MAKALAH PERSPEKTIF GLOBAL (VERSI 2)
KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi dengan berkat dan
rahmatnya penulis bisa menyelesaikan makalah ini.
Makalah
ini menyajikan materi yang berkaitan dengan pengaruh globalisasi terhadap dunia
pendidikan yang ada di Indonesia, dan diberi judul “ Pengaruh Globalisasi
Terhadap Dunia Pendidikan”
Ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada Dosen Pembimbing
yang telah memberikan bimbingannnya dalam penulisan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran
sangat diharapkan oleh penulis, guna penulisan makalah selanjutnya yang lebih
baik lagi.
Semoga
makalah ini bermanfaat dan dapat dijadikan referensi khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca yang budiman
Terima
kasih,
Banjarsari, Desember 2013
Penulis
,
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Globalisasi
adalah suatu proses dengan kejadian, keputusan, dan kegiatan di salah satu
bagian dunia menjadi suatu konsekuensi yang signifikan bagi individu dan
masyarakat di daerah yang jauh.
Bangsa
Indonesia merupakan bagian dari bangsa di dunia. Sebagai bangsa, kita tidak
hidup sendiri melainkan hidup dalam satu kesatuan masyarakat dunia (world
society). Kita semua merupakan makhluk yang ada di bumi. Karena itu, manusia
secara alam, sosial, ekonomi, politik, keamanan, dan budaya tidak dapat saling
terpisah melainkan saling ketergantungan dan mempengaruhi.
Era
globalisasi yang merupakan era tatanan kehidupan manusia secara global telah
melibatkan seluruh umat manusia. Secara khusus gelombang globalisasi itu
memasuki tiga arena penting di dalam kehidupan manusia, yaitu arena ekonomi,
arena politik, dan arena budaya. Jika masyarakat atau bangsa tersebut tidak
siap menghadapi tantangan-tantangan global yang bersifat multidimensi dan tidak
dapat memanfaatkan peluang, maka akan menjadi korban yang tenggelam di
tengah-tengah arus globalisasi.
Arus
globalisasi yang semakin pesat telah membuat jarak antar Negara seakan tak
berarti lagi. Pada masa sekarang ini, tak sulit untuk anak nelayan terpencil
mengetahui kejadian robohnya gedung WTC di America Serikat dalam hitungan jam.
Kemajuan teknologi yang semakin pesat sebagai dampak dari globalisasi ternyata
juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan Indonesia. Home schooling, virtual
learning dan program-program pendidikan import lainnya yang mulai diterapkan di
Indonesia sebagai akibat dari cepatnya akses internet. Globalisasilah yang
telah memberikan insipirasi-inspirasi baru tersebut untuk mengadopsi
program-program pendidikan dari luar Indonesia.
Belum
lagi musim internasional yang akhir-akhir ini melanda Indonesia, Pengadaan
sekolah-sekolah bertaraf internasional sedang booming digalakkan. Tidak hanya
pada tingkat sekolah menengah bahkan taman kanak-kanakpun telah di program
menjadi sekolah bertaraf internasional. Les bahasa inggris, mandarin, komputer
semua tersedia di sekolah. Fenomena tersebut tak lain, adalah akibat dari
globalisasi.
Perubahan
kurikulum pendidikan yang berkali-kali juga merupakan dampak dari pesatnya arus
globalisasi. Pesatnya arus globalisasi menyebabkan pemerintah harus bergerak
cepat mengubah kurikulum pendidikan yang lama yang dianggap ketinggalan jaman
dengan kurikulum yang baru yang dianggap sesuai dan mampu menjawab tantangan
global. Hal ini, dikarenakan dunia pendidikan adalah salah satu sektor penting
dalam suatu Negara yang menopang berdirinya suatu Negara.
Dalam
era globalisasi saat ini, pendidikan memang harus mendapatkan prioritas.
Artinya, semua Stakeholder harus berkecimpung di dalamnya. Pendidikan sangatlah
penting untuk masa depan anak bangsa. Dengan adanya perhatian yang serius pada
pendidikan, tentu saja sebuah bangsa akan naik derajatnya. Hal itu karena
pembangunan suatu bangsa akan ditentukan oleh pendidikan. Tunas-tunas bangsalah
yang akan membangun sebuah negeri. Dampak pendidikan yang matang tentu saja
membawa hasil kemajuan seperti yang disebutkan di atas.
Pemerintah
dalam hal ini tentu saja harus benar-benar memperhatikan secara serius
persoalan pendidikan. Bangsa yang maju, tidak terlepas dari kemajuan
pendidikannya. Sistem pendidikan yang masih amburadul patut dibenahi oleh semua
pihak yang berwenang tentu saja. Pendidikan untuk kemajuan, itulah yang harus
dicanangkan. Pendidikan untuk kemajuan dalam hal ini tentu saja bukan untuk
golongan atau etnis tertentu, tetapi, pendidikan untuk kemajuan bersama, yaitu
kemajuan bangsa dan kemajuan pendidikan itu sendiri. Pendidikan tak cukup
diemban dalam waktu singkat, artinya dalam pendidikan memerlukan proses, tentu
saja proses yang panjang. Proses yang panjang dalam hal ini bukan berarti
sepanjang-panjangnya. Namun, pendidikan disini memerlukan suatu proses
kesabaran, kesadaran. Dalam artian kesabaran, bisa dimaknai bahwa pendidikan
bukan seperti makan cabai rawit, begitu dimakan, langsung terasa. Tetapi,
disini yang dimaksudkan yaitu pendidikan yang memerlukan waktu, hasilnya dapat
dirasakan setelah beberapa tahun.
Kehancuran
dunia pendidikan merupakan langkah awal kehancuran suatu Negara. Kegagalan
bangsa Indonesia di masa lampau mempertahankan kedaulatan negaranya,
dikarenakan pendidikan rakyatnya yang lemah.
1.2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka permasalahan dalam tulisan ini adalah :
1. Apakah
pengertian globalisasi?
2. Bagaimana
perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana
pengaruh globalisasi terhadap pendidikan Indonesia?
4. Bagaimana
sikap yang harus dilakukan oleh masyarakat Indonesia terhadap globalisasi yang
berdampak bagi dunia pendidikan Indonesia?
1.3.
Tujuan
Penulisan Makalah
1. Untuk
mengetahui pengertian globalisasi
2. Mengetahui
perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia
3. Mengetahui
pengaruh globalisasi terhadap pendidikan Indonesia
4. Mengetahui
sikap yang masyarakat Indonesia terhadap globalisasi yang berdampak bagi dunia
pendidikan Indonesia
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
Globalisasi
Globalisasi
merupakan suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang
kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya batas-batas yang mengikat secara
nyata, sehingga sulit untuk disaring atau dikontrol.
Adapun konsep
globalisasi menurut pendapat para ahli adalah :
1. Malcom
Waters
Globalisasi adalah sebuah proses sosial
yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi
kurang penting, yang terjelma didalam kesadaran orang.
2. Emanuel
Ritcher
Globalisasi adalah jaringan kerja global
secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan
terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
3. Thomas
L. Friedman
Globlisasi memiliki dimensi ideologi dan
teknologi. Dimensi teknologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan
dimensi teknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan dunia.
4. Princenton
N. Lyman
Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat
atas saling ketergantungan dan hubungan antara Negara-negara didunia dalam hal
perdagangan dan keuangan.
2.2.
Perkembangan
Kualitas Pendidikan di Indonesia
Perkembangan
kualitas pendidikan di Indonesia telah berlangsung dalam empat era yaitu :
1. Era Kolonial
Pada
zaman kolonial pendidikan hanya diberikan kepada para penguasa serta kaum
feodal. Pendidikan rakyat cukup diberikan untuk memenuhi kebutuhan dasar
penguasa kolonial. Pendidikan diberikan hanya terbatas kepada rakyat di
sekolah-sekolah kelas 2 atau ongko loro tidak diragukan mutunya. Sungguhpun
standar yang dipakai untuk mengukur kualitas rakyat pada waktu itu diragukan
karena sebagian besar rakyat tidak memperoleh pendidikan, namun demikian apa
yang diperoleh pendidikan seperti pendidikan rakyat 3 tahun, pendidikan rakyat
5 tahun, telah menghasilkan pemimpin masyarakat bahkan menghasilkan
pemimpin-pemimpin gerakan nasional.
Pendidikan
kolonial untuk golongan bangsawan serta penguasa tidak diragukan lagi mutunya.
Para pemimpin nasional kita kebanyakan memperoleh pendidikan di sekolah-sekolah
kolonial bahkan beberapa mahasiswa yang dapat melanjutkan di Universitas
terkenal di Eropa. Dalam sejarah pendidikan kita dapat dikatakan bahwa
intelegensi bangsa Indonesia tidak kalah dengan kaum penjajah. Masalah yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia pada waktu itu adalah kekurangan kesempatan yang
sama yang diberikan kepada semua anak bangsa. Oleh sebab itu di dalam Undang
Undang Dasar 1945 dinyatakan dengan tegas bahwa pemerintah akan menyusun suatu
sistem pendidikaan nasional untuk rakyat, untuk semua bangsa.
2. Era Orde Lama
Masa
revolusi pendidikan nasional mulai meletakkan dasar-dasarnya. Pada masa
revolusi sangat terasa serba terbatas, tetapi bangsa kita dapat melaksanakan
pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945. Kita dapat
merumuskan Undang Undang Pendidikan No. 4/1950 junto no. 12/ 1954. Kita dapat
membangun sistem pendidikan yang tidak kalah mutunya. Para pengajar, pelajar
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya walaupun serba terbatas. Dengan
segala keterbatasan itu memupuk pemimpin-pemimpin nasional yang dapat mengatasi
masa pancaroba seperti rongrongan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sayang
sekali pada akhir era ini pendidikan kemudian dimasuki oleh politik praktis
atau mulai dijadikan kendaraan politik. Pada masa itu dimulai pendidikan
indoktrinasi yaitu menjadikan pendidikan sebagai alat untuk mempertahankan
kekuasaan Orde Lama.
Pada
Orde Lama sudah mulai diadakan ujian-ujian negara yang terpusat dengan sistem
kolonial yang serba ketat tetapi tetap jujur dan mempertahankan kualitas. Hal
ini didukung karena jumlah sekolah belum begitu banyak dan guru-guru yang
ditempa pada zaman kolonial. Pada zaman itu siswa dan guru dituntut disiplin
tinggi. Guru belum berorientasi kepada yang material tetapi kepada yang ideal.
Citra guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang diciptakaan era Orde Baru
sebenarnya telah dikembangkan pada Orde Lama.
Kebijakan
yang diambil pada Orde Lama dalam bidang pendidikan tinggi yaitu mendirikan
universitas di setiap provinsi. Kebijakan ini bertujuan untuk lebih memberikan
kesempatan memperoleh pendidikan tinggi. Pada waktu itu pendidikan tinggi yang
bermutu terdapat di Pulau Jawa seperti UI, IPB, ITB, Gajah Mada, dan UNAIR,
sedangkan di provinsi-provinsi karena kurangnya persiapan dosen dan
keterbatasaan sarana dan prasarana mengakibatkan kemerosotan mutu pendidikan
tinggi mulai terjadi.
3. Era Orde Baru
Dalam
era ini dikenal sebagai era pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan
pendidikan, khususnya pendidikan dasar terjadi suatu loncatan yang sangat
signifikan dengan adanya INPRES Pendidikan Dasar. Tetapi sayang sekali INPRES
Pendidikan Dasar belum ditindaklanjuti dengan peningkatan kualitas tetapi baru
kuantitas. Selain itu sistem ujian negara (EBTANAS) telah berubah menjadi
bumerang yaitu penentuan kelulusan siswa menurut rumus-rumus tertentu. Akhirnya
di tiap-tiap lembaga pendidikan sekolah berusaha untuk meluluskan siswanya
100%. Hal ini berakibat pada suatu pembohongan publik dan dirinya sendiri dalam
masyarakat. Oleh sebab itu era Orde Baru pendidikan telah dijadikan sebagai
indikator palsu mengenai keberhasilan pemerintah dalam pembangunan.
Dalam
era pembangunan nasional selama lima REPELITA yang ditekankan ialah pembangunan
ekonomi sebagai salah satu dari TRILOGI pembangunan. Maka kemerosotan
pendidikan nasional telah berlangsung.
Dari
hasil manipulasi ujian nasional sekolah dasar kemudian meningkat ke sekolah
menengah dan kemudian meningkat ke sekolah menengah tingkat atas dan
selanjutnya berpengaruh pada mutu pendidikan tinggi. Walaupun pada waktu itu
pendidikan tinggi memiliki otonomi dengan mengadakan ujian masuk melalui UMPTN,
tetapi hal tersebut tidak menolong. Pada akhirnya hasil EBTANAS juga dijadikan
indikator penerimaan di perguruan tinggi. Untuk meningkatkan mutu pendidikan
tinggi maka pendidikan tinggi negeri mulai mengadakan penelusuran minat dari
para siswa SMA yang berpotensi. Cara tersebut kemudian diikuti oleh pendidikan
tinggi lainnya.
Di
samping perkembangan pendidikan tinggi dengan usahanya untuk mempertahankan dan
meningkatkan mutunya pada masa Orde Baru muncul gejala yaitu tumbuhnya
perguruan tinggi swasta dalam berbagai bentuk. Hal ini berdampak pada mutu
perguruan semakin menurun walaupun dibentuk KOPERTIS-KOPERTIS sebagai bentuk
birokrasi baru.
4. Era Reformasi
Indonesia
sejak tahun 1998 merupakan era transisi dengan tumbuhnya proses demokrasi.
Demokrasi juga telah memasuki dunia pendidikan nasional antara lain dengan
lahirnya Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam bidang pendidikan bukan lagi merupakan tanggung jawab pemerintah pusat
tetapi diserahkan kepada tanggung jawab pemerintah daerah sebagaimana diatur
dalam Undang – Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, hanya
beberapa fungsi saja yang tetap berada di tangan pemerintah pusat. Perubahan
dari sistem yang sentralisasi ke desentralisasi akan membawa
konsekuensi-konsekuensi yang jauh di dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
Selain
perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi yang membawa banyak perubahan
juga bagaimana untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam menghadapi
persaingan bebas abad ke-21. Kebutuhan ini ditampung dalam Undang-Undang No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta pentingnya tenaga guru dan dosen
sebagai ujung tombak dari reformasi pendidikan nasional.
Sistem
Pendidikan Nasional Era Reformasi yang diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 diuraikan dalam indikator-indikator akan keberhasilan atau kegagalannya,
maka lahirlah Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang kemudian dijelaskan dalam Permendiknas RI.
Di
dalam masyarakat Indonesia dewasa ini muncul banyak kritikan baik dari praktisi
pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan
nasional yang tidak mempunyai arah yang jelas. Dunia pendidikan sekarang ini
bukan merupakan pemersatu bangsa tetapi merupakan suatu ajang pertikaian dan
persemaian manusia-manusiaa yang berdiri sendiri dalam arti yang sempit,
mementingkan diri dan kelompok.
Menurut
H.A.R. Tilaar, hal tersebut disebabkan adanya dua kekuatan besar yaitu kekuatan
politik dan kekuatan ekonomi.
Kekuatan Politik :
Pendidikan
masuk dalam subordinasi dari kekuatan-kekuatan politik praktis, yang berarti
pendidikan telah dimasukkan ke dalam perebutan kekuasaan partai-partai politik,
untuk kepentingan kekuatan golongannya. Pandangan politik ditentukan oleh dua
paradigma yaitu paradigma teknologi dan paradigma ekonomi. Paradigma teknologi
mengedepankan pembangunan fisik yang menjamin kenyaman hidup manusia. Paradigma
ekonomi lebih mengedepankan pencapaian kehidupan modern dalam arti
pemenuhan-pemenuhan kehidupan materiil dan mengesampingkan kebutuhan non
materiil duniawi. Contoh pengembangan dana 20 %.
Kekuatan Ekonomi:
Manusia
Indonesia tidak terlepas dari modernisasi seperti teknologi informasi dan
teknologi komunikasi. Neoliberalisme pendidikan membawa dampak positif dan
negatif. Positifnya yaitu pendidikan menunjang perbaikan hidup dan nilai
negatifnya yaitu mempersempit tujuan pendidikan atas pertimbangan efisiensi,
produksi, dan menghasilkan manusia-manusia yang dapat bersaing, yaitu pada
profit orientit yang mencari keuntungan sebesar-besarnya terhadap investasi
yang dilaksanakan dalam bidang pendidikan.
Demi
mencapai efisiensi dan kualitas pendidikan maka disusunlah beberapa upaya
standardisasi. Untuk usaha tersebut maka muncul konsep-konsep seperti : Ujian
Nasional.
Dalam
menyusun RENSTRA Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005 – 2009 lebih
menekankan pada manajemen dan kepemimpinan bukan masalah pokok yaitu
pengembangan anak Indonesia. Anak Indonesia dijadikan obyek, anak Indonesia
bukan merupakan suatu proses humanisasi atau pemanusiaan. Anak Indonesia
dijadikan alat untuk menggulirkan suatu tujuan ekonomis yaitu pertumbuhan,
keterampilan, penguasaan skil yang dituntut dalam pertumbuhan ekonomi.
2.3.
Pengaruh
Globalisasi bagi Pendidikan Indonesia
Banyak
sekolah di indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan
globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada
sekolah – sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya
bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib
sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga
perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas
internasional.
Globalisasi
pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja
berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga
kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan
diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN,
mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang
siap kerja agar tidak menjadi “budak” di negeri sendiri.
Pendidikan
model ini juga membuat siswa memperoleh keterampilan teknis yang komplit dan
detil, mulai dari bahasa asing, computer, internet sampai tata pergaulan dengan
orang asing dan lain-lain. sisi positif lain dari liberalisasi pendidikan yaitu
adanya kompetisi. Sekolah-sekolah saling berkompetisi meningkatkan kualitas
pendidikannya untuk mencari peserta didik.
Globalisasi
seperti gelombang yang akan menerjang, tidak ada kompromi, kalau kita tidak
siap maka kita akan diterjang, kalau kita tidak mampu maka kita akan menjadi
orang tak berguna dan kita hanya akan jadi penonton saja. Akibatnya banyak
Desakan dari orang tua yang menuntut sekolah menyelenggarakan pendidikan
bertaraf internasional dan desakan dari siswa untuk bisa ikut ujian sertifikasi
internasional.
Sehingga
sekolah yang masih konvensional banyak ditinggalkan siswa dan pada akhirnya
banyak pula yang gulung tikar alias tutup karena tidak mendapatkan siswa.
Implikasinya, muncullah :
1.
Home schooling, yang melayani siswa memenuhi
harapan siswa dan orang tua karena tuntutan global.
2.
Virtual School dan Virtual University.
3.
Munculnya alternatif lain dalam memilih
pendidikan.
4.
Model Cross Border Supply, yaitu
pembelajaran jarak jauh (distance learning), pendidikan maya (virtual education)
yang diadakan oleh Perguruan Tinggi Asing ; contohnya United Kingdom Open
University dan Michigan Virtual University.
5.
Model Consumption Aboard, lembaga
pendidikan suatu negara menjual jasa pendidikan dengan menghadirkan konsumen
dari negara lain; contoh : yaitu hadirnya banyak para pemuda Indonesia menuntut
ilmu membeli jasa pendidikan ke lembaga-lembaga pendidikan ternama yang ada di
luar negeri.
6.
Model Movement of Natural Persons. Dalam
hal ini lembaga pendidikan di suatu negara menjual jasa pendidikan ke konsumen
di negara lain dengan cara mengirimkan personelnya ke negara konsumen.
Contohnya dengan mendatangkan dosen tamu dari luar negeri bekerja sama dengan
perguruan tinggi yang ada di Indonesia (tidak gratis tentunya).
7.
Model Commercial Presence, yaitu
penjualan jasa pendidikan oleh lembaga di suatu negara bagi konsumen yang
berada di negara lain dengan mewajibkan kehadiran secara fisik lembaga penjual
jasa dari negara tersebut.
Persaingan
untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, sehingga dapat
masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan
kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan keterampilan daya
cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah globalisasi pendidikan yang dipadukan
dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Selain itu hendaknya peningkatan
kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia saat
ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang
berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat menikmati
pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja memerlukan biaya yang
cukup besar.
Dalam
dunia pendidikan Indonesia, globalisasi membawa banyak dampak dan efek. Dampak
tersebut tak hanya bersifat positif tapi juga berdampak negatif.
Dampak positif
globalisasi terhadap dunia pendidikan Indonesia, antara lain :
1. Pengajaran Interaktif Multimedia
Kemajuan
teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia
pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang
berbasis teknologi baru seperti internet dan komputer.
Apabila
dulu, guru menulis dengan sebatang kapur, sesekali membuat gambar sederhana
atau menggunakan suara-suara dan sarana sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan
pengetahuan dan informasi.
Sekarang
sudah ada komputer. Sehingga tulisan, film, suara, musik, gambar hidup, dapat
digabungkan menjadi suatu proses komunikasi.
Levie
dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian
tentang belajar melalui stimulus kata, visual dan verbal menyimpulkan bahwa
stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas
seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta
dengan konsep.
2. Perubahan Corak Pendidikan
Mulai
longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi
dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak,
membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan
perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa
perubahan paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi desentralistis.
Sekolah-sekolah atau satuan pendidikan berhak mengatur kurikulumnya sendiri
yang dianggap sesuai dengan karakteristik sekolahnya.
3. Kemudahan Dalam Mengakses Informasi
Dalam
dunia pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi seperti
internet dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan ilmu
pengetahuan serta sharing riset antarsiswa terutama dengan mereka yang
berjauhan tempat tinggalnya.
4. Pembelajaran Berorientasikan Kepada
Siswa
Dulu,
kurikulum terutama didasarkan pada tingkat kemajuan sang guru. Tetapi sekarang,
kurikulum didasarkan pada tingkat kemajuan siswa. KBK yang dicanangkan
pemerintah tahun 2004 merupakan langkah awal pemerintah dalam mengikutsertakan
secara aktif siswa terhadap pelajaran di kelas yang kemudian disusul dengan
KTSP yang didasarkan pada tingkat satuan pendidikan.
Di
dalam kelas, siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar-mengajar. Dulu,
hanya guru yang memegang otoritas kelas. Berpidato di depan kelas. Sedangkan
siswa hanya mendngarkan dan mencatat. Tetapi sekarang siswa berhak
mengungkapkan ide-idenya melalui presentasi. Disamping itu, siswa tidak hanya
bisa menghafal tetapi juga mampu menemukan konsep-konsep, dan fakta sendiri.
Adapun
dampak negatif globalisasi terhadap dunia pendidikan Indonesia, antara lain :
Komersialisasi Pendidikan
Era
globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan
sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait
menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia
pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan
pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan. Salah satu ciri utamanya
ialah semangat menguji murid ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind
dalam karya Dickens. Perusahaan-perusahaan ini harus membuktikan bahwa mereka
memberikan hasil, bukan hanya bagi murid, tapi juga pemegang saham.(John
Micklethwait, 2007:166).
Kasus
kampus UTS tahun 2008 lalu, merupakan bukti nyata kemerosotan nilai-nilai luhur
dalam pendidikan. Gelar dapat diperoleh dengan harga murah. Tanpa harus
mengikuti proses belajar mengajar yang sesuai prosedur. Munculnya
sekolah-sekolah swasta elit yang bersaing menawarkan terobosan-terobosan baru
dalam dunia pendidikan yang kebanyakan hanya sebagai media bisnis. Karena
mereka menyodorkan terobosan dalam dunia pendidikan dengan imbalan uang yang
tak sedikit jumlahnya.
Bahaya Dunia Maya
Dunia
maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat
memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang
berpengaruh negatif bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian,
rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan
seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun,
termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan
melalui internet.
Contohnya,
6 Oktober 2009 lalu diberitakan salah seorang siswi SMA di Jawa Timur pergi
meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki yang dia kenal melalui situs
pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya pada proses belajar mengajar.
Ketergantungan
Mesin-mesin
penggerak globalisasi seperti komputer dan internet dapat menyebabkan kecanduan
pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak
bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.
2.4.
Sikap
yang Harus Dilakukan oleh Masyarakat Indonesia terhadap Globalisasi yang
Berdampak bagi Dunia Pendidikan Indonesia.
Globalisasi
selalu menampakkan dua wajah yang berbeda, yaitu globalisasi yang menampakkan
wajah positif dan dampak negatif. Dampak positif dapat diterima untuk menambah
daftar kekayaan dalam dunia pendidikan Indonesia. Sedangkan untuk dampak
negative, Menolak dan menghindarinya sangatlah tidak mungkin dilakukan, yang
bisa dilakukan adalah mengeliminasi dan mereduksi dampak negative tersebut.
Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi terhadap dunia pendidikan
Indonesia, diperlukan sikap tegas dari masyarakat pendidikan itu sendiri, yaitu
Bagi
Pemerintah
Pemerintah
sebagai pengemban amanat rakyat, dapat bergerak cepat menemukan dan memperbaiki
celah – celah yang dapat menyulut kesenjangan dalam dunia pendidikan. Salah
satunya dengan cara menjadikan pendidikan di Indonesia semakin murah atau
bahkan gratis tapi bukan pendidikan yang murahan tanpa kualitas. Hal ini memang
sudah dimulai di beberapa daerah di Indonesia yang menyediakan sekolah unggulan
berkualitas yang bebas biaya. Namun hal tersebut baru berupa kebijakan regional
di daerah tertentu. Alangkah baiknya jika pemerintah pusat menerapkan kebijakan
tersebut dalam skala nasional . Untuk dapat mewujudkan hal tersebut pemerintah
perlu melakukan pembenahan terutama dalam bidang birokrasi. Korupsi mesti
segera diberantas, karena korupsi merupakan salah satu yang menghancurkan
bangsa ini.
Ide
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Moh. Nuh yang mengingatkan, bahwa dalam
dunia pendidikan tak boleh ada sikap diskriminatif yang disebabkan adanya
perbedaan kaya dengan miskin akibat faktor wilayah kota dan desa sehingga
seseorang kehilangan hak untuk mendapatkan pendidikan. (Kompas.com tanggal 3
November 2009) Perlu diimplentasikan dan dilaksanakan dengan segera, agar hak
setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang layak dapat segera
terwujud, dan dapat mendorong lembaga pendidikan untuk mempertimbangkan
kurikulum maupun metodologi yang tidak banyak mengeluarkan biaya.
Selain
itu membuat standar baru tentang kualitas pendidikan yang tidak saja menyentuh
kemampuan dan kreativitas siswa melainkan juga ongkos sekolah. Kriteria yang
mempersyaratkan kemampuan menampung siswa tidak mampu sekaligus kemampuan untuk
mensejahterakan guru. Sekolah tidak lagi diukur dari kemampuannya mencetak
siswa yang pintar melainkan bagaimana mengajarkan siswa untuk saling bertanggung
jawab dan mempunyai solidaritas tinggi. Standar internasional tentang kemampuan
intelektual tidak akan bisa diraih dengan kondisi struktural yang masih
mengalami persoalan ketimpangan dan kesenjangan sosial. Selain itu
solusi-solusi lain yang dapat dilaksanakan adalah
1. Meningkatkan
mutu SDM terutama Guru dalam penguasaan Bahasa Inggris dan Bahasa Asing lainnya
2. Peningkatan
Mutu Guru dalam penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
3. Peningkatan
Mutu Manajemen sekolah dan Manajemen pelayanan pendidikan
4. Peningkatan
Mutu sarana dan Prasarana
5. Penanaman
nilai-nilai keteladanan
6. Pengembangan
budaya baca dan pembinaan perpustakaan
7. Penelitian
dan pengembangan pendidikan
Bagi
Siswa dan Masyarakat
Menjadikan Pancasila
sebagai acuan, Pancasila selain sebagai landasan ideologi bangsa Indonesia,
juga berperan sebagai filter. Pengaruh-pengaruh dari luar Indonesia, disaring.
Kemudian dikalasifikasikan kedalam dua golongan :
Golongan pertama adalah
golongan yang sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia. Golongan
pertama ini merupakan golongan yang diterima dan dikembangkan, agar benar-benar
sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia.
Golongan kedua adalah
golongan yang tidak sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia.
Sehingga perlu ditindak lanjuti untuk mengurangi bahayanya bagi bangsa
Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini adalah :
Globalisasi merupakan
suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga
tidak tampak lagi adanya batas-batas yang mengikat secara nyata, sehingga sulit
untuk disaring atau dikontrol.
Perkembangan kualitas
pendidikan di Indonesia telah berlangsung dalam empat era yaitu :
1.
Era Kolonial
2.
Era Orde Lama
3.
Era Orde Baru
4.
Era Reformasi
Globalisasi membawa
dampak bagi dunia pendidikan Indonesia, antara lain :
Dampak
positif :
1. Munculnya
berbagai sekolah berbasis International School.
2. Pengajaran
Interaktif Multimedia
3. Perubahan
Corak Pendidikan
4. Kemudahan
Dalam Mengakses Informasi
5. Pembelajaran
Berorientasikan Kepada Siswa
Adapun
dampak negatifnya
1. Maraknya
komersialisasi pendidikan
2. Ketergantungan
3. Bahaya
dunia maya
Adapun sikap yang harus
dilakukan oleh masyarakat untuk menghadapi globalisasi yang berdampak bagi
dunia pendidikan Indonesia antara lain :
a.
Bagi
Pemerintah
1.
Menjadikan pendidikan di Indonesia
semakin murah atau bahkan gratis tapi
bukan pendidikan yang murahan tanpa kualitas sehingga pendidikan
berbasis globalisasi pun bisa dinikmati oleh masyarakat golongan ekonomi rendah.
2.
Pemerintah harus segera memberantas
korupsi
3.
Meningkatkan mutu SDM terutama Guru
dalam penguasaan Bahasa Inggris dan Bahasa Asing lainnya
4.
Peningkatan Mutu Guru dalam penguasaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi
5.
Peningkatan Mutu Manajemen sekolah dan
Manajemen pelayanan pendidikan
6.
Peningkatan Mutu sarana dan Prasarana
7.
Penanaman nilai-nilai keteladanan
8.
Pengembangan budaya baca dan pembinaan
perpustakaan
9.
Penelitian dan pengembangan pendidikan
b.
Bagi
Masyarakat
1.
Menjadikan Pancasila sebagai acuan
2.
Menjadikan pelajaran-pelajaran moral
sebagai pelajaran wajib.
3.2.
Saran
1.
Diharapkan kepada masyarakat pendidikan
Indonesia agar terus bersemangat dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan
Indonesia agar sejalan dengan globalisasi.
2.
Dengan membuat karya tulis seperti ini,
akan memacu kreativitas berpikir, memperluas cakrawala berpikir, dan
meningkatkan minat membaca para siswa.
3.
Kepada seluruh pembaca kiranya
memberikan kritikan yang bersifat membangun sehingga apa yang kita harapkan
dari isi tulisan ini dapat berguna bagi masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
1. http://id.shvoong.com/society-and-news/news-items/2004730-pengertian-globalisasi/
(Diakses Tanggal 18 Desember 2013)
2. http://mustofasmp2.wordpress.com/2011/01/03/pengertian-globalisasi/
(Diakses Tanggal 18 Desember 2013)
3. http://merahputiholic-fa.blogspot.com/2009/12/dampak-globalisasi-terhadap-dunia.html
(Diakses Tanggal 18 Desember 2013)
4. http://hanakristina.wordpress.com/2010/03/29/dampak-globalisasi-dalam-dunia-pendidikan/
(Diakses Tanggal 18 Desember 2013)
5. http://setiadwidani.blogdetik.com/
(Diakses Tanggal 18 Desember 2013)
Comments
Post a Comment