KERAJAAN - KERAJAAN MARITIM DI INDONESIA PADA MASA HINDU BUDHA
KERAJAAN -
KERAJAAN MARITIM DI INDONESIA PADA MASA HINDU BUDHA
Kerajaan maritim adalah sebutan untuk kerajaan yang
terletak di pesisir pantai dan masyarakatnya menjalankan kegiatan yang
berkaitan dengan laut, seperti perikanan, perdagangan, dan pelayaran. Kerajaan
maritim di Indonesia pada masa hindu-budha diantaranya:
1. Kerajaan kutai
Kerajaan Kutai adalah kerajaan tertua dan merupakan
kerajaan Hindu pertama di Indonesia yang diperkirakan berdiri sekitar tahun
400-500 Masehi.
●
Letak kerajaan kutai
Letak Kerajaan Kutai diperkirakan berada di
daerah Muara Kaman, di tepi sungai
Mahakam, Kalimantan Timur.
Sungai Mahakam merupakan sungai yang berukuran cukup besar dan memiliki
beberapa anak sungai. Lokasi pertemuan antara sungai Mahakam dan anak-anak
sungainya diperkirakan merupakan letak Muara Kaman di masa lampau. Sungai
Mahakam dengan ukurannya yang cukup besar memungkinkan untuk dilayari dari
pantai hingga masuk ke Muara Kaman, maka dari itu bisa diperkirakan menjadi
jalur perdagangan yang strategis.
●
Pendiri Kerajaan Kutai
Pendiri Kerajaan Kutai adalah
Kudungga yang kemudian dikenal dengan gelar Maharaja Kudungga Anumerta
Dewawarman. Kudungga merupakan seorang pembesar dari kerajaan Champa yang
terletak di Kamboja. Pada masa pemerintahan Kudungga, belum ada sistem
pemerintahan yang teratur dan sistematis. Selepas pemerintahan Kudungga, pemerintahan
Kerajaan Kutai dilanjutkan oleh anak Kudungga yang bernama Aswawarman.
Aswawarman merupakan seorang raja yang pandai mengatur sistem pemerintahan
sehingga diberi gelar Wangsakerta yang artinya pembentuk keluarga raja. Selain
itu, Aswawarman juga diketahui sebagai raja Kutai pertama yang menganut agama
Hindu, sebab Kudungga belum menganut agama Hindu dan pada masa pemerintahannya
diyakini hanya berperan sebagai kepala suku. Setelah masa pemerintahan
Aswawarman selesai, pemerintahan Kerajaan Kutai kemudian dilanjutkan oleh anak
sulungnya yang bernama Mulawarman. Mulawarman dikenal sebagai raja Kutai yang
membawa kerajaan tersebut pada masa kejayaannya.
●
Masa Kejayaan Kerajaan
Kutai
Pada masa kekuasaan
Raja Mulawarman Kutai mengalami zaman keemasan. Kehidupan ekonomi mengalami
perkembangan yang pesat. Kejayaan ini dapat dilihat dari aktivitas ekonomi.
Dalam salah satu prasasti dupa yang ditemukan dikatakan bahwa Raja Mulawarman
telah melakukan upacara slametan emas yang sangat banyak.
Tidak hanya itu,
bahkan diperkirakan kerajaan ini telah menjalin hubungan dagang internasional
yang cukup besar. Para saudagar yang melewati jalur perdagangan internasional
dari India melewati Selat Makassar, terus ke Filipina dan sampai di Cina
diperkirakan biasa singgah terlebih dahulu di Kutai. Hal tersebut membuat
kerajaan Kutai semakin ramai dan makmur.
Selain itu, kejayaan
ini juga tampak dari adanya golongan terdidik. Golongan ini terdiri dari
ksatria dan brahmana yang kemungkinan besar telah berlayar ke India atau
pusat-pusat penyebaran agama Hindu lainnya di Asia Tenggara. Masyarakat
golongan tersebut mendapatkan kedudukan terhormat di Kutai.
●
Kehidupan Sosial
Kerajaan Kutai terdiri dari golongan
masyarakat yang mampu menguasai bahasa Sansekerta dan menggunakan aksara Palawa
dalam untuk penulisan. Namun, golongan yang mampu menguasai dua hal tersebut
hanyalah para Brahmana dan Ksatria yang terdiri dari kerabat-kerabat kerajaan.
Dari kondisi tersebut, dapat diketahui bahwa Kerajaan Kutai menggunakan sistem
sosial berdasarkan kasta sebagai penggolongan masyarakatnya. Masyarakat Kutai
sendiri diketahui menjunjung tinggi kepercayaan asli leluhurnya, yakni
berdasarkan agama Hindu Syiwa dan para Brahmana.
●
Kehidupan Politik
Raja Mulawarman merupakan raja yang
paling disegani dengan sosoknya yang bijaksan dan murah hati. Bahkan Kudungga
yang diketahui sebagai leluhurnya bukanlah seorang raja karena dianggap terlalu
banyak menggunakan konsep kerajaan yang terbatas hanya pada keluarganya saja.
Berbeda dengan Mulawarman yang mampu menciptakan stabilitas politik dengan cara
melibatkan golongan lainnya dalam kerajaan. Bukti dari kemampuan pemerintahan
Mulawarman tertulis dalam salah satu yupa yang menyebutkan, “Mulawarman adalah
raja yang paling berkuasa, kuat, dan bijaksana”.
●
Kehidupan Ekonomi
Berkat letaknya yang berada di
pinggiran sungai Mahakam, aktivitas utama dari Kerajaan Kutai kegiatan
pertanian. Mata pencaharian lainnya dari Kerajaan Kutai adalah beternak sapi
dan melakukan perdagangan internasional. Dalam salah satu yupa peninggalan
Kerajaan Kutai disebutkan bahwa Mulawarman sempat memberikan hadiah 20.000 ekor
sapi kepada para Brahmana.
●
Peninggalan Kerajaan
Kutai: Prasasti Yupa
Tujuh prasasti yupa
yang merupakan kesatuan prasasti yang masing-masing dipahatkan pada sebuah
tiang batu andesit (monolit) yang disebut yupa. Prasasti tersebut beraksara
Pallawa Awal dalam bahasa Sanskerta dengan ciri khas aksara Pallawa yang
menggunakan box head pada bagian atas aksara.
Yupa adalah tiang batu
(tugu) berukuran kurang lebih 1 meter yang ditanam di atas tanah. Pada tiang
batu ini terukir prasasti dari kerajaan Kutai yang dianggap msebagai sumber
tulisan tertua di Indonesia. Yupa memiliki tiga fungsi utama, yaitu: 1. sebagai
prasasti, 2. tiang pengikat hewan untuk upacara korban keagamaan, dan 3.
lambang kebesaran raja.
Prasasti ini juga
disebut dengan prasasti Kutai atau prasasti Mulawarman. Ketujuh prasasti ini
ditemukan di satu lokasi yang sama di Muarakaman, daerah pedalaman sungai
Mahakam di Kabupaten Kutai, Provinsi Kalimantan Timur. Berikut adalah
penjelasan dan deskripsi ketujuh prasasti tersebut.
⮚
Prasasti Yupa I
(D.2a), Berbentuk tiang batu
yupa, aksara ditulis pada sisi depan dengan bahasa sansekerta menggunakan
aksara Palawa dalam 12 baris tulisan. Tulisan diawali dengan silsilah Raja
Mulawarman yang menyebutkan bahwa Sri Maharaja Kundungga yang berputra
Aswawarman mempunyai tiga orang anak. Anak yang paling terkemuka dari ketiga
anaknya adalah Mulawarman, raja yang berperadaban baik, kuat dan berkuasa.
Dituliskan bahwa Mulawarman telah mengadakan upacara bahusuwamnakam (emas amat
banyak) sebagai tanda peringatan selamatan tersebut maka tugu ini didirikan
oleh para brahmana.
⮚
Prasasti Yupa II
(D.2b), Bentuknya masih sama,
hanya memiliki 8 baris tulisan dalam aksara palawa dan bahasa sanskerta. Prasasi menyebutkan bahwa Sri
Mulawarman adalah raja mulia dan terkemuka dan telah memberikan sedekah
sebanyak 20.000 ekor sapi kepada para kaum Brahmana. Diibaratkan bahwa Sri
Mulawarman seperti api di tanah suci waprakeswara sebagai tanda kebijakan sang
raja. Tugu peringatan ini juga dibuat oleh para Brahmana yang datang di tempat
tersebut.
⮚
Prasasti Yupa III
(D.2c), Prasasti memiliki 8
baris tulisan yang menggunakan aksara palawa dan bahasa sanskerta, isinya
Menyebutkan tentang kebaikan budi dan kebesaran Raja Mulawarman, raja besar
yang sangat mulia diwujudkan dengan sedekah yang banyak sekali. Karena kebaikan
itulah para brahmana mendirikan kembali yupa (tugu) ini sebagai tanda
peringatan.
⮚
Prasasti Yupa IV, Memiliki profil
bentuk, ukuran dan tulisan yang sama dengan ketujuh yupa yang ditemukan. Namun,
tulisan sudah terhapus dan tidak diketahui isinya. bagian yang masih jelas
hanyalah pahatan bentuk segiempat kecil bekas “kepala aksara” yang oleh J.G. de
Casparis disebut “box-heads” (de Casparis, 1975: 86).
⮚
Prasasti Yupa V, Prasasti ini
dipahatkan pada bagian sisi depan dan hanya memuat 4 baris tulisan beraksara
Palawa dalam bahasa Sanskerta.Yupa ditulis sebagai peringatan atas dua sedekah
yang telah diberikan oleh Raja Mulawarman, berwujud segunung minyak kental dan
lampu dengan malai bunga.
⮚
Prasasti Yupa VI, Prasasti dipahatkan
pada bagian depan dengan 8 baris tulisan beraksara Palawa dalam bahasa
Sanskerta. Sayangnya bagian atas dan sisi kiri prasasti telah rusak (pecah) dan
terdapat beberapa kata pada akhir baris terputus. Prasasti dimulai dengan
seruan selamat kepada Sri Maharaja Mulawarman yang termashur, yang telah
memberikan persembahan kepada kaum Brahmana berupa air, keju (ghrta), dan
minyak wijen, ditambah dengan sebelas ekor sapi jantan.
⮚
Prasasti Yupa VII, Masih sama dengan
ketujuh prasasti yang ditemukan di tempat itu, prasasti ini terdiri dari 8
baris aksara Palawa dalam bahasa Sanskerta. Namun, terdapat beberapa baris yang
telah aus aksaranya, sehingga tidak dapat dibaca lagi. Sri Maharaja Mulawarman yang terkenal telah menaklukkan raja-raja
lain dan menguasainya, seperti Raja Yudhistira, Diwa prakeswara, beliau
menghadiahkan 40.000 (….), dan kemudian menghadiahkan lagi 30.000. Disebutkan
pula bahwa terdapat penyelenggaraan upacara-upacara lainnya. Tugu tersebut
dibangun oleh para Brahmana yang datang dari daerah lain.
Masih banyak
peninggalan lainnya seperti ketopong sultan, kalung ciwa, kalung uncal, tali
juwita, keris bukit kang, kelambu kuning, dsb. Namun berbagai peninggalan tersebut
adalah peninggalan Kutai Kartanegara yang dianggap oleh para Sejarawan sudah
menjadi kerajaan yang berbeda terutama dari sisi agama yang telah berpindah
menjadi Islam.
●
Keruntuhan Kerajaan
Kutai
Kerajaan Kutai runtuh
ketika Raja Kutai tewas dalam peperangan melawan calon Raja Kutai Kartanegara
ke-13, yaitu Aji Pangenan Anum Panji Mendapa. Perlu digaris bawahi bahwa Kutai
Kartanegara adalah kerajaan berbeda yang berada di Kutai Lama (Tanjung Kute).
Sumber lain mengatakan
bahwa yang berhasil mengalahkan Kutai Mulawarman/ Kutai Martapura dikenal
dengan nama Sultan Aji Muhammad Idris. Selanjutnya, Kutai Kartanegara memang
berubah menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara. Gelar
raja dan pangeran juga telah berubah menjadi Sultan.
Comments
Post a Comment