CERPEN : Cahaya Di Malam Hari
Cahaya di Malam Hari
Di
suatu malam Minggu, seorang bunda menyuruh anaknya untuk naik
ke atas tempat
tidur. Namun, anaknya itu susah
untuk diperintah. Ia selalu
saja tidak menghiraukan omongan bundanya.
“Cahaya, untuk yang kesekian kalinya bunda bicara.
Tolong naik ke tempat
tidur, sayang!” pinta Bunda lembut.
“Aaah, bunda ini.
Film-nya kan
masih bagus. Aku benci bunda!” teriak
Cahaya.
“Huss,
Cahaya tak boleh bicara seperti
itu! Bunda yang telah melahirkan Cahaya. Seharusnya Cahaya senang punya bunda yang memperhatikan Cahaya.” Nasihat Ayah.
Bunda hanya menatap Cahaya
pasrah dan masuk ke kamarnya.
“Tuh kan Cahaya.
Bunda marah. Sana cepat minta maaf pada
bunda!” pinta Ayah sambil melanjutkan membaca koran.
“Habis, acaranya masih seru, tetapi
bunda malah menyuruhku tidur.
Aku jadi kesal. Pokoknya Cahaya gak mau
minta maaf!” teriak Cahaya. Cahaya segera memasuki kamarnya.
Maklum,
anak kecil masih kelas 1 SD belum tahu apa-apa.. batin
ayah.
Sampai di kamar, Cahaya langsung
memeluk Snoopy. Boneka kesayangannya berbentuk anjing kecil bewarna
putih. “Huh, bunda ini. Padahal kan
acaranya masih seru. Cahaya juga
belum ngantuk” cetus Cahaya
pada dirinya sendiri. Tiba-tiba, ada rasa kasihan
menyelimuti hati Cahaya. “Tetapi
bagaimana dengan Bunda, ya? Cahaya pikir, semuanya memang salah Cahaya.
Tapi, besok saja deh
minta maafnya” pikir Cahaya. Setelah itu, Cahaya langsung
tertidur lelap.
Di
kamar, bunda sakit hati mendengar
omongan anaknya itu. Ia
pun segera memasuki kamar mandi untuk
mengambil air wudhu dan segera sholat
Isya’. “Masya allah, Cahaya. Cahaya kan
belum sholat. Bagaimana ini?” tanya bunda
pada dirinya sendiri. Bunda pun tak melanjutkan
sholatnya. Ia segera pergi keluar kamar.
“Ayah..” panggil bunda.
Ayah yang kaget langsung
menghampiri bunda. “Ada apa Bunda? Kok sepertinya bunda panik sekali?” tanya Ayah. “Begini,
Yah. Cahaya..” kata Bunda terputus
untuk menghela napas. “Cahaya kenapa, Bunda? Ada apa dengan
Cahaya?” tanya
ayah lagi.
“Cahaya belum sholat
isya’ yah” jawab bunda.
“Astaghfirullah, ayo kita bangunkan Cahaya untuk sholat
isya’. Maaf tadi Ayah sudah sholat Isya’
duluan di masjid sekalian sholat maghrib.
Sekarang Cahaya sudah tidur
di kamarnya,” ajak Ayah.
“Tapi yah, bunda takut kalau bunda
mengganggu Cahaya lagi” jawab bunda
lirih.
“Sudahlah, biar ayah yang panggilkan Cahaya”
Ayah
segera menuju
ke kamar Cahaya. “Cahaya,
bangun nak. Ayo sholat Isya’
dulu.” panggil ayah.
“Ah,
oh iya. Cahaya lupa. Ayo yah!” ajak Cahaya sambil
meraih tangan ayah dan menuju kamar
mandi untuk mengambir air wudhu.
“Cahaya, maaf ya.
Ayah sudah sholat isya’ tadi
di masjid. Jadi, kamu sholat
sama Bunda,
ya” ucap ayah. Langkah Cahaya langsung terhenti. “Baiklah Yah. Aku juga mau minta
maaf atas kejadian tadi,” jawab Cahaya sambil
menuju kamar mandi untuk mengambil
air wudhu.
Tak
ada segala sesuatu yang dapat menghalangi Cahaya untuk beribadah.
Memang benar-benar anak sholeha. Gumam ayah sambil senyum
sendiri.
Cahaya pun keluar dari kamar mandi.
Ia pun memasuki
kamar bundanya. Hatinya deg-degan. Ia
pun mengintip bundanya sedang duduk di
sisi kasur dengan mukanahnya sambil menunggu Cahaya.
Ckrek!!!…
Bunda segera menoleh. “Cahaya, ayo sholat!”
panggil bundanya.
Cahaya segera memakai mukenahnya dan segera bersiap-siap.
“Ayo bunda!” ajak
Cahaya. Bundanya pun tersenyum dan
segera memulai sholatnya.
Seusai sholat, Cahaya langsung bicara pada bunda.
“Bunda, maafkan
cahaya ya atas kejadian tadi.
Cahaya..” Cahaya mulai bicara dan
disambung oleh bunda.
“Iya Cahaya, bunda
tau. Bunda
juga sudah maafkan Cahaya kok.” balas bunda.
Cahaya pun segera salim dan pamit
kembali untuk melanjutkan tidur.
Itulah malam yang tak dapat dilupakan oleh Cahaya. Ia pun menjadi
mempunyai pelajaran. Ia tak boleh tak mendengarkan
omongan Bundanya
Cerpen
Karangan: Adel Elnino
Comments
Post a Comment