CLICK HERE

Wednesday, October 11, 2017

MAKALAH / LAPORAN PENELITIAN CABAI RAWIT

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A.    Latar Belakang

Cabai rawit merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi disebabkan karena rasa pedas dan kandungan karotenoidnya. Di Indonesia tingkat konsumsi masyarakat per kapita terhadap cabai cukup tinggi, demikian pula cabaipun dibutuhkan pada beberapa industri .

Melihat kebutuhan cabai rawit tiap tahunnya meningkat sehubungan dengan beragam dan variasi jenis masakan di Indonesia meningkat yang menggunakan bahan asal cabai, mulai dari kebutuhan rumah tangga, permintaan pasar, bahkan sampai pada kebutuhan ekspor luar negri. Maka dari itu perlu diadakan teknik budidaya untuk peningkatan produksi dan mutu hasil tanaman cabai .

Untuk mendapatkan produksi yang maksimal tanaman cabai harus dilengkapi dengan pemberian unsur hara yang cukup dan tepat. Salah satu unsur hara yang esensial adalah nitrogen yang tergabung dalam unsur hara makro yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan vegetatif tumbuhan cabai. Pemberian pupuk pada tanaman cabai rawit sangat banyak pengaruhnya terhadap pertumbuhannya, dan ini yang akan kami bahas dalam makalah ini.

 

B.     Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1.      Jelaskan klasifikasi dari tumbuhan cabai rawit!

2.      Jelaskan morfologi dari tumbuhan cabai rawit !

3.      Bagaimana pertumbuhan cabai rawit yang dipengaruhi pupuk ?

 

C.    Kerangka Teori

Medium atau tempat tumbuhan suatu tanaman adalah tanah begitu juga halnya dengan mahluk hidup lainnya seperti manusia dan hewan. Tanah merupakan bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik lainya. Partikel-partikel mineral ini sangat penting bagi kesuburan tanah untuk dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan tumbuhan agar dapat tumbuh dengan baik dan dapat melengkapi siklus hidupnya. Pertumbuhan tanaman Cabai rawit  sangat dipengaruhi oleh adanya unsur hara yang terdapat di dalam pupuk kandang, tanpa unsur hara pertumbuhan tanaman cabai rawit akan mengalami hambatan. Dalam penelitian ini, bahan yang digunakan adalah tanaman Cabai Rawit yang diletakakan atau ditanam dalam polybag / wadahnya dengan konsentrasi pupuk kandang (organic). Dengan harapan pertumbuhan dan perkembangan pada Cabai Rawit  akan lebih cepat terjadi terkait dengan ketersediaan unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang lebih kompleks.

 

D.    Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan yang bersifat sementara yang mungkin benar atau mungkin juga salah (Arikunto dalam Nurul Wahidah, 2009 : 21). Dari rumusan masalah  dan kerangka teori, maka hipotesis yang didapat yaitu :

1)      Adanya pengaruh dosis pupuk N terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

2)      Adanya pengaruh dosis pupuk P terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

3)      Adanya interaksi antara pupuk N dan pupuk P terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit.

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

 

A.    Klasifikasi Tumbuhan

“Cabe rawit dapat ditanam baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, pada musim kemarau maupun musim pemnghujan. Tanah yang cocok untuk tanaman ini dalah tanah yang subur gembur cukup mengandung humus dan tersedianya saluran pembuangan air yang baik.” (Sugeng, 1981:92).

Kingdom               : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom          : Tracheobionta (tumbuhan erpembuluh)

Divis                      : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi               : Angiospermae (biji berada dalam buah dan berbunga)

Kelas                     : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas              : Asteridae

Ordo (bangsa)       : Corolliforea / Solanales

Famili (suku)         : Solanaceae ( suku terung-terungan )

Genus (marga)       : Capsium

Spesies                  : Capsium frustescens L.

 

B.     Morfologi Tumbuhan

1.      Akar

Perakaran cabai rawit terdiri atas akar tunggang yang tumbuh lurus ke pusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke samping. Perakaran tanaman tidak dalam sehingga tanaman hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, porous (mudah menyerap air) dan subur.

2.      Batang

Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur yang keras dan berkayu, berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus dan bercabang banyak. Batang utama tumbuh tegak dan kuat. Percabangan terbentuk setelah batang tanaman mencapai ketinggian berkisar antara 30-45 cm. cabang tanaman beruas-ruas, setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas (cabang).

3.      Daun

Daun berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata (tidak bergerigi/berlekuk) ukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan daun tanaman cabai besar. Daun merupakan daun tunggal dengan kedudukan agak mendatar, memiliki tulang daun menyirip dan tangkai tunggal yang melekat pada batang/cabang. Jumlah daun cukup banyak sehingga tanaman tampak rimbun.

4.      Bunga

Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang berbentuk bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun dengan mahkota bunga berwarna putih. Penyerbukan bunga termasuk penyerbukan sendiri (self pollinated crop), namun dapat juga terjadi secara silang, dengan keberhasilan sekitar 56%.

5.      Buah

Buah cabai rawit akan terbentuk stelah terjadi penyerbukan. Buah memiliki keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna dan rasa buah. Buah cabai rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing/berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi, menurut jenisnya cabai rawit yang kecil-kecil memiliki ukuran panjang antara  2-2,5 cm dan lebar 5 mm. sedangkan cabai rawit yang agak besar memiliki ukuran yang mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12 mm.

Warna buah cabai rawit bervariasi buah muda berwarna hijau/putih sedangkan buah yang telah masak  berwarna merah menyala/merah jingga (merah agak kuning) pada waktu masih muda, rasa buah cabai rawit kurang pedas, tetapi setelah masak menjadi pedas.

6.      Biji

Biji cabai rawit berwarna putih kekuningan-kuningan, berbentuk bulat pipih, tersusun berkelompok (bergerombol) dan saling melekat pada empulur. Ukuran biji cabai rawit lebih kecil dibandingkan dengan biji cabai besar. Biji-biji ini dapat digunakan dalam perbanyakan tanaman (perkembangbiakan).

C.    Kandungan Gizi Tumbuhan Cabai Rawit

Cabai rawit mengandung banyak vitamin dan mineral.100 g cabai rawit menyumbangkan kebutuhan asupan gizi harian yang direkomendasikan. Berikut ini ditunjukkan dalam % :

§  Vitamin C, 240% dari asupan harian yang disarankan

§  Vitamin B6, 39% dari asupan harian yang disarankan

§  Vitamin A, 32% dari asupan harian yang disarankan

§  Vitamin E, 4,5 dari asupan harian yang disarankan

§  Vitamin K, 11,5% dari asupan harian yang disarankan

§  Zat besi13% dari asupan harian yang disarankan

§  Tembaga 14% dari asupan harian yang disarankan

§  Kalium 7% dari asupan harian yang disarankan

Selain itu, juga memberikan beberapa mineral penting lain dalam jumlah yang cukup baik, yaitu magnesium, mangan, fosfor, selenium, zinc. Selain itu masih ditambah dengen beberapa fitonutrisi, yaitu betakaroten, alfakaroten, zea xanthin, lutein, dan betakriptosantin.

D.    Manfaat Tumbuhan Cabai Rawit

a.       Mengurangi resiko seseorang terkena kanker.Menurut sebuah penelitian di laboratorium inggris, kandungan capsaicin pada cabe yang menimbulkan rasa pedas mampu membunuh sel kanker tanpa merusak sel normal apabila dikonsumsi secara rutin.

b.      Seperti kebanyakan orang memakan gorengan (mengandung Kolesterol) mereka memakan dengan tambahan cabe kare di percaya cabe dapat mengurangi kolesterol, jadi di saat kolesterol kita menambah, saat itu juga kolesterol kita berkurang. Dengan memakan cabe maka akan membakar kalori. kemampuan cabe dalam membakar kalori Sekitar 25% kalori dalam tubuh kita bisa terbakar dengan mengkonsumsi cabe. Begitulah,,,Mungkin banyak yang belum tau tetapi nenek moyang mengajarkan cara yang benar, walapun itu berjalan dengan sendirinya karena tidak ada yang mengajarkan makan gorengan dengan cabe, dan masih banyak manfaat cabe yang lain,

c.       Cabe juga dapat meningkatkan nafsu makan seseorang. Dengan mengkonsumsi cabe, nafsu makan seseorang bisa meningkat dikarenakan adanya zat capsaicin yang mampu merangsang produksi hormon endophrin.

d.      Cabe dapat digunakan untuk mengatasi masalah ketidaksuburan, afrodiask, dan memperlambat penuaan. Hal ini dikarenakan adanya kandungan zat antioksidan yaitu vitamin C dan betakaroten pada cabe.

e.       Cabe juga bisa mengurangi resiko seseorang terserang stroke, penyumbatan pembuluh darah, impotensi, dan jantung koroner.

E.     Pertumbuhan Cabai Rawit yang Dipengaruhi Oleh Pupuk

Tanaman cabai rawit  merupakan salah satu komoditi yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat Indonesia. Hampir di seluruh daerah di nusantara, selalu ada cabai dalam kuliner khasnya. Hal ini tentunya berdampak pada tingginya permintaan cabai di negeri ini. Oleh karena itu, muncullah inovasi-inovasi agar permintaan tersebut dapat terpenuhi.

Salah satu upaya yang dilakukan agar hasil panen cabai rawit dapat lebih maksimal adalah dengan pemakaian pupuk anorganik, pupuk organik, pupuk campuran, serta penggunaan tanaman antagonis. Tanaman antagonis ini adalah tanaman yang digunakan sebagai penghalau keberadaan hama seperti serangga maupun ulat. Beberapa jenis tanaman yang bisa menjadi tanaman antagonis adalah kenikir, kemangi, dan tembakau. Tanaman-tanaman ini memiliki aroma yang sangat menyengat yang dapat menarik sex formon serangga sehingga tanaman yang berpadu dengannya aman dari telur-telur serangga seperti kupu-kupu yang nantinya bisa menjadi ulat. Tetapi peletakkan tenaman antagonis ini harus dipisahkan atau dikucilkan. Jangan terlalu dekat dengan tanaman inti karena hal ini dapat menyebabkan tingginya angka kelembapan udara di sekitar tanaman inti yang bisa memicu timbulnya penyakit antrak atau pathek.

Penyakit juga merupakan salah satu hal yang bisa mengganggu tanaman cabai, selain hama. Hama dan penyakit bisa menyerang pada fase vegetatif maupun generatif. Pada fase vegetatif, hama yang menyerang adalah kutu hijau (Myzus persicae Sulz). Hama ini dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan daunnya mengkerut. Tetapi, kutu hijau ini akan berkurang saat hujan karena mereka tidak kuat dengan pukulan-pukulan air hujan yang mengenai tubuh mereka. Sementara itu, di fase generatif muncul penyakit antrak atau pathek yang disebabkan Colletotricum casici yang ditandai dengan bercak pada cabai, buah kehitaman, dan membusuk. Penyakit ini terjadi karena kelembapan yang meningkat. Perbedaan perlakuan (penggunaan pupuk dan tanaman antagonis) ternyata juga tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap timbulnya hama.

Sementara bagi tanaman cabai rawit yang diberi pupuk anorganik, batangnya lebih tinggi dan jumlah cabangnya banyak. Kandungan nitrogen di dalam pupuk anorganik juga lebih tinggi. Nitrogen berfungsi untuk memperpanjang dan memperbesar sel. Selain itu, pada saat penanaman, sebaiknya bagian tengah media vertikulur secara vertikal dibuatkan lubang sepanjang 60 cm dengan diameter 2 inchi serta diberi sekam agar sistem pengairan dan distribusi hara lancar sehingga penyerapan hara oleh tanaman akan rata.

Setelah dilakukan penelitian, cabai yang diberi pupuk anorganik menghasilkan buah yang lebih besar, berat, dan panjang. Kadar airnya cukup tinggi pula dan akibatnya jadi lebih berat. Tetapi perbedaan antarcabai tidak terlalu mencolok. Tidak hanya pada berat cabai, tanaman cabai berpupuk anorganik juga dapat menghasilkan jumlah buah yang lebih banyak, diikuti oleh cabai berpupuk campuran (anorganik dan organik cair) dan terakhir berpupuk organik cair.

Dengan perbedaan yang tidak terlalu jauh itu, penggunaan pupuk organik dinilai lebih hemat dari segi pembiayaan dan dapat mengurangi potensi degradasi lahan. Pupuk organik juga berfungsi untuk memperbaiki kondisi fisik tanah yaitu kegemburan tanah sehingga perakaran tanaman menjadi baik untuk penyerapan hara. Di dalam pupuk organik terdapat zat-zat seperti nirogen, fosfat, kalium, sulfur (NPK dan ZA), dan pupuk hayati. Nitrogen berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan dan merangsang pertumbuhan vegetatif seperti daun. Fosfor digunakan untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman serta merangsang pertumbuhan dan pembuahan. Kalium  berguna pada proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, enzim, dan mineral termasuk dari air. Kalium sangat berpengaruh dalam pembentukan buah karena berfungsi untuk mengangkut karbohidrat, katalisator dalam pembentukan protein, meningkatkan karbohidrat dan gula dalam buah, membuat biji tanaman menjadi lebih berisi dan padat, serta bentuk dan warna buah lebih baik. Kalium pun sangat mobile dalam tanaman baik dalam sel, jaringan tanaman, maupun xylem dan floem. Sedangkan sulfur berperan dalam pembentukan asam amino dan pertumbuhan tunas. Di samping itu, masih ada pupuk hayati yang mampu membangkitkan kehidupan tanah secara mikrobiologi. Penerapan pupuk hayati ini biasa disebut sebagai biofertilizer.

Teknologi biofertilizer sangat bergantung kepada mikroba-mikroba yang ada dalam pupuk hayati. Bila pupuk hayati terlalu banyak, jumlah mikroba yang akan berkembang pun akan banyak. Hal ini membuat kompetisi antarsesama mikroba untuk mendapatkan makanan, oksigen, dan air. Dengan demikian, mikroba-mikroba itu akan mudah mati karena kekurangan pemenuh kebutuhan mereka. Bila ini terjadi, maka produktivitas tanaman cabai pun akan ikut menurun. Tempat tumbuh mikroba haruslah bisa memberi makanan yang cukup, air, oksigen, serta suhu yang tidak terlalu panas. Biasanya tempat yang cocok untuk mikroba adalah tanah lembab dan subur.

Mikroba-mikroba ini mampu menggantikan peran zat-zat kimia dari pupuk anorganik. Seperti Azotobacter sp., dan Azospirilium sp., yang mampu menambat nitrogen serta menghasilkan zat pengatur tumbuh dan hormon auksin. Auksin sangat penting bagi tanaman cabai. Karena perkembangan buah dipengaruhi oleh pembentukan auksin pada biji-biji yang sedang berkembang dan bagian-bagian lain pada buah yang berfungsi untuk menyuplai cadangan makanan guna meningkatkan perkembangan buah.

Salah satu contoh pupuk hayati adalah pupuk hayati produksi PT Petrokimia Gresik yang mengandung Azosprillam sp., Azotobacter sp., Aspergillus sp., Pseudomonas sp., Penicilium sp., dan Steptomyces sp. yang berpotensi memacu pertumbuhan tanaman sebagai penghasil hormon pertumbuhan dan penambat N2 di udara. Aspergillus sp., Pseudomonas sp., dan Penicilium sp. berfungsi sebagai pelarut fosfat dan perombak bahan organik. Mikroba pelarut fosfat pada umumnya mampu melarutkan kalium yang terdapat dalam mineral tanah. Sedangkan Steptomyces sp., mampu melarutkan kalium. Dengan demikian, maka penggunaan pupuk kimia bisa semakin ditekan.

Selain dengan pupuk hayati, guna tercapai keefektifan produksi cabai maka dikembangkan pula varietas-varietas cabai unggulan. Salah satunya adalah cabai jenis Baskhara. Varietas ini perkembangannya cepat sehingga cepat pula untuk bisa dipanen, mudah beradaptasi di dataran tinggi maupun rendah, produktivitasnya tinggi, buahnya banyak, perawatan mudah, umur panjang, tahan di berbagai musim, ukuran buah besar panjangnya bisa mencapai sekitar 6 cm dengan diameter 0,7 cm. Keunggulan cabai bisa tercermin dari sifat morfologinya, produksi buah yang tinggi, respons terhadap pemupukan, serta resisten dari hama dan penyakit. Varietas cabai yang sesuai dengan lingkungan akan menghasilkan buah yang banyak. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi produksi cabai tersebut tidak bisa tercapai.

Berdasarkan dua penelitian dalam jurnal tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada beda signifikan antara hasil cabai yang menggunakan pupuk hayati dan anorganik. Tetapi penggunaan pupuk hayati dan tanaman antagonis lebih ekonomis dan aman untuk lingkungan. Hal ini bukan berarti bahwa pupuk anorganik sama sekali tidak boleh digunakan. Sebagaimana penggunaan pupuk hayati, pemakaian pupuk harus dengan dosis yang pas. Bila berlebihan maka tanah akan rusak karena unsur hara terserap dengan cepat sehingga tanah menjadi miskin hara. Sedangkan bila terlalu sedikit, tanaman juga akan kekurangan makanan kimiawi yang mengakibatkan berkurangnya unsur hara untuk pertumbuhannya. Sementara itu, kadar pemberian pupuk hayati yang pas terhadap peningkatan produksi cabai adalah pada kisaran 50-100 kg/ha. Di samping dengan menggunakan pupuk hayati, penggunaan bibit dengan varietas unggul dapat lebih efisien dalam sisi ekonomi dan potensi panennya pun lebih baik.

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

 

A.    Kesimpulan

1)      Pertumbuhan tanaman cabai yang telah diteliti ini ternyata lama pertumbuhannya berbeda-beda .

2)      Ada perbedaan antara yang menggunakan pupuk organik dan yang menggunakan pupuk anorganik.

3)      Penggunaan pupuk kandang lebih ekonomis dan aman untuk lingkungan

4)      Bila berlebihan maka tanah akan rusak karena unsur hara terserap dengan cepat sehingga tanah menjadi miskin hara. Sedangkan bila terlalu sedikit, tanaman juga akan kekurangan makanan kimiawi yang mengakibatkan berkurangnya unsur hara untuk pertumbuhannya

 

B.     Saran

1)      Kepada petani, khususnya petani cabe rawit sebaiknya menggunakan pupuk organik untuk mempercepat pertumbuhan tanaman cabe rawit.

2)      Sebaiknya pupuk yang digunakan sebagai campuran media tanam dalam keadaan kering dan halus (telah disaring) begitu pula tanah dan pasir. Supaya dalam pencampurannya dapat merata.

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

 

Dengan segala kerendahan dan  keikhlasan hati, Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah diberikan sehingga penyusunan makalah tentang “Pertumbuhan Cabai Rawit yang dipengaruhi oleh Pupuk” ini dapat  terselesaikan.

Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada baginda Nabi kita Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya, dan Semoga syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini.

Setitik harapan dari kami sebagai penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penyusun miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

 

 

Banjarsari,   Mei 2016

 

Penulis

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

 

 

KATA PENGANTAR ..................................................................................    i

DAFTAR ISI..................................................................................................    ii

 

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................    1

A.      Latar Belakang ..................................................................................    1 

B.       Rumusan Masalah  .............................................................................    1

C.       Kerangka Teori...................................................................................    1

D.      Hipotesis ............................................................................................    2

 

BAB II PTINJAUAN PUSTAKA................................................................    3

A.      Klasifikasi Tumbuhan Cabai Rawit....................................................    3

B.       Morfologi Tumbuhan Cabai Rawit.....................................................    3

C.       Kandungan Gizi Tumbuhan Cabai Rawit .........................................    4

D.      Manfaat Tumbuhan Cabai Rawit ......................................................    5

E.       Pertumbuhan Cabai Rawit yang Dipengaruhi oleh Pupuk ................    5

 

BAB III PENUTUP ......................................................................................   9

A.      Kesimpulan.........................................................................................   9

B.       Saran ..................................................................................................   9

 

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................   10

 

 

No comments:

Post a Comment