MAKALAH BERKOMPETISI DALAM KEBAIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.Latar Belakang

Allah Ta’ala telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita semua yang tentunya harus kita syukuri dengan cara: yang pertama, kita meyakini dalam hati bahwa nikmat-nikmat tersebut datangnya dari Allah semata, yang merupakan karunia-Nya yang diberikan kepada kita; yang kedua, mengucapkan rasa syukur kepada-Nya melalui lisan-lisan kita dengan cara memuji-Nya; dan yang ketiga, mempergunakannya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.

Di antara nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah harta dan sehatnya anggota badan seperti lisan, tangan, kaki dan lainnya. Semua nikmat itu harus kita gunakan untuk ketaatan kepada Allah dengan cara menginfakkan harta yang kita miliki di jalan kebenaran, membiasakan lisan kita untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya dengan dzikir-dzikir yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya yang shahih, mengucapkan ucapan yang baik, beramar ma’ruf nahi munkar dan sebagainya.

 

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan beberapa hal yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu :

1.    Apa pengertian dari berkompetisi/berlomba-lomba?

2.    Apa pengertian kebaikan?

3.    Bagaimana penjelasan perintah Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah:148 serta Hadist Nabi untuk berkompetisi dalam berbuat kebaikan.

 

1.3.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Sebagai tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Siliwangi Banjarsari

2.      Agar kita mengetahui dan memahami perintah Allah SWT maupun hadist Nabi yang memerintahkan kita untuk berkompetisi dalam berbuat kebaikan.

3.      Untuk mengingatkan kita agar senantiasa berbuat kebaikan, kapanpun dan dimanapun.

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1.Pengertian Berkompetisi

Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan objek sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata lain seperti against (melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi tertentu.

Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi.

Menurut Chaplin (1999), kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama.

 

2.2.Pengertian Kebaikan

Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jika tingkah laku tersebut menuju kesempuranan manusia. Kebaikan disebut nilai(value), apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang konkrit.Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalanyang ditempuh. Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu, dalampelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan yangditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir.Manusia harus mempunyai tujuan akhir untuk arah hidupnya.

Tujuan harus ada, supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama. Jika tidak,manusia akan hidup secara serampangan. Tetapi bisa juga orang mengatakanhidup secara serampangan menjadi tujuan hidupnya.Akan tetapi dengan begitu manusia tidak akan sampai kepada kesempurnaan kebaikan selaras dengan derajat manusia.Untuk setiap manusia, hanya terdapat satu tujuan akhir. Seluruh manusiamempunyai sifat serupa dalam usaha hidupnya, yaitu menuntut kesempurnaan.Tujuan akhir selamanya merupakan kebaikan tertinggi, baik manusia itu mencarinya dengan kesenangan atau tidak.

Tingkah laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila membimbing manusia ke arah tujuan akhir, yaitu dengan melakukan perbuatan yang membuatnya baik sebagai manusia

Berdasarkan norma susila, kebaikan atau keburukan perbuatan manusiadapat dipandang melalui beberapa cara, yaitu :

a.     Objektif, keadaan perseorangan tidak dipandang.

b.    Subjektif, keadaan perseorangan diperhitungkan.

c.     Batiniah, berasal dari dalam perbuatan sendiri (kebatinan, intrinsic)

d.    Lahiriah, berasal dari perintah atau larangan Hukum Positif (ekstrinsik)Perbuatan yang sendirinya jahat tidak dapat menjadi baik atau netralkarena alasan atau keadaan. Biarpun mungkin taraf keburukannya dapat berubahsedikit sedikit, orang tidak boleh berbuat jahat untuk mencapai kebaikan.Perbuatan yang baik, tumbuh dalam kebaikannya, karena kebaikan alasandan keadaannya. Suatu alasan atau keadaan yang jahat sekali, telah cukup untuk menjahatkan perbuatan. Kalau kejahatan itu sedikit, maka kebaikan perbuatanhanya akan dikurangi.Perbuatan netral memproleh kesusilaannya, karena alasan dan keadaannya.Jika ada beberapa keadaan, baik dan jahat, sedang perbuatan itu sendiri ada baik atau netral dipergunakan.

 

2.3.Berkompetisi dalam Kebaikan Sesuai Perintah Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah:148 dan Hadist Nabi

Berlomba dalam menggapai dunia bukan hal yang asing lagi di tengah kita untuk masuk perguruan tinggi terkemuka kita dapat menyaksikan sendiri bagaimana setiap orang ingin dapat yang terdepan. Cita-citanya bagaimana bisa mendapat penghidupan yang bahagia kelak,namun amat jarang kita perhatikan orang-orang berlomba dalam hal akhirat.

Sedikit orang yang mendapat rahmat Allah yang mungkin sadar akan hal ini. Cobalah saja perhatikan bagaimana orang-orang lebih senang menghafal berbagai tembangan ‘nyanyian’ daripada menghafalkan Al Qur’an Al Karim. Bahkan lebih senang menjadi nomor satu dalam hal tembangan, lagu apa saja yang dihafal, daripada menjadi nomor satu dalam menghafalkan Kalamullah.

Di dalam shalat jama’ah pun, kita dapat saksikan sendiri bagaimana ada yang sampai menyerahkan shaf  terdepan pada orang lain. “Silahkan, Bapak saja yang di depan”, ujar seseorang. Akhirat diberikan pada orang lain. Padahal shaf terdepan adalah shaf utama dibanding yang di belakangnya bagi kaum pria.

Demikianlah karena tidak paham dalam hal menjadi nomor satu dalam kebaikan akhirat sehingga rela jadi yang terbelakang.

Ayat yang patut direnungkan bersama pada kesempatan kali ini adalah firman Allah Ta’ala dalam Surat Al-Baqarah 148 :

2:148

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al- Baqarah : 148 )”.[1]

Isi kandungan ayat diatas adalah :

Setiap umat mempunyai kiblat, umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke ka’bah, Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah telah memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah dalam shalat. Oleh karena itu, hendaknya kaum muslimin bersatu, bekerja dengan giat, beramal, bertobat dan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan dan tidak menjadi fitnah atau cemooh dari orang-orang yang ingkar sebagai penghambat..

Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas segala amal perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang dapat melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan. Kemuliaan manusia bisa kita pahami dari iman dan amal saleh atau kebaikannya dalam bersikap dan bertingkah laku di mana pun dia berada dan dalam keadaan bagaimanapun situasi dan kondisinya. Itu sebabnya semakin banyak perbuatan baik yg dilakukannya maka akan semakin mulia harkat dan martabatnya di hadapan Allah SWT.

Memahami ilmu kebaikan bagi seorang muslim tiap amal yang dilakukannya tentu harus didasari pada ilmu semakin banyak ilmu yg dimiliki dipahami dan dikuasai insya Allah akan makin banyak amal yang bisa dilakukannya sedangkan makin sedikit pemahaman atau ilmu seseorang akan semakin sedikit juga amal yg bisa dilakukannya apalagi belum tentu orang yg mempunyai ilmu secara otomatis bisa mengamalkannya. Ini berarti seseorang akan semakin terangsang untuk melakukan kebaikan manakala dia memahami ilmu tentang kebaikan itu.

Paling tidak ada dua kriteria tentang kebaikan yang diterima oleh Allah SWT. Pertama ikhlas dalam beramal yakni,Pertama ,melakukan suatu amal dengan niat semata-mata ikhlas krna Allah SWT atau tidak riya dalam arti mengharap pujian dari selain Allah SWT. Karena itu dalam hadis yg terkenal Rasulullah saw bersabda yang artinya Sesungguhnya amal itu sangat tergantung pada niatnya”.

Kedua melakukan kebaikan itu secara benar hal ini krna meskipun niat seseorang sudah baik bila dalam melakukan amal dengan cara yg tidak baik maka hal itu tetap tidak bisa diterima oleh Allah SWT karen ini termasuk bagian dari mencari selain Islam sebagai agama hidupnya yang jelas-jelas akan ditolak Allah SWT sebagaimana yg sudah disebutkan pada QS 2:148 di atas.

Akhirnya menjadi jelas bagi kita bahwa hidup ini harus kita jalani untuk mengabdi kepada Allah SWT yang terwujud salah satunya dalam bentuk melakukan kebaikan dan masing-masing orang harus berusaha melakukan kebaikan sebanyak mungkin sebagai bentuk kongkret dari perwujudan kehidupan yg baik di dunia dan ini pula yang akan menjadi bekal bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di akhirat kelak.

Selain itu, terdapat juga hadist yang bunyinya sebagai berikut :

فالأَوَّلُُ : عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : "باَدِرُوْا بِالأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ فَسَتَكُوْنُ فِتَنٌ كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يَصْبَحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيَمْسِي كَافِرًا، وَيَمْسِي مُؤْمِنًا وَيَصْبَحُ كَافِرًا، يَيِبْيعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا". رَوَاهُ مُسْلِم.

“Bersegeralah kalian untuk melakukan amal shaleh, karena akan terjadi bencana yang menyerupai malam yan gelap gulita, yaitu seseorang di waktu pagi dia beriman tetapi pada waktu sore dia kafir, atau pada waktu sore ia beriman tetapi pada waktu paginya ia kafir, dia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia.”[2]

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1.Kesimpulan

Hidup adalah kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik tapi juga kompetisi untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Namun sayang banyak orang terjebak pada kompetisi semu yang hanya memperturutkan syahwat hawa nafsu duniawi dan jauh dari suasana robbani. Kompetisi harta-kekayaan, kompetisi usaha-pekerjaan, kompetisi jabatan-kedudukan dan kompetisi lainnya.yang semuanya bak fatamorgana. Indah menggoda tapi sesungguhnya tiada. Itulah kompetisi yang menipu. Bahkan yang sangat memilukan tak jarang dalam kompetisi selalu diiringi “suudzhon” buruk sangka bukan hanya kepada manusia tapi juga kepada Allah swt. Yang lebih merugi lagi jika rasa iri dan riya ikut bermain.

Dimanapun kaki ini menginjak dan dimanapun nafas ini masih menghembus, jalankanlah perintah berlomba-lombalah dalam kebaikan sesuai dengan maksud yang ada. Berikanlah yang terbaik untuk sesama dan pahami bagaimana keadaannya terlebih dahulu agar kita terhindar dari rasa kesalahpahaman antar sesama serta tidak ada yang dirugikan atas semua tindakan baik kita.

 

3.2.Saran

Berbuat kebaikan jelas diperintahkan oleh Allah SWT. Perintah untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, dapat kita temukan dalam Al-Quran maupun Al-Hadist.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Liston Haposan Subrian. 2010. Pengertian Kebaikan Secara Etika. (online). Diakses pada tanggal 25 Februari 1014 .pada pukul 09.27 WIB.

                   http://www.scribd.com/doc/64042435/1/A-Pengertian-Kebaikan-Secara-Etika

Arif Sobaruddin. 2012. Pengertian kompetisi. (online). Diakses Pada tanggal 25 Februari 2014 pada pukul 09.27 WIB.

 http://www.bisosial.com/2012/11/pengertian-konpetisi.html

Muhammad Nasruddin Hasan. 2010. Berlomba-Lomba dalam Kebaikan. (online). Diakses pada tanggal 25 Februari 2014 pada pukul 09.27 WIB.

                            http://referensiislam.blogspot.com/2011/06/berlomba-lomba-dalam-kebaikan.html

Muhammad Haryono. 2011. Meneguhkan Iman (2). (online). Diakses pada tanggal 25 Februari 2014 pukul 10: WIB

                         http://muhammadmaryono.wordpress.com/author/muhammadmaryono/page/4/

Yanuar Firdaus. Al-Baqarah : 148. Al Quran Online. (Online). Diakses pada tanggal 25 Februari 2014 pukul 10:00WI

http://quran.ittelkom.ac.id/?sid=2&aid=148&pid=arabicid 

http://warnet178meulaboh.blogspot.com/2014/02/makalah-berkompetisi-dalam-kebaikan.html

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

Dengan segala kerendahan dan  keikhlasan hati, Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah diberikan sehingga penyusunan makalah tentang “Berkompetisi dalam Kebaikan” ini dapat  terselesaikan.

Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa risalah kebenaran yakni baginda Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Dan Semoga syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini.

Makalah ini berisi  ulasan-ulasan yang membahas kajian tentang berkompetisi atau berlomba-lomba  dalam kebaikan, yang juga menyertakan menurut Al-Qur’an dan Hadist.

Setitik harapan dari kami sebagai penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penyusun miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah berikutnya.

 

Banjarsari,   September 2014

 

Penulis

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR ..................................................................................    i

DAFTAR ISI..................................................................................................    ii

 

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................    1

1.1.  Latar Belakang ..................................................................................    1 

1.2.  Rumusan Masalah  .............................................................................    1

1.3.  Tujuan Penulisan.................................................................................    1

 

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................    2

2.1.  Pengertian Berkompetisi.....................................................................    2

2.2.  Pengertian Kebaikan ..........................................................................    2

2.3.  Berkompetisi dalam Kebaikan Sesuai Perintah Allah SWT

  dalam Surat Al-Baqarah:148 dan Hadits Nabi. .................................    3

 

BAB III PENUTUP ......................................................................................    6

3.1.  Kesimpulan.........................................................................................    6

3.2.  Saran ..................................................................................................    6

 

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................   7

 

 

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

RESENSI NOVEL BAHASA SUNDA "LEMBUR SINGKUR"

MAKALAH Usaha Kecil KERIPIK PISANG (Kewirausahaan)

MAKALAH PEMBUATAN PIRING LIDI