PENYAKIT DALAM MASYARAKAT
PENYAKIT MASYARAKAT
1.
PENGERTIAN
TAHAYUL
Ada kepercayaan
yang sampai kini masih melekat dalam
diri sebagian umat Islam di tanah
air tentang bulan Safar, yaitu bahwa bulan
Safar adalah bulan naas, bulan yang penuh kesialan.
Alasannya,
kata Safar berarti sejenis penyakit di dalam perut,
berbentuk ulat besar yang dapat membunuh.
Kepercayaan ini sebenarnya sudah ada sejak zaman
Jahiliyah.
Ketika itu mereka menganggap
bulan Safar sebagai bulan yang sarat dengan kejelekan. Di samping itu,
mereka juga menganggap Rabu sebagai hari nahas,
terlebih Rabu terakhir setiap bulan.
Kepercayaan atau tahayul ini sebenarnya
sudah dihilangkan oleh Islam. Rosulullah pernah berdebat dengan orang Badui.
“Tidak ada penyakit menular dan tidak ada
kepercayaan pada tahayul,” sabda Nabi Muhammad saw.
Badui berkata, “Lantas, bagaimana dengan unta yang sehat, kemudian sakit setelah didekati
unta yang sakit?”
Nabi menjawab, “Lalu siapa yang menulari unta pertama?”
Perdebatan ini menegaskan, kepercayaan seperti itu tidak
ada dan tidak
dibenarkan adanya menurut pandangan Islam.
Dalam HR Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda, yang artinya: “Tidak ada ‘adwa, thiyarah, hamah, dan safar”.
‘Adwa penularan
penyakit. Thiyarah yaitu
merasa bernasib sial atau meramal
nasib buruk karena melihat burung, binatang lainnya. Hamah maksudnya
burung hantu. Safar adalah bulan
kedua dalam tahun Hijriyah, yaitu bulan sesudah
Muharam.
Islam tidak mengenal adanya hari atau
bulan nahas, celaka, sial, malang dan yang sejenis. Yang ada
hanyalah bahwa setiap hari dan
atau bulan itu baik, bahkan
dikenal hari mulai (Jum’at) dan bulan mulia
(seperti bulan Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah).
Jelas, tahayul tidak ada tempat
dalam Islam dan dalam hati kaum
Muslimin.
Tahayul merupakan bentuk syirik. Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud,
Nabi Saw berkata: "Tiyarah (tahayul) ialah sejenis syirik"
(HR. Tirmizi).
Ketika
belakangan sering terjadi kasus kesurupan
massal, juga individual, orang menyebutnya ”kemasukan setan,
jin, atau makhlus halus”. Ini juga tahayul!
Karena menurut para ahli, kesurupan
adalah fenomena psikologis, tidak ada kaitan sama sekali dengan makhluk halus. Kesurupan adalah semata-mata
fenomena alami yang bisa terjadi pada
manusia dan tidak pandang bulu
di belahan dunia mana pun. Terutama di masyarakat yang tingkat kesulitan dihupnya tinggi.
Fenomena
kesurupan berkaitan dengan masalah stress hidup dan beban
hidup masyarakat. Dalam masyarakat yang penuh ketidakpastian, kesulitan ekonomi yang sangat membebani para korban, dan
ketidak menentuan masa depan, turut
andil bagian dalam memperbesar terjadinya kesurupan.
Pada
kasus anak-anak sekolah, mereka yang terkena rata-rata kehidupan ekonominya susah,
mikirin beban pelajaran, ditambah dengan mikirin buku yang tidak terbeli dan SPP yang belum dibayar otomatis
membuat sang anak menjadi sangat stress dan berusaha untuk
ditahan. Pada puncaknya, jika sang anak tidak mampu
untuk menahan ini, maka akan meledak dan terjadilah kesurupan.
Kesurupan adalah fenomena biasa dalam dunia psikologi
dan fisiologi.
Apa yang terjadi
pada mereka hanyalah masalah psikis yang disebut trance
disorder. Orang yang mengalami
hal ini akan bisa spontan teriak-teriak dan bahkan berkata-kata
yang tidak biasanya di lakukan. Ini disebut
dengan munculnya sifat ganda, karena
pada dasarnya setiap orang mempunyai
karakter lebih dari satu.
Dalam
keadaan trance, seseorang akan memcunculkan
karakter yang lain yang biasanya
tidak ditampakkan. Singkatnya, fenomena trance alias kesurupan ini bukanlah hal
aneh dan perlu dimistifikasi. Ini adalah fenomena alam biasa, yang disebabkan oleh tekanan jiwa.
2.
PENGERTIAN
BID’AH
Bid’ah adalah suatu amalan yang diada-adakan atau menambah amalan dalam ritual ibadah, padahal tidak dicontohkan
oleh Rosulullah Saw.
Secara bahasa, bid'ah artinya penciptaan atau inovasi yang sebelumnya belum pernah ada.
Maka semua penciptaan dan inovasi dalam
ritual agama (ibadah mahdhah),
yang tidak pernah ada pada zaman
Rasulullah, disebut bid'ah.
“Hati-hatilah kalian terhadap perkara yang diada-adakan, karena setiap perkara
baru itu bid’ah. Dan setiap kebid’ahan adalah sesat, dan
setiap kesesatan tempatnya di neraka”
(HR. Baihaqy, An Nasai)
“Barang siapa melakukan
suatu amalan (dalam agama) yang tidak ada perintahnya dari kami maka
amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim).
“Barangsiapa yang mengada-adakan hal baru dalam
urusan kami ini (agama) padahal bukan dari bagiannya
maka ia tertolak.”
(HR. Bukhari dan
Muslim).
Secara bahasa bid’ah adalah sesuatu
yang diada-adakan tanpa ada contoh sebelumya.
Secara istilah (syariat) adalah sebagaimana perkataan Imam Asy-Syatibi, “Bid’ah adalah suatu cara yang diada-adakan di dalam agama yang menyerupai agama dengan tujuan untuk berlebih-lebihan
dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.”
Bukan termasuk bid’ah jika sesuatu
itu diada-adakan di luar agama (ibadah mahdhah) untuk kemaslahatan dunia, seperti pengadaan teknologi dalam transportasi, industri, atau yang lainnya.
Imam Malik berkata: "Barang siapa melakukan
inovasi dalam agama Islam dengan sebuah amalan
baru dan menganggapnya itu baik, maka sesungguhnya
ia telah menuduh Muhammad Saw menyembunyikan
risalah, karena Allah Swt menegaskan dalam Surah Al-Maidah:3, yang artinya, "Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu".
Bid’ah juga terjadi dalam bidang
akidah.
Syekh Yusuf Qardadhawi dalam bukunya, Fiqih Prioritas, menyatakan, keyakinan yang bertentangan dengan kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah
Saw dan ajaran yang terdapat di dalam
Kitab Allah disebut bid'ah dalam akidah (al-bid'ah al-i'tiqadiyyah).
Bid’ah mengingkari kesempurnaan Islam.
Islam sudah mengatur
berbagai sisi kehidupan manusia, mulai dari hal-hal
besar seperti mengurus negara sampai hal-hal yang dianggap sebelah mata oleh manusia
seperti tatacara buang hajat. Tidak hanya kaum muslimin
saja yang mengakuinya, bahkan orang kafir
pun mengakui kesempurnaaan
Islam tersebut.
Salah satu bahaya bid’ah adalah
pelakunya tidak sadar bahwa dirinya
telah berbuat dosa dengan perbuatan
bid’ahnya, bahkan menyangka telah berbuat amal yang saleh.
3.
PENGERTIAN
KHURAFAT
Sumber
khurafat (ejaan lama: churafat) adalah dinamisme dan animisme.
Dinamisme adalah kepercayaan adanya kekuatan dalam diri manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda, dan kata-kata. Sedangkan Animisme adalah kepercayaan adanya jiwa dan ruh
yang dapat mempengaruhi alam manusia
Khurafat
diartikan sebagai cerita-cerita yang mempesonakan
yang dicampuradukkan dengan
perkara dusta, atau semua cerita
rekaan atau khayalan, ajaran-ajaran, pantangan, adat-istiadat, ramalan-ramalan, pemujaan atau kepercayaan yang menyimpang dari ajaran Islam
Khurafat adalah bid’ah dalam bidang
akidah, yakni kepercayaan atau keyakinan kepada sesuatu perkara yang menyalahi ajaran Islam.
Misalnya, meyakini kuburan orang saleh
dapat memberikan berkah, memuja atau memohon kepada
makhluk halus (jin), meyakini
sebuah benda –tongkat, keris, batu, dll.—memikiki kekuatan ghaib yang bisa diandalkan, dan sebagainya.
Khurafat adalah budaya masyarakat Jahiliyah. Di antara khurafat
mereka ialah mempercayai kepada arah burung yang berterbangan, memberi kesan kepada nasib
mereka. Masyarakat Jahiliah percaya, jika burung hantu
menghinggapi dan berbunyi di atas
sesebuah rumah, maka artinya salah
seorang dari penghuni rumah itu akan
meninggal dunia. Kepercayaan sebegini mengakibatkan penghuni rumah akan
berdukacita.
4.
SYIRIK
Syirik adaah perbuatan menyekutukan Allah atau bisa juga
diartikan mempercayai/menyembah/meminta selain kepada Allah swt. Sedangkan musyirik
adalah orang yang melakukan syirik. Dalam Al-Quran maupun dalam Hadits
dinyatakan bahwa syirik merupakan salah satu dari
dosa besar dan merupakan dosa
yang paling besar, karena syirik ini merupakan
tindakan pelanggaran terhadap prinsip dan ketentuan-ketentuan akidah Islam. Baca : Pengertian AL Quran
Ajaran
akidah atau tauhid (meng-Esa-kan Allah) dalam Islam itu tidak boleh berbelok-belok
atau bergeser seujung rambut pun, sebab ia tidak
saja merupakan pintu gerbang Islam, tetapi lebih dari
itu, akidah juga merupakan sesuatu prinsip dalam Islam, suatu prinsip yang menjadi jiwa atau roh
agama Islam itu sendiri sepanjang masa. Karena itu menurut
Abul A'la Al-Maududi "Tahuid is the
bedrock of Islam, its foundation and its essence" (Tauhid
adalah urat akan Islam, dasarnya
dan intisarinya).
Comments
Post a Comment