MAKALAH TENTANG Tuberculosis TBC
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Tuberkulosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa, mycobacterium
bovis serta Mycobacterium avium, tetapi lebih sering disebakan oleh Mycobacterium tuberculosa.
Pada tahun 1993, WHO telah mencanangkan kedaruratan global penyakit
tuberkulosis di dunia, karena pada sebagian besar negara di dunia, penyakit
tuberkulosis menjadi tidak terkendali. Di Indonesia sendiri, penyakit
tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang utama. Pada tahun 1995, hasil
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis
merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok umur.
Di
Indonesia sendiri, karena sulitnya mendiagnosa tuberkulosis pada anak, maka
angka kejadian tuiberkulosis pada anak belum diketahui pasti, namun bila angka
kejadian tuberkulosis dewasa tinggi dapat diperkirakan kejadian tuberkulosis
pada anak akan tinggi pula. Hal ini terjadi karena setiap orang dewasa dengan
BTA positif akan menularkan pada 10-15 orang dilingkungannya, terutama
anak-anak (Depkes RI, 2002).
Lingkungan
rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh nesar terhadap
status kesehatan penghuninya (Notoatmodjo, 2003). Lingkungan rumah merupakan
salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman tuberkulosis. Kuman
tuberkulosis dapat hidup selama 1 – 2 jam bahkan sampai beberapa hari hingga
berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang
baik, kelembaban, suhu rumah dan kepadatan penghuni rumah.
1.2.
Rumusan
Masalah
Adapun yang
menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa
pengertian dari penyakit Tuberculosis ?
2. Apa
klasifikasi dari penyakit Tuberculosis ?
3. Bagaimana
Etiologi dari penyakit Tuberculosis?
4. Bagaimana
Patofisiologi dari penyakit Tuberculosis?
5. Apa yang
menjadi agent, host dan environment penyakit Tuberculosis ?
6. Faktor apa
saja yang mampengaruhi kejadaian penyakit Tuberculosis ?
7. Bagaimana
cara penularan Penyakit Tuberculosis ?
8. Bagaimana
gejala dari penyakit Tuberculosis ?
9. Bagaimana
cara mendiagnosa penyakit Tuberculosis ?
10. Bagaimana
Manifestasi klinis Penyakit Tuberculosis ?
11. Bagaimana
pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tuberculosis ?
12. Bagiamana
cara pengobatan Penyakit Tuberculosis ?
1.3.
Tujuan
Penulisan
Adapun yang
menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk
Mengetahui pengertian dari penyakit Tuberculosis
2. Untuk
Mengetahui Klasifikasi dari penyakit Tuberculosis
3. Untuk
Mengetahui Etiologi dari penyakit Tuberculosis
4. Untuk
Mengetahui Patofisiologi dari penyakit Tuberculosis
5. Untuk
Mengetahui agent, host dan environment dalam
penular penyakit Tuberculosis
6. Untuk
Mengetahui Faktor apa saja yang mampengaruhi kejadaian penyakit Tuberculosis
7. Untuk
Mengetahui cara penularan penyakit Tuberculosis
8. Untuk
Mengetahui gejala dari penyakit Tuberculosis
9. Untuk
Mengetahui Diagnosa penyakit Tuberculosis
10. Untuk
Mengetahui Manifestasi klinis Penyakit Tuberculosis
11. Untuk
Mengetahui Pencegahan Penyakit Tuberculosis
12. Untuk
Mengetahui pengobatan Penyakit Tuberculosis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
Tuberculosis (TB)
Tuberculosis
(TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningens,
ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suddarth, 2003). Tuberculosis (TB) adalah
penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan
gejala yang bervariasi, akibat kuman mycobacterium tuberkulosis sistemik
sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru
yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Mansjoer, 2000).
Tuberkulosis
paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium tuberculosis, (Smeltzer, 2002).
dapat menyimpulkan bahwa, TB Paru adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman mycobakterium tuberculosis yang
menyerang saluran pernafasan terutama parenkim paru.
2.2.
Klasifikasi
Penyakit Tuberculosis
1. TBC Paru
Tuberculosis
yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleora (selaput paru). Berdasarkan
hasil pemeriksaan dahak, TBC paru dibagi dalam:
· TBC Paru BTA (+)
· TBC Paru BTA (-)
2. TBC Ekstra Paru
Tuberculosis
yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya: pleura (selaput paru),
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
persendihan, kuilit, usus, ginjal, saluran kemih, alat kelamin, dan lain-lain.
Berdasarkan tingkat kepercayaannya, TBC Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu:
· TBC Ekstra Paru Ringan
Misalnya :
TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudative unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
· TBC Ekstra Paru Berat
Misalnya :
Meningitis, Perikarditis, peritonitis, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran
Kemih dan alat kelamin.
C. Etiologi Penyakit Tuberculosis
Tuberkulosis
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm dan digolongkan dalam
basil tahan asam (BTA). (Suyono, 2001)
D. Patofisiologi Penyakit Tuberculosis
Individu
rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi. Bakteri dipindahkan
melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak diri, basil juga dipindahkan
melalui system limfe dan pembuluh darah ke area paru lain dan bagian tubuh
lainnya.
Sistem imun
tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menelan banyak
bakteri, limfosit specific tuberculosis melisis basil dan jaringan normal,
sehingga mengakibatkan penumpukkan eksudat dalam alveoli dan menyebabkan
bronkopnemonia. Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup
dan yang sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif.
Granuloma
diubah menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya disebut komplek
Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti
keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri
menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.
Individu
dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon inadekuat sistem
imun, maupun karena infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini
tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke bronki. Bakteri
kemudian menyebar di udara, mengakibatkan penyebaran lebih lanjut. Paru yang
terinfeksi menjadi lebih membengkak mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut
(Smeltzer, 2001).
E. Agent, Host dan Environment Penular
Penyakit Tuberculosis
Teori John
Gordon, mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit sangat dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu bibit penyakit (agent), penjamu (host), dan lingkungan
(environment). Ketiga faktor penting ini disebut segi tiga epidemiologi
(Epidemiologi Triangle), hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara
sederhana sebagai timbangan yaitu agent penyebab penyakit pada satu sisi dan
penjamu pada sisi yang lain dengan lingkungan sebagai penumpunya.
Bila agent
penyebab penyakit dengan penjamu berada dalam keadaan seimbang, maka seseorang
berada dalam keadaan sehat, perubahan keseimbangan akan menyebabkan seseorang
sehat atau sakit, penurunan daya tahan tubuh akan menyebabkan bobot agent
penyebab menjadi lebih berat sehingga seseorang menjadi sakit, demikian pula
bila agent penyakit lebih banyak atau lebih ganas sedangkan faktor penjamu
tetap, maka bobot agent penyebab menjadi lebih berat. Sebaliknya bila daya
tahan tubuh seseorang baik atau meningkat maka ia dalam keadaan sehat. Apabila
faktor lingkungan berubah menjadi cenderung menguntungkan agent penyebab
penyakit, maka orang akan sakit, pada prakteknya seseorang menjadi sakit akibat
pengaruh berbagai faktor berikut :
Agent
Mycobacterium
tuberculosis adalah suatu anggota dari famili Mycobacteriaceae dan termasuk
dalam ordo Actinomycetalis. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah
penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering.
Masih
terdapat Mycobacterium patogen lainnya, misalnya Mycobacterium leprae,
Mycobacterium paratuberkulosis dan Mycobacterium yang dianggap sebagai
Mycobacterium non tuberculosis atau tidak dapat terklasifikasikan (Heinz,
1993).
Di luar
tubuh manusia, kuman Mycobacterium tuberculosis hidup baik pada lingkungan yang
lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari. Mycobacterium
tuberculosis mempunyai panjang 1-4 mikron dan lebar 0,2- 0,8 mikron. Kuman ini
melayang diudara dan disebut droplet nuclei. Kuman tuberkulosis dapat bertahan
hidup pada tempat yang sejuk, lembab, gelap tanpa sinar matahari sampai
bertahun-tahun lamanya. Tetapi kuman tuberkulosis akan mati bila terkena sinar
matahari, sabun, lisol, karbol dan panas api (Atmosukarto & Soewasti,
2000).
Kuman
tuberkulosis jika terkena cahaya matahari akan mati dalam waktu 2 jam, selain
itu kuman tersebut akan mati oleh tinctura iodi selama 5 menit dan juga oleh
ethanol 80 % dalam waktu 2 sampai 10 menit serta oleh fenol 5 % dalam waktu 24
jam. Mycobacterium tuberculosis seperti halnya bakteri lain pada umumnya, akan
tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi. Air
membentuk lebih dari 80 % volume sel bakteri dan merupakan hal essensial untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri. Kelembaban udara yang meningkat
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen termasuk tuberkulosis.
Mycobacterium
tuberculosis memiliki rentang suhu yang disukai, merupakan bakteri mesofilik
yang tumbuh subur dalam rentang 25 – 40 C, tetapi akan tumbuh secara optimal
pada suhu 31-37 C. Pengetahuan mengenai sifat-sifat agent sangat penting untuk
pencegahan dan penanggulangan penyakit, sifat-sifat tersebut termasuk ukuran,
kemampuan berkembang biak, kematian agent atau daya tahan terhadap pemanasan
atau pendinginan.
Agent adalah
penyebab yang essensial yang harus ada, apabila penyakit timbul atau manifest,
tetapi agent sendiri tidak sufficient/memenuhi syarat untuk menimbulkan
penyakit. Agent memerlukan dukungan faktor penentu agar penyakit dapat
manifest. Agent yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis paru adalah
kuman Mycobacterium tuberculosis. Agent ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya pathogenitas, infektifitas dan virulensi.
Pathogenitas
adalah daya suatu mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit pada host.
Pathogenitas agent dapat berubah dan tidak sama derajatnya bagi berbagai host.
Berdasarkan sumber yang sama pathogenitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada
tingkat rendah. Infektifitas adalah kemampuan suatu mikroba untuk masuk ke
dalam tubuh host dan berkembang biak didalamnya. Berdasarkan sumber yang sama
infektifitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat menengah. Virulensi
adalah keganasan suatu mikroba bagi host. Berdasarkan sumber yang sama
virulensi kuman tuberkulosis paru termasuk tingkat tinggi, jadi kuman ini tidak
dapat dianggap remeh begitu saja.
· Host
Manusia
merupakan reservoar untuk penularan kuman Mycobacterium tuberculosis, kuman
tuberkulosis menular melalui droplet nuclei. Seorang penderita tuberkulosis
dapat menularkan pada 10-15 orang (Depkes RI, 2002). Menurut penelitian pusat
ekologi kesehatan (1991), menunjukkan tingkat penularan tuberkulosis di
lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata
dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya. Di dalam rumah dengan
ventilasi baik, kuman ini dapat hilang terbawa angin dan akan lebih baik lagi jika
ventilasi ruangannya menggunakan pembersih udara yang bisa menangkap kuman TB.
Menurut
penelitian Atmosukarto dari Litbang Kesehatan (2000), didapatkan data bahwa
Tingkat penularan tuberkulosis di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi,
dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam
rumahnya.
Besar resiko
terjadinya penularan untuk rumah tangga dengan penderita lebih dari 1 orang
adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang penderita
tuberkulosis.
Hal yang
perlu diketahui tentang host atau penjamu meliputi karakteristik; gizi atau
daya tahan tubuh, pertahanan tubuh, higiene pribadi, gejala dan tanda penyakit
dan pengobatan. Karakteristik host dapat dibedakan antara lain; Umur, jenis
kelamin, pekerjaan, keturunan, pekerjaan, keturunan, ras dan gaya hidup.
Host atau
penjamu; manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan anthropoda yang dapat
memberikan tempat tinggal atau kehidupan untuk agent menular dalam kondisi alam
(lawan dari percobaan). Host untuk kuman tuberkulosis paru adalah manusia dan
hewan, tetapi host yang dimaksud dalam penelitia ini adalah manusia. Beberapa
faktor host yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis paru adalah;
kekebalan tubuh (alami dan buatan), status gizi, pengaruh infeksi HIV/AIDS.
· Environment
Lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host baik benda mati, benda hidup,
nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua
elemen-elemen termasuk host yang lain. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik
dan non fisik, lingkungan fisik terdiri dari; Keadaan geografis (dataran tinggi
atau rendah, persawahan dan lain-lain), kelembaban udara, temperatur atau suhu,
lingkungan tempat tinggal.
Adapun
lingkungan non fisik meliputi; sosial, budaya, ekonomi dan politik yang mempengaruhi kebijakan pencegahan dan
penanggulangan suatu penyakit.
F. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit
Tuberculosis
Penyakit TBC
pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status sosial
ekonomi, status gizi, umur dan jenis kelamin untuk lebih jelasnya dapat kita
jelaskan seperti uraian dibawah ini:
· Faktor Sosial Ekonomi.
Disini
sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan tempat penghunian, lingkungan
perumahan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat memudahkan penularan
TBC. Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena
pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat hidup layak dengan memenuhi
syarat-syarat kesehatan.
· Status Gizi.
Keadaan kekurangan
gizi akan mempengaruhi daya tahan tubuh sesoeranga sehingga rentan terhadap
penyakit termasuk TB-Paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang
berpengaruh dinegara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
· Umur.
Penyakit
TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif (15 – 50)
tahun. Dewasa ini dengan terjadinya transisi demografi menyebabkan usia harapan
hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem
imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai
penyakit, termasuk penyakit TB-Paru.
Jenis
Kelamin.
Penyakit
TB-Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan
perempuan. Menurut WHO, sedikitnya dalam jangka waktu setahun ada sekitar 1
juta perempuan yang meninggal akibat TB-Paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum
perempuan lebih banyak terjadi kematian yang disebabkan oleh TB-Paru
dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan persalinan.
Pada jenis
kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum
alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah
terpapar dengan agent penyebab TB-Paru.
G. Cara Penularan Penyakit Tuberculosis
Cara
penularan tuberkulosis paru melalui percikan dahak (droplet) sumber penularan
adalah penderita tuberkulosis paru BTA(+), pada waktu penderita tuberkulosis
paru batuk atau bersin. Droplet yang mengandung kuman TB dapat bertahan di
udara selama beberapa jam, sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara
sinar matahari langsung dapat membunuh kuman, percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah
kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut
dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran
darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian
tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahaknya maka makin menular penderita tersebut. Bila hasil
pemeriksaan dahaknya negatif maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
H. Gejala Penyakit Tuberculosis
· Batuk : Terjadi karena adanya infeksi
pada bronkus. Dimulai dari batuk kering
kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif
(menghasilkan sputum). Pada keadaan
lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus
dinding bronkus.
· Sesak nafas (Dyspnea) : Sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian paru.
· Nyeri dada : Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai
ke pleura (menimbulkan pleuritis)
· Demam : Biasanya menyerupai demam
influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya
infeksi kuman yang masuk.
· Malaise (keadaan lesu) : Dapat berupa anoreksia (tidak ada nafsu
makan), berat badan menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
I. Diagnosa Penyakit Tuberculosis
Yang menjadi
petunjuk awal dari tuberkulosis adalah foto rontgen dada. Penyakit ini tampak
sebagai daerah putih yang bentuknya tidak teratur dengan latar belakang hitam.
Rontgen juga bisa menunjukkan efusi pleura atau pembesaran jantung
(perikarditis).
Pemeriksaan
diagnostik untuk tuberkulosis adalah:
Tes kulit
tuberkulin, disuntikkan sejumlah kecil protein yang berasal dari bakteri
tuberkulosis ke dalam lapisan kulit (biasanya di lengan). 2 hari kemudian
dilakukan pengamatan pada daerah suntikan, jika terjadi pembengkakand an
kemerahan, maka hasilnya adalah positif.
Pemeriksaan
dahak, cairan tubuh atau jaringan yang terinfeksi. Dengan ebuah jarum diambil
contoh cairan dari dada, perut, sendi atau sekitar jantung. Mungkin perlu
dilakukan biopsi untuk memperoleh contoh jaringan yang terinfeksi.
Untuk
memastikan diagnosis meningitis tuberkulosis, dilakukan pemeriksaan reaksi
rantai polimerase (PCR) terhadap cairan serebrospinalis.
Untuk
memastikan tuberkulosis ginjal, bisa dilakukan pemeriksaan PCR terhadap air
kemih penderita atau pemeriksaan rontgen dengan zat warna khusus untuk
menggambarkan adanya massa atau rongga abnormal yang disebabkan oleh
tuberkulosis. Kadang perlu dilakukan pengambilan contoh massa tersebut untuk
membedakan antara kanker dan tuberkulosis.
Untuk
memastikan diagnosis tuberkulosis pada organ reproduksi wanita, dilakukan
pemeriksaan panggul melalui laparoskopi. Pada kasus-kasus tertentu perlu dilakukan
pemeriksaan terhadap contoh jaringan hati, kelenjar getah bening atau sumsum
tulang.
J. Pencegahan Penyakit Tuberculosis
Sebenarnya
seseorang bisa terhindar dari penyakit TBCdengan berpola hidup yang sehat dan
teratur. Dengan system pola hidup seperti itu diharapkan daya tubuh seseorang
akan cukup kuat untuk membersihkan perlindungan terhadap berbagai macam
penyakit. Orang yang benar-benar sehat meskipun ia diserang kuman TBC,
diperkirakan tidak akan mempan dan tidak akan menimbulkan gejala TBC.
Menghindari
kontak dengan orang yang terinfeksi penyakit tuberkulosis, mempertahankan
status kesehatan dengan asupan nutrisi yang cukup, minum susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika
pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian
imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil
tuberkulosis virulen.
K. Pengobatan Penyakit Tuberculosis
Jenis dan
dosis OAT (Obat Anti Tuberculosis) :
a. Isoniazid (H)
Isoniazid
(dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman dalam keadaan
metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Efek samping yang mungkin
timbul berupa neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi ikterus,
pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai ikterus membaik.
Efek samping ringan dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Pada
keadaan ini pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.
b. Rifampisin (R)
Bersifat
bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten). Efek samping
rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam, trombositopenia. Rifampisin
dapat menyebabkan warnam merah atau jingga pada air seni dan keringat, dan itu
harus diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak menjadi cemas.
Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolism obat dan tidak berbahaya.
c. Pirazinamid (P)
Bersifat
bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia, hepatitis, atralgia.
d. Streptomisin (S)
Bersifat
bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik dan kerusakan
nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran.
e. Ethambutol (E)
Bersifat
bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna merah dan hijau, maupun optic
neuritis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun yang
menjadi kesimpulan dalam makalah ini yaitu :
Tuberculosis
(TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis.
Agent
penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah
penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering.
Mycobacterium tuberculosis hidup baik pada lingkungan yang lembab akan tetapi
tidak tahan terhadap sinar matahari.
· Host penyebab Tuberculosis. Seorang
penderita tuberkulosis dapat menularkan pada 10-15 orang. Penderita rata-rata
dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya. Di dalam rumah dengan
ventilasi baik, kuman ini dapat hilang terbawa angin dan akan lebih baik lagi
jika ventilasi ruangannya menggunakan pembersih udara yang bisa menangkap kuman
TB.
· Environment penyakit Tuberculosis
adalah Lingkungan yang segala sesuatu yang ada di luar diri host baik benda
mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat
interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang lain.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian penyakit Tuberculosis Untuk terpapar penyakit TBC
pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status sosial
ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin, dan
faktor toksis.
Cara
penularan tuberkulosis paru melalui
percikan dahak (droplet) sumber penularan adalah penderita tuberkulosis paru
BTA(+), pada waktu penderita tuberkulosis paru batuk atau bersin. Umumnya
penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang
lama.
Gejala
penyakit tuberculosis antara lain Batuk, Sesak nafas, Nyeri dada, Demam,
Malaise (keadaan lesu)
Gambaran
klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada infeksi awal dan mungkin tidak
akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif.
Pengobatan
penyakit Tuberculosis. Terdapat 5 jenis antibotik yang dapat digunakan yaitu
Antibiotik yang paling sering digunakan adalah Isoniazid (H), Rifampicin (R),
Pirazinamid (P), Streptomisin (S) dan Etambutol (E). Jika penderita benar-benar
mengikuti pengobatan dengan teratur, maka tidak perlu dilakukan pembedahan
untuk mengangkat sebagian paru-paru. Kadang pembedahan dilakukan untuk membuang
nanah atau memperbaiki kelainan bentuk tulang belakang akibat tuberkulosis.
B. Saran
Adapun saran
yang dapat kami berikan adalah dengan kita telah mengetahui apa itu penyakit
Tuberculosis, kita dapat lebih menjaga lagi kesehatan kita yaitu dengan selalu
menjaga lingkungan dan kesehatan diri kita sendiri supaya tetap bersih,
mengingat bahwa penyakit ini adalah penyakit menular yang sangat berbahaya dan
angka kematiannya cukup tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
http://fildza.wordpress.com/2008/04/24/penyakit-tuberkulosis/
http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
http://jundul.wordpress.com/2008/09/14/penularan-tbc/
http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm
http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-tuberkulosis-tbc.html
http://www.totalkesehatananda.com/tuberculosis6.html
http://www.scribd.com/doc/32087430/makalah-TBC
Comments
Post a Comment