CLICK HERE

Tuesday, February 22, 2022

KERAGAMAN INDONESIA DALAM BHINEKA TUNGGAL IKA PROVINSI SULAWESI SELATAN

 

KERAGAMAN INDONESIA DALAM BHINEKA TUNGGAL IKA

PROVINSI SULAWESI SELATAN

 

A.    RUMAH ADAT

Tongkonan

Rumah adat ini milik suku Toraja. Tongkonan adalah yang paling menonjol dari semua rumah adat yang ada di Sulawesi Selatan. Karakteristik konstruksi bangunannya berbeda. Karena selain untuk tempat tinggal, Tongkonan juga dijadikan sebagai tempat upacara untuk perkawinan atau kematian.

Tongkonan berdiri di atas tumpukan kayu dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Setiap guratan ukiran pada kayu ternyata memiliki nilai magis bagi pemiliknya. Bentuknya terlihat seperti rumah panggung yang dilapisi ijuk hitam yang melengkung, bak perahu yang terbalik. Sementara di depannya terdapat tanduk kerbau. Semakin banyak tanduk, maka semakin menonjolkan kasta si pemilik Tongkonan.


Langkanae

Langkanae adalah rumah adat suku Luwuk. Dulunya merupakan rumah dari para Raja-raja Luwu. Keunikan Langkanae karena dibangun dengan 88 tiang berbahan utama kayu. Ukuran atapnya juga lebih besar dibandingkan badan rumah. Rumah adat ini terdiri dari 3 ruangan dengan fungsi yang berbeda-beda. Setiap ornamennya menjadi pembeda untuk setiap kelas sosial.

Ruangan pertama diberi nama tudang sipulung dengan ukuran luas untuk menampung tamu. Kemudian, ruang tengah sebagai tempat privasi keluarga dan beristirahat. Pada ruang ketiga atau ruang belakang, terdiri dari dua kamar dengan ukuran kecil.

Ornamen rumah adat Luwuk juga disebut dengan bunga prengreng. Bunga ini melambangkan filosofi hidup yang menjalar sulur. Artinya hidup tidak terputus-putus.


B.    MAKANAN KHAS

Coto Makassar

Makanan satu ini adalah menu pertama yang wajib Anda makan saat berada di Makassar. Coto Makassar atau Coto mangkasara adalah makanan khas Sulawesi Selatan yanh paling terkenal. Coto Makassar dimasak dari jeroan sapi yang direbus lama.

Kuahnya berpadu dengan irisan daging sapi kemudian dibumbui dengan racikan khusus. Coto Makassar disajikan dalam mangkuk bersama ketupat dan buras. Kuahnya yang segar bisa ditambahkan dengan sambal yang pedas.


Sup Konro

Sup konro merupakan olahan sup iga sapi khas dari Bugis dan Makassar. Sup ini terdiri dari iga sapi dan daging sapi yang dimasak khusus. Kuah supnya berwarna coklat kehitaman cocok disantap bersama birasa dan ketupat. Cita rasa pedas berasal dari rempah-rempah, seperti ketumbar, keluwak, pala, kunyit, kencur, daun jeruk, salam, cengkeh, dan kayu manis. Benar-benar sup beraroma rempah yang menyehatkan.


C.    TARIAN

Tari Kipas Pakarena

Tari Kipas Pakarena merupakan salah satu tari adat tradisional Sulawesi Selatan. Tari Kipas Pakarena ini sering sekali dipentaskan untuk mempromosikan pariwisata Sulawesi Selatan.

Menurut bahasa setempat, Pakarena berasarl dari kata karena yang  memiliki arti main. Tari Kipas Pakarena ini sudah ada dan menjadi tradisi sejak Kerajaan Gowa.

Belum diketahui bagaimana sejarah tarian ini. Namun menurut legenda, Pakarena ini berasal dari kisah perpisahan dari negeri khayangan dengan penghuni bumi.

Sebelum berpisah, penghuni bumi diajarkan cara hidup seperti cocok tanam,berburu hingga beternak, melalui gerakan yang diajarkan.

Kemudian gerakan-gerakan itu menjadi suatu ritual untuk syukur pada penghuni khayangan. Dalam gerakan tari ini, menggambarkan perempuan Gowa yang patuh dan setia terhadap sumai dan laki-laki.

Setiap pola gerakan juga memiliki makna sendiri. misalnya seperti gerakan yang berputar searah jarum jam, mencerminkan siklus hidup dari manusia.


Tari Pattenung

Tari Pattenung ini adalah tarian yang mempresentasikan atau menggambarkan perempuan yang sedang menenung benang lalu perlahan menjadi kain.

Filosofi tari adat tradisional Sulawesi Selatan ini bermakna kesabaran dan keuletan dan kegigihan perempuan.

Tari Pattenung dalam pertunjukan atau pentasnya menggunakan pakaian adat Sulawesi Selatan yang berupa baju bodo panjang, sarung, curak lakba dan berbagai hiasan seperti rante ma’bule dan hiasan bangkara.

Tari Pattenung diiringi oleh iringan musik instrument tradisional seperti suling dan gendang.


D.    ADAT ISTIADAT

Sisemba

Sisemba merupakan permainan adu kaki yang gelar saat perayaan panen raya, di lapangan atau tempat terbuka, mempertemukan dua kubu yang berasal dari dua desa yang bersebelahan. Permainan ini di lakukan oleh anak-anak maupun orang dewasa.


Mappalili

Mappalili adalah upacara mengawali musim tanam padi di sawah tiba. Ritual ini di jalankan  oleh para pendeta Bugis Kuno yang dikenal dengan sebutan bissu. Upacara ini di lakukan oleh kumunitas bissu yang ada  di wilayah Kabupaten Bone, Pangkap, Soppeng, dan Wajo.


E.    SUKU

Suku Bugis

Bugis merupakan suku terbesar di Sulawesi Selatan (Sulsel). Suku ini masuk golongan Suku Deutero-Melayu. Wilayah utama Suku Bugis di Sulsel adalah Barru, Sidrap Pinrang, Parepare, Soppeng, Bone, Wajo. dan Palopo.

Banyaknya Suku Bugis tersebar di Indonesia karena orang-orang Bugis bekerja sebagai nelayan dan pedagang. Orang yang merantau biasanya bekerja sebagai pedagang.

Selain itu, mereka menyebar hingga ke luar negeri karena invansi Kerajaan Gowa terhadap kerajaan-kerajaan Bugis.

Suku Bugis juga mempunyai bahasa sendiri. Bahasanya dilengkapi huruf sendiri dengan sebutan lontara.

Logat bahasa bugis di setiap daerah berbeda, ada yang halus dan kasar. Tokoh Indonesia yang berasal dari bugis adalah BJ Habibie dan Jusuf Kalla.


Suku Makassar

Makassar merupakan suku terbesar kedua di Sulsel setelah Suku Bugis. Suku ini merupakan etnis yang mendiami pesisir selatan Pulau Sulawesi meliputi Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Maros, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Selayar, dan lain-lain.

Orang-orang suku Makassar dikenal dengan panggilan Daeng. Suku ini juga mempunyai sejarah panjang. Dalam catatan sejarah yang tertulis dalam lontar, suku ini sudah menguasai Sulawesi sejak abad ke-16.

Suku Makassar dikenal sebagai pelaut ulung. Berkat kekuatan laut yang dimiliki, mereka mampu menyatukan daerah-daerah seperti Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Timur Lesta, dan Maluku dalam satu kekuasaan Kesultanan Goa.

No comments:

Post a Comment