terutama dari kalangan luar daerah Yogyakarta, tempat ini buka dari jam 07.00
s/d 23.00.
Semua pengunjung bakpia djava dapat
melihat dan belajar langsung proses pembuatan bakpia djava dengan “resep
tradisional tempoe doloe”. Jadi ilmunya langsung dapat diperoleh saat itu juga
tentunya sambil bertanya pada bagian produksinya.
Bakpia djava selalu
mengedepankan hubungan kekeluargaan yang baik antara konsumen maupun biro-biro
perjalanan pariwisata. Ini bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan yang
saling menguntungkan satu sama lain. Sebagai bentuk wujud eksistensi
kepeduliannya terhadap konsumen dan biro-biro perjalanan pariwisata bakpia
djava melakukan road show ke berbagai kota antara lain Bandung, Jakarta dan
Surabaya dalam rangka mempererat tali silaturahmi serta memperkenalkan bakpia
djava pada jangkauan yang lebih luas lagi sebagai produk jajanan tradisional
yang digemari semua kalangan. Dalam menyemarakan suasana road show bakpia djava
memberikan suguhan hiburan yang meriah dan pembagian banyak door prize
yang istimewa.
2.6. Pusat Perbelanjaan Malioboro
Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan
wisata belanja andalan kota Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah
makan, pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki limanya.
Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada sebenarnya sama
seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang disemarakan
dengan nama-merk besar dan ada juga nama-nama lokal. Barang yang diperdagangkan
dari barang import maupun lokal, dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan
barang elektronika, mebel dan lain sebagainya. Juga menyediakan aneka
kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat pula
tempat penukaran mata uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe melati.
Ujung jalan Malioboro yang satu terhubung
dengan jalan mangkubumi dan dibatasi oleh statsiun kereta api tugu dan ujung
satunya lagi terhubung dengan jalan jend. Ahmad Yani dalam kawasan areal
Malioboro dan sekitarnya.
Banyak lokasi lain yang dapat dikunjungi,
misalnya Siti inggil Kraton Yogykarta. Pasar Bering hardjo, benteng Vredeburg,
gedung senisono, museim Sonobudoyo, dan lainnya. Sejarah saat ini malioboro
dapat dikatakan sebagai jantung keramaian Kota Yogyakarta karena banyaknya
pengunjung yang berlalu lalang. Kawasan yang sangat ramai baik di dua sisi
jalan yang berkoridor, maupun pada jalan kendaraan, walau satu arah dari jalan
mangkubumi, akan tetapi berbagai jenis kendaraan melaju dan memenuhi di jalan
tersebut. Dantidak heran jika terjadi kemacetan dari kendaraan tradisional
seperti becak, dokar, sepeda, gerobak maupun kendaraan bermesin.
Sejarah jalan ini terbentuk dari lokalitas
perdagangan merupakan setelah Sri Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana
perdagangan melalui sebuah pasar tradisianal pada tahun 1758 setelah berlalu
248 tahun, tempat itu masih bertahan sebagai suatu kawasan perdagangan bahkan
menjadi salah satu lakon Yogyakarta yang dikenal dengan malioboro. Terletak
sekitar 800 m dari Kraton Yogyakarta, tempat ini dulu nya dipenuhi dengan
karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan peragaan malioboro yang dalam
bahasa sansakerta berarti “karangan bunga” menjadi dasar penanaman jalan
tersebut.
Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak
terlepas dari banyaknya pedagang yang berjajar di sepanjang jalan Malioboro
menjalankan dagangannya terdpat banyak cindera mata yang terlihat cantik,
indah, dan harga yang relatif murah. Dan barang-barang khas Yogyakarta, yang
terlihat menawan serta pakaian khas yaitu batik. Terdapat disana yaitu
Malioboro. Para perajin yang ulet, sehingga Yogya batik dan barang antik khas
Yogyakarta.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Setelah mengkaji lebih dalam tentang tempat-tempat
bersejarah di atas maka kami mdapat menyimpulkan bahwa obyek wisata di jawa
tengah dan sekitarnya merupakan suatu wadah kebudayaan zaman dahulu yang mungkin
dapat membawa dampak positif dalam usaha untuk melestarikan budaya Bangsa
Indonesia untuk leih maju dalam bidang pariwisata, karena itulah perlu diadakan
suatu pengenalan lingkungan dalam Indonesia terutama dalam pembuatan laporan
dan untuk memahami sejarah kebudayaan jaman dahulu. Kesimpulan ini tidak
merupakan induktrinasi melaikan untuk memahami, meresapi, dan menghayati kembali
kebudayaan zaman dahulu.
3.2. Saran
a. Pentingnya pelestarian objek wisata
di Yogyakarta pada khususnya, umumnya ditempuh oleh Pejuang dahulu. Objek
wisata tua lainnya yang mengandung nilai historis, karena hal tersebut dapat
dijadikan suatu bukti sejarah yang menunjukkan pada generasi berikutnya tentang
betapa pentingnya sebuah perjuangan dan menghargai hasil perjuangan yang
telah ditempuh.
b. tidak
perlu berwisata ke luar negeri karena diIndonesia pun masih banyak daerah
wisata yang belum tentu kita tahu dan halini dapat menumbuhkan rasa kebanggaan
kita terhadap budaya dan sejarahIndonesia.Demikian laporan kegiatan study
lapangan ini kami buat, semoga bermanfaat bagi kita. Amien
DAFTAR PUSTAKA
Madhori.Candi
Borobudur Sepanjang Masa.
Sostrohadiningrat,
KRT, Drs. 1993. Petunjuk Wisata Yoyakarta. Yogyakarta : Dinas Pariwisata Sutanto.
2005.
http://www.scribd.com/doc/26232883/Bab-II-Pembahasan-Laporan-Kegiatan-Study
diakses tanggal 27 April 2012
http://www.scribd.com/doc/80451978/Boro-Budur
diakses tanggal 27 April 2012
Comments
Post a Comment